Sejak saat pernyataan cinta di tengah lapangan itu, kini semua penghuni sekolah tahu bahwa Keyza adalah pacar si kapten motor. Sudah seminggu ini namanya bagai artis yang selalu digosibkan di seluruh sudut sekolah, dan hampir seminggu juga banyak mata-mata lain yang menatap tandus kearahnya. Keyza sering menghela nafas, memikirkan semuanya yang sudah terlanjur dan itu membuatnya prustasi sendiri.
Satu minggu pertama perjalanan hubungan Keyza dengan Eza berjalan cukup baik. Eza merupakan tipe orang yang romantis, walaupun sebenarnya semua rayuannya itu membuat Keyza sakit kepala. Ia sering membayangkan Eza berkelahi, yang kata banyak orang seperti kerasukan setan. Keyza bisa membayangkan seperti tokoh kartun di televisi yang berubah menjadi devil dengan tanduk dan tongkat garpu, di mana seluruh badannya berwarna merah dengan taring runcing yang terlihat jika dia menyeringai. Namun anehnya, saat Eza bersamanya pasti selalu diiringi katA-kata puitis, mengulang-ulang rayuan standar untuk membuat setiap cewek merasa berangan-angan jauh, tetapi entah mengapa bagi Keyza semua omongan itu hanya bullshit.
Berawal dihari kedua hubungan itu, Eza hampir setiap hari mengajak Keyza pergi ke kantin saat jam istirahat berlangsung. Eza bahkan tidak pernah absen untuk mengunjungi Kelas Sebelas A yang berada dilantai dua hanya untuk menemuinya, padahal kelasnya sendiri berada dilantai dasar. Andai ada tempat untuk Keyza bersembunyi dari Eza satu hari saja disekolah ini maka dirinya akan melakukannya. Setidaknya itulah yang selalu Keyza pikirkan.
"Hai manis," ucap Eza ketika berjalan melewati deretan meja untuk menemui Keyza yang masih duduk-duduk di kelas bersama Katrin.
Keyza meliriknya, rasa geli menjalar dibenaknya tiap kali Eza menyebutkan kata itu. Namun, hal yang lebih membebani pikirannya adalah rasa malu. Hampir setengah isi kelas menatapnya akibat sapaan Eza itu.
Eza menarik salah satu kursi kosong disamping Keyza, mendekat ke arahnya dan duduk disana. Keyza dan Katrin saling pandang sekilas, kemudian bersikap senormal biasanya.
"Kamu makin cantik aja."
"Makasih," jawab Keyza dengan senyum kecut.
"Ke kantin yuk!"
"Tapi sama Katrin ya?"
Katrin yang tadi berlagak sibuk memainkan ponselnya langsung terkejut menatap Keyza. Katrin memang sudah beberapa kali protes karena tidak enak selalu menjadi orang ketiga saat Keyza dan Eza pergi bersama di sekitar lingkungan sekolah ini. Sebenarnya, fakta bahwa Katrin menjadi orang ketiga itu tidak benar. Eza juga selau didampingi beberapa anggota gengnya walaupun mereka memberi jarak antara Keyza dan Eza untuk berjalan lebih dulu. Namun, Katrin berbeda, ia selalu diminta berada disamping Keyza. Akhirnya kali inipun Keyza memberikan ekspresi memelas padanya agar mau ikut dengannya juga.
"Ck, ya udah deh, terserah." Eza berdiri dari tempatnya dan berjalan lebih dulu keluar dari kelas menghampiri beberapa orang temannya yang masih berdiri di depan pintu untuk menggoda beberapa siswi yang berlalu lalang di sana. Sementara itu, Keyza yakin Eza juga pasti kesal karena ia tidak membiarkan mereka pergi berduaan layaknya orang pacaran.
Sudah beberapa hari ini, Eza juga lebih agresif dari sebelumnya. Yang biasanya hanya suka menggandeng tangan Keyza, kini dia juga merangkul pundaknya atau beberapa kali ingin memeluknya dari belakang. Namun tentu saja Keyza langsung merespon cepat hal itu dengan menjauh beberapa langkah dari tempatnya berdiri. Keyza semakin merasa risih, bahkan waktu yang ia jalani hampir satu bulan ini terasa sangat lama.
Memenuhi rasa penasarannya Katrin pun sering bertanya apakah Keyza pernah jalan bersama Eza atau sekedar pulang bersama, Keyza menjawab tidak. Keyza selalu di jemput Leo setiap pulang sekolah. Pernah satu hari Keyza di ajak Eza untuk pulang bersama, karena Leo datang terlambat untuk menjemputnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
KUNCI HATI
Teen FictionGimana jadinya kalo lo berada di tengah-tengah tawuran dua SMA yang menjadi musuh bebuyutan? Dan gimana jika penyelamat lo adalah orang menyebalkan yang malah memberikan lo semakin banyak masalah?