Chapter I

534 36 1
                                    

Setiap gadis selalu memimpikan kehidupan yang sempurna, memiliki kastil seperti cerita-cerita kartun Disney, dengan pendamping paling tampan sejagat raya yang bisa membuat harimu selalu penuh cinta.

Aku termasuk orang yang selalu memimpikannya.

'4 tahun sebelumnya.'

"Sooyeon, segera buatkan teh hijau. Sebentar lagi seseorang akan datang."

Aku sedang berada di zaman dimana handphone tidak memiliki keypad. Tapi keluargaku masih beranggapan bahwa perjodohan adalah hal baik. Itu memang baik. Sebelum 3 orang, mungkin lebih, datang berkunjung ke rumah. Ini membuatku terganggu. Jessica membuat nya dengan beberapa curahan hati, menganggap bahwa perjodohn bukanlah jalan keluar.

Dan disinilah dia. Terduduk manis, dengan rambut terurai lucu, terlihat seperti gadis desa.

"Aku sangat terkejut melihat Sooyeon untuk pertama kalinya. Jangan tanya aku mengapa, karna Jessica benar-benar terlihat pas untuk gadis berparas cantik sepertinya."

Pembual.
Penggoda.
Lelaki ini bahkan tidak tahu ada banyak iblis penggoda di sekelilingnya.
Jessica menatap nya tanpa ekspresi, namun bibirnya mengulas senyum.

"Terima kasih, Tuan Choi."

"Tidak perlu, Sooyeon. Kau memang benar-benar cantik. Aku akan sangat senang memiliki istri sepertimu hahahaha dia sangat cantik bukan? Aku akan dengan bangga memperkenalkannya pada dunia."

Bodoh.
Matanya hanya melihat untuk nafsu.

"Anak kami memang sangat cantik, Sooyeon adalah anak kami yang paling berharga. Kami pun akan sangat senang dengan cara Tuan Choi akan membahagiakannya."

Orang tua yang mengedepankan harta dan formalitas, serta status. Hidup memang tak pernah bisa di prediksi.

Kembali Jessica mengulas senyum manis, seperti biasanya, senyum yang hanya terpatri pada bibir merahnya yang Ibu pakaikan pewarna. Jika ingin di hitung, sudah lebih dari 5 lelaki yang datang. Dalam berbagai profesi, ras dan suku, status, usia. Apakah perjodohan benar-benar jalan keluarnya?

"Aku benci ini." Lipstik nya ia pakaikan asal pada bibirnya.

"Juga ini." Hal serupa ia lakukan pada kelopak matanya, memakai eyeshadow dengan asal.

Ia memandang tubuhnya dari cermin, "Aku juga benci tubuh ini." Katanya dengan lemas.

Tatapannya berubah arah pandang, menatap kedua retina nya. Dengan lurus. "Dan aku benci melihat orang-orang ini."

It's Not Happy EndingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang