Second: Who He Actually?

154 20 17
                                        


"Tya, mulai sekarang dia jadi teman sebangku kamu selama satu tahun ajaran ke depan," jelas Bu Ummi sebelum meninggalkan kelas.

Itu adalah ucapan terakhir Bu Ummi sebelum meninggalkan kelas XI-5, tapi entah kenapa sedari ucapan itu terlontar begitu saja dari mulut Bu Ummi otak Tya seakan tidak memiliki topik lain untuk dipikirkan. Bahkan saat makan malam pun Tya hanya sibuk melamun sambil sesekali melirik makanannya, itu pun kalau anggota keluarganya yang lain mengingatkannya untuk segera menghabiskan makan malamnya. Untung saja Papa dan Mamanya sedang berada di luar kota, kalau tidak mungkin ia akan mendapat seberondong pertanyaan dari Mama dan Papanya yang sudah seperti wartawan yang sedang mengorek informasi dari narasumber.

Tapi sepertinya ia harus menyiapakan mental dan otaknya untuk menjawab semua pertanyaan dari teman karibnya yang maha kepo itu. Sebenarnya bukan hanya teman karib alias sahabatnya saja sih, masalahnya seluruh mahluk kasat mata alias murid kelas XI-5 itu kan punya rasa ingin tahu yang besar kalau diibaratkan penyakit mungkin sudah kepo stadium terakhir. Oke, cukup membahas penyakit kepo stadium terakhir milik teman sekelasnya. Mari kita bahas sejak kapan dan dimana saja Tya bertingkah seperti orang linglung begitu. Yang pasti tidak di sekolah, tidak di perjalanan pulang, dan tidak di rumah pikirannya hanya tertuju pada ucapan terakhir Bu Ummi sebelum meninggalkan kelas: "Tya, mulai sekarang dia jadi teman sebangku kamu selama satu tahun ajaran ke depan."

"Baru tahu gue kalau orang gila bebas berkeliaran di rumah ini," celetuk seorang gadis yang berdiri di ambang pintu kamar Tya.

Dan secara otomatis, Tya yang meniru cara bicara Bu Ummi sebelum meninggalkan kelasnya tadi siang di depan cermin, menghentikan kegiatannya itu, lantas segera berbalik badan ke arah suara. "Hah, orang gila? Mana? Mana, Kan!?" Dia bertanya panik sembari mata bulatnya itu menyapu setiap sudut kamarnya, memastikan ruangan itu steril dari manusia yang mengalami gangguan jiwa.

Sementara lawan bicaranya hanya bisa menggelengkan kepala berusaha memaklumi tingkah konyol sepupu perempuannya itu. Ia mendecak sebal dan menghela nafas panjang, "Gini nih, orang gila jaman sekarang, gak sadar diri!" jawab gadis cantik di ambang pintu asal, tanpa dosa.

Tya berpikir selama beberapa detik, dan ketika otaknya berhasil menangkap maksud dari ucapan sepupunya itu pipinya langsung menggembung dengan dua telapak tangan terkepal, "Maksud lo, gue orang gilanya!? Kania, mampus lo malam ini!!!" Dan pecahlah peperangan antar saudara sepupu di malam itu berlangsung meriah dengan asisten rumah tangga dan anggota keluarga lain sebagai saksinya.

******************************************************************************************************************************************
Tya melangkah gontai menuju kelas tercintanya. Matanya melirik jam dinding di setiap kelas yang ia lalui, yang intinya sekarang masih jam tujuh pagi kurang lima belas menit dan ia belum telat. Tapi, ketika matanya melihat seluruh murid cowok di kelasnya berkumpul di depan kelas dengan tampang beragam; mulai dari sebal, datar, bahkan ada yang senyum-senyum tidak jelas. Entah benar atau tidak, tetapi ia merasa sesuatu telah terjadi di dalam kelasnya. Bahkan ketika Tya bertanya, Rifa'i yang merupakan leader hanya menggeleng dengan bibir yang tak henti-hentinya menggerutu. Dan ketika alat gerak bagian bawahnya baru selangkah memasuki kelas, Tya langsung mendapatkan pemandangan yang tidak diduga-duga. Bangkunya dikerubungi oleh siswi-siswi kelebihan hormon centil yang berteriak histeris sambil saling menyenggol bahkan saling mendorong satu sama lain. Dan demi apa pun Tya tidak percaya melihat sebagian besar dari siswi-siswi itu adalah primadona sekolah yang terkenal kecantikannya seantero SMA Nusa, bahkan se-SMA lain di kota ini.

Aditya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang