IV - TERJEBAK

1.6K 171 6
                                        

Keyza masih berdiri terpaku di sisi tembok dengan wajah yang sudah sangat pucat. Rasa tegang langsung menjalar keseluruh tubuhnya ketika Rian, salah satu teman Eza melempari anak-anak SMA lain yang mengejar mereka dengan batu. Situasi semakin tidak terkendali, beberapa orang dari dua kelompok ini terlihat saling baku hantam, sementara Keyza hanya bisa menutup mulutnya dengan tangan yang gemetar ketakutan. Ia mengarahkan pandangannya untuk mencari Eza, setidaknya Eza mungkin bisa membantunya untuk menjauh dari sini, atau mungkin untuk menjaganya dari semua kemungkinan terburuk.

"Eza, Eza," ucap Keyza setengah berteriak seraya matanya mencari Eza dari kerumunan manusia yang membabi buta.

'Dapat!'

Keyza melihat sosok Eza yang sedang bergumul dengan lawannya. Eza nampak menoleh ke arah Keyza saat Keyza kembali memanggilnya, membuat Keyza menaruh harapan besar pada tatapan itu. Ia hanya ingin Eza menghampirinya dan membawanya lari dari tempat itu. Namun, sesaat kemudian Eza memalingkan wajahnya, memilih untuk kembali menghajar lawan yang berada di dekatnya. Seketika hatapan Keyza tadi benar-benar hilang. Ia bahkan tidak mengerti dengan sikap Eza yang seakan tidak peduli dengan keberadaan dan keadaannya disana.

'Apa?! Dia cuma liatin gue.'

'Dia nggak coba ngelindungin gue gitu?'

Masih banyak lagi pertanyaan yang terus berjalan di otak Keyza untuk perlakuan acuh yang baru ia terima dari Eza saat dirinya berada dalam keadaan bahaya seperti ini.

"AWAS!"

Suara berat terdengar sesaat sebelum sebuah tangan mendorong Keyza ke arah belakang hingga tubuhnya mendarat tepat pada tembok sisi jalan itu. Napas Keyza masih memburu bersama rasa kaget yang seketika menyelimutinya. Matanya juga tertutup rapat, takut akan sesuatu yang buruk terjadi padanya ketika nanti ia membuka mata.

Tiga detik kemudian Keyza masih belum merasakan apapun berubah di tubuhnya, selain sedikit rasa perih yang terasa diujung sikut karena gesekan pada tembok dibelakangnya. Keyza membuka mata perlahan, dan tepat saat itu juga dirinya mendapati sepasang mata yang menatap tajam kearahnya. Mata yang bisa menusuk jiwa siapa saja yang menatapnya saat itu. Namun, entah kenapa sorot mata itu memberikan ketenangan untuk Keyza. Iris mata hitam, garis mata dengan bulu mata dan alis tebal yang semakin mempertegas tatapannya. Di sebelah kiri dan kanan tubuh Keyza juga terlihat tangan kekar bertumpu pada tembok yang sama dengannya, hingga tubuh laki-laki itu persis di hadapannya sekarang. Keyza masih tertegun, matanya sangat sulit untuk diajak berkedip saat ini.

Keyza tersadar dari kebungkamannya ketika laki-laki itu terlihat meringis sambil menyipitkan mata kanannya. Dia memegangi dahinya yang terlihat sudah mengeluarkan darah. Di dekat kakinya terdapat batu besar yang sebelumnya tidak ada di sana. Keyza bisa menyimpulkan bahwa kepalanya terkena lemparan batu itu saat menolongnya, dan itu semakin membuat Keyza panik. Tidak sampai di situ, tiba-tiba terdengar sirine mobil yang semakin nyaring. Keyza yakin itu adalah bunyi sirine mobil polisi yang akan mengamankan tempat itu.

Di balik tubuh bidang di depannya, Keyza masih sempat melihat Eza yang segera lari menuju arah sekolah ketika mendengar bunyi sirine itu. Matanya sempat bertemu pandang dengan Eza, tetapi sialnya Eza hanya melirik sesaat dan lari tanpa memperdulikan Keyza yang masih diam tanpa bisa berpikir apa yang harus ia lakukan.

'Mikir Key... mikir. Lo harus bertindak sekarang sebelum lo juga ikut-ikutan ke tangkep polisi.'

Sesaat Keyza sempat merutuki dirinya sendiri sambil kembali menatap laki-laki yang ada di depannya ini. Bunyi sirine itu semakin mendekat diiringi dengan larinya semua orang yang tadi tengah berkelahi tanpa ampun. Terlihat mereka membubarkan diri ke segala arah untuk menghindari pengamanan dari polisi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 02, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KUNCI HATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang