part 3

14.2K 615 11
                                    

Fabianpun mulai menjalankan mobilnya. Di dalam mobil mereka hanya diam. Ana semakin ketakutan saat melihat mobil yang di tumpanginya memasuki apartemen mewah yang ada di kota ini. Setelah Fabian memberhentikan mobilnya, Fabian segera berjalan memutar kearah samping dan membukakan pintu untuk Ana.
"Cepat keluar" ucap Fabian dingin saat setelah membuka pintu mobilnya
"Aku ingin pulang" ucap Ana seral karena menahan tangisnya
"Mulai sekarang kau akan pulang ke tempatku" jawab Fabian tetap dingin
"Aku mohon. Aku ingin pulang. Apa salahku? Tolong lepaskan aku" airmata yang Ana tahan sedari tadi akhirnya lolos juga. Ana sangat takut, lelaki di hadapannya adalah lelaki yang tidak di kenalnya sama sekali. Yang ia tau hanya namanya saja Fabianda Kenward. Kenward? Seperti aku pernah mendengar nya? Oh atau jangan jangan...

"Baiklah, jika kau tak bisa dengan cara baik-baik" ucap Fabian lalu menarik tangan Ana kasar

"Lepaskan aku. Aku tidak mau ikut denganmu. Sebenarnya kau ini siapa? Aku akan melaporkan mu atas tuduhan penculikan dan pelecehan. Lepas!!" Ana berteriak histeris dengan tangan yang masih di
Seret paksa oleh Fabian. Orang orang yang melihat mereka hanya sesekali melirik. Karna mereka tau siapa Fabianda Kenward itu. Lelaki arogant yang berkuasa dengan seluruh kekuasaan yang dia punyai. Dan tidak segan menyingkirkan apapun yang menurutnya mengganggu hidupnya. Dia tidak pernah pandang bulu.

Sesampainya di depan lift Ana di tarik paksa masuk lalu disusul Fabian. Ana melihat Fabian memencet angka 27, itu berarti lantai teratas apartemen ini. Ana semakin ketakutan membayangkan apa yang akan terjadi dihidupnya setelah ini.

Yatuhan, apa yang akan terjadi padaku setelah ini? Batin ana berteriak sedih

Setelah mendengar bunyi ting berarti mereka telah sampai. Dengan tetap menyeret Ana yang sepertinya sudah berhenti memberontak

"Jadilah anak yang baik dan penurut, sehingga aku tak perlu repot-repot menyakitimu" ucap dingin Fabian sambil mengetik kode apartement nya. Setelah terbuka Fabian menggiring Ana masuk kedalam apartement mewah Fabian. Kesan pertama yang ada difikiran Ana adalah penuh misteri sepertinya. Di dominasi oleh warna hitam coklat. sangat laki-laki menurut Ana.

Setelah kesadarannya kembali, Ana mengingat jika ia telah masuk kedalam kandang singa. Oh ya ampun kenapa aku baru sadar kalau aku telah masuk kesini. Rutuk ana dalam hati menyadari kelengahannya

"Berfikir ingin kabur sayang?" Tanya Fabian dengan nada mengejek. Membuat ana tergagap tidak menyadari bahwa Fabian ada di hadapannya dengan jarak yang sangat sedikit. Ana yang merasa takut semakin memundurkan langkahnya setiap Fabian melangkah kedepan Ana. Ana merasa sangat ketakutan kala ia sudah terpojok disudut ruangan, tetapi Fabian tetap melanjutkan langkahnya. Setelah didepan Ana, Fabian sedikit menekankan tubuhnya ke Ana. Tinggi Ana yang hanya sebatas bahu Fabian membuatnya mendongak untuk melihat wajah Fabian

"Apa yang kau inginkan sebenarnya?" Cicit Ana dengan suara bergetar. Airmata pun sudah menggenang di pelupuk matanya

"Apa yang kuinginkan? Well pertanyaan yang bagus love" Fabian menyeringai

"Aku ingin menikmati tubuhmu. Bagaimana?" Tanya Fabian sambil mengelus leher jenjang Ana, yang kebetulan rambut panjangnya telah iya cepol

Ana bergidik mendengar perntanyaan Fabian. Selama 21 tahun ia tidak pernah bersentuhan ataupun disentuh oleh laki-laki. Lalu kali ini ia bertemu dengan seorang lelaki yang dengan tegasnya bilang ingin menikmati tubuhnya? Oh mimpi apa aku semalam. Teriak Ana dalam hati

"Tidak!! Kau fikir kau siapa berani-beraninya ingin menyentuhku? Lepaskan aku!! Aku ingin pulang sekarang!" pekik Ana sambil berusaha melepaskan diri dari kekungan tubuh Fabian. Tapi apalah daya dirinya yang hanya seorang wanita rapuh yang bahkan tidak bisa menandingi kekuatan Fabian. Benar-benar kasihan kau Ana

