Isak tangis seorang gadis kecil terdengar di jalan menuju sebuah komplek perumahan. Gadis itu terlihat memakai seragam merah putih dengan ransel berada di punggungnya. Namun ada yang salah dari gadis itu, bajunya terlihat sangat kotor dengan tangan yang masih memegangi kepalanya. Di dekatnya terlihat sebuah becak tak berpenumpang yang baru saja berhenti. Tukang becak itu terlihat tegang, antara syok dan bingung yang bercampur jadi satu.
"SAKIT!!!" teriak gadis kecil itu dalam tangisannya.
"Neng, Eneng ga papa? Maaf Bapak nggak liat kalau Eneng ada di jalan," ucap tukang becak yang menghampiri gadis kecil itu.
"Sakit!!! Aku mau pulang, badan aku sakit."
Dalam isak tangisnya yang mulai mereda, gadis kecil itu hanya bisa meminta untuk pulang. Seketika tukang becak itu bangkit dan menggendongnya masuk ke dalam becak.
Sesampainya di rumah yang gadis kecil itu tunjukkan, Bapak tukang becak dengan sigap membantu gadis kecil itu turun. Ada sedikit rasa takut melihat rumah besar didepan mereka, tetapi Bapak tukang becak harus tetap bertanggungjawab walaupun insiden yang menimpa mereka murni sebuah ketidak sengajaan.
Setelah mengetuk beberapa kali, pintu jati didepan mereka terbuka. Nampak seorang anak laki-laki yang lebih tua dari gadis kecil itu membukakan pintu. Ia menatap gadis kecil dan tukang becak itu bergantian. Tidak lama Bapak tukang becak menjelaskan apa yang baru saja terjadi. Meminta maaf bukan hanya pada gadis kecil itu, tetapi juga pada anak laki-laki lain yang sejak tadi berdiri di depan pintu. Bapak tukang becak itu kemudian pamit, setelah memastikan jika gadis itu tidak apa-apa.
"Gimana bisa di serempet becak?" tanya anak laki-laki itu menatap adiknya.
"Aku tadi lagi jongkok benerin sepatu. Tapi becaknya malah nabrak aku," --terang gadis kecil itu dengan suara serak-- "Bapaknya bilang nggak liat kalau ada aku di depan. Katanya badan aku kecil."
"Wahahaha ...." Anak laki-laki itu tertawa geli, membuat si gadis kecil kembali terisak.
"Udah jangan nangis lagi. Bapak tukang becaknya kan udah minta maaf. Sekarang kamu ganti baju dulu," bujuk anak laki-laki itu hingga ia menurutinya.
Terlihat anak laki-laki itu sangat peduli padanya. Mereka berjalan beriringan, menuju lantai atas sebelum kembali menghabiskan waktu mereka bersama.
---------------------------------------------------
KAMU SEDANG MEMBACA
KUNCI HATI
Teen FictionGimana jadinya kalo lo berada di tengah-tengah tawuran dua SMA yang menjadi musuh bebuyutan? Dan gimana jika penyelamat lo adalah orang menyebalkan yang malah memberikan lo semakin banyak masalah?