Kedatangan

45 1 1
                                    


Tim adalah seorang anak berumur 11 tahun yang sangat pendiam dan tertutup. Ia jarang bermain dengan teman-teman sebayanya dan hanya berdiam diri di rumah setiap pulang sekolah. Padahal, jika ia mau sedikit saja membuka diri, pasti ia bisa menjadi anak yang populer di sekolahnya, mengingat wajahnya yang cukup tampan. Sikapnya juga baik dan ia tak pernah suka melakukan hal yang merugikan orang lain.

Jam di dinding kamar Tim mengarahkan kedua jarumnya dalam satu garis lurus ke arah atas. Sudah selarut ini, namun ia tak kunjung merasakan kantuk. Ia berkali-kali ia merubah posisi tidur, namun tak ada pengaruhnya. Akhirnya ia bangun dan duduk di tepi tempat tidurnya sambil melamun dan menatap kosong pada dinding kamarnya yang penuh dengan lukisan-lukisan abstrak buatannya sendiri.

Tiba-tiba, Tim mendengar pintu depan rumahnya terbuka dengan pelan, sehingga menimbulkan deritan yang lirih. Tim memang diberkahi dengan telinga yang tajam, sehingga dengan mudah ia dapat mendengar suara sekecil apapun. Namun, mendengar suara tersebut, bukannya takut ataupun menjadi waspada, Tim justru menghela napas dengan keras seperti orang yang telah lama memendam kekesalan.

Terdengar suara napas berat seorang pria dan tawa lirih seorang wanita dari arah bawah. Mereka bercakap-cakap dengan suara pelan, dan sesekali membuat suara-suara aneh. Tim bergegas turun dan berhenti di ujung tangga, menunggu sampai wanita itu menyadari keberadaan dirinya.

"Oh, hey Timmy! Mengapa kau belum tidur selarut ini?" wanita itu akhirnya melihat Tim yang berdiri diam di anak tangga terakhir, dengan raut muka sebal.

"Ibu, sudah kubilang jangan berkencan dengan yang bukan manusia!"

Kemudian ia berlari ke arah pria itu untuk mengusirnya, namun...

I'm not a Children AnymoreWhere stories live. Discover now