"Well,,, sudah cukup berbasa-basinya. Aku sudah menggunakan cara paling baik dalam hidupku, bahkan biasanya aku tak perlu ber repot-repot menanyai wanita yang akan aku tiduri. Kau sudah kuberi kesempatan untuk mendapatkan perlakuan lembut dariku, tapi kau menyia-nyiakannya!!" Ucap Fabian menggeram marah. Ditariknya Ana kedalam salah satu kamar yang sepertinya itu kamar Fabian sendiri. Setelah sampai didalam, Fabian menghempaskan kasar tubuh Ana keatas ranjang kingsize miliknya. Ana melihat Fabian yang mulai membuka sabuk di pinggangnya, melepas dasi juga baju yang dipakai Fabian. Pikiran buruk akan apa yang terjadi mulai memenuhi kepalanya. Bagaimana ini, siapapun tolong aku batin Ana ketakutan
Ana semakin mundur dan berusaha bangkit, tetapi lagi-lagi dia kalah oleh kuatnya Fabian yang menangkapnya lalu menghempaskannya lagi keatas ranjang

"Tidak ada gunanya kau berontak terus. Toh aku tetap akan memilikimu" Fabian menyeringai

"Jangan, aku mohon jangan lakukan ini" ucap Ana lirih dengan airmata yang sudah membanjirinya

Fabian yang telah bertelanjang dada merangkak naik keatas ranjang, Ana semakin ketakutan dan beringsut keujung ranjang, namun tangan Fabian menahan kakinya sehingga tiak dapat menjauh lagi dari Fabian

"Kau memang menguji kesabaranku ya" dengan gerakan cepat tanpa bisa dicegah Ana, Fabian merobek bagian depan kemeja Ana. Ana menjerit kala bagian dadanya sekarang hanya ditutupi bra berwarna hitam, itu semakin sembuat gairah Fabian tersulut. Ana berusaha menutupi bagian dadanya, tapi lagi-lagi Fabian menang. Di pegangnya kedua tangan Ana lalu ditahan disamping kepalanya kanan dan kiri

"Ssstt... kau begitu indah love" Fabian tertegun melihat payudara Ana yang mungil namun berisi, serta terlihat penuh. Pasti sangat memuaskan lidahnya disitu

"Jangan.. aku mohon" rintih Ana sambil terus menangis, berusaha mengiba kepada laki-laki yang ada dihadapannya itu. Tapi sepertinya laki-laki itu tidak mempunyai hati nurani sama sekali. Buktinya mereka tidak saling mengenal tetapi lelaki ini tega menyuliknya dan sekarang ingin memperkosanya juga. Poor you Ana

Fabian tidak menghiraukan rintihan Ana yang ia yakin meminta belas kasihannya. Tentu saja tidak. Karna Fabian sangat egois dalam hal apapun. Dia bahkan tidak akan segan jikalau itu menyangkut keinginnya dan pastinya harus dipenuhi apapun caranya. Harus

Langsung dilumatnya bibir Ana yang sedari tadi begitu sangat menggoda nya, ciuman yang awalnya lembut lama-kelamaan semakin menuntut dan menggebu-gebu. Ana merasa sudah tidak mempunyai kekuatan lagi untuk berontak hanya bisa pasrah. Tidak merespon ataupun menolak ciuman Fabian, karna ini juga pertama kali dialaminya sehingga dia tidak mempunyai keahlian dalam ciuman atau hal yang berbau nafsu

Saat Ana merasakan sesak karna kesulitan bernafas dia membuka mulutnya hal itu dimanfaatkan Fabian untuk menerobos masuk lidahnya kedalam mulut Ana. Memainkannya dengan sangat ahli dan berpengalaman

Saat mereka merasa sudah kehabisan oksigen, Fabian melepaskan pangutannya. Lalu menatap wajah Ana yang matanya masih mengeluarkan airmata tanpa suara.

"Sudah jangan menangis lagi. Aku akan membuatmu merasakan nikmatnya juga. Aku adalah pasangan yang baik saat diranjang" Fabian mengucapkannya sambil tersenyum tulus. Membuat Ana terpaku dengan senyuman yang menghipnotisnya. Dibelainya wajah Ana, dihapusnya air mata yang masih setia mengalir dari sudut matanya

"Aku ingin pulang.. tolong" ucap Ana serak karna terlalu banyak menangis

"Nanti. Kau akan kuberi tahu sesuatu setelah kenikmatan ini usai. Tenang love" ucap Fabian lembut

Mata Fabian beralih kedada Ana yang begitu menantang.
Dengan pelan dan hati-hati Fabian mencari pengait bra dipunggung Ana. Setelah menemukannya segera Fabian membuka pengait tersebut. Sekarang terpampanglah keindahan dunia dihadapan Fabian.

"Ini pasti akan menjadi tempat pavoritku" Fabian menangkup payudara Ana yang terasa sangat pas di telapak tangannya

Pliis. Vote yah biar aku tambah semangat. Maklum penulis baru dan masih abal-abal. Masih perlu dukungan dari para readers. 20 vote lebih. Barusan lanjut :)

ArogantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang