Mikhayla~~
- Tok.. tok.. tok -
" Ya... "
Tampak dua orang perawat berjalan ke arahku seraya tersenyum saat pintu terbuka, salah satunya mendekat sambil mendorong sebuah kursi roda.
" Ada apa ya?" tanyaku sambil memperhatikan kursi roda yang sekarang sudah berada di samping tempat tidurku.
" Maaf nona, kami mendapat instruksi untuk memindahkan nona ke ruangan VIP" sahut salah satu perawat seraya tersenyum.
" VIP? " hah? Vip? Gak salah? "Sepertinya kalian salah pasien deh" sambungku.
" Nama nona, Mikhayla bukan? " tanya salah seorang perawat yang tampaknya lebih senior di banding perawat satunya." Ya, namaku Mikhayla.. " jawabku masih dengan raut muka kebingungan.
" Berarti kami tidak salah pasien, Nona. Mari " sambungnya sembari membantuku turun dari tempat tidur dan membantuku duduk di atas kursi roda sambil memegangi kantung infus.
Dan aku pun mau tak mau menuruti perkataannya." Tuan yang mengantar Nona kemari sudah mengurus semuanya, Nona. Nona hanya perlu beristirahat dan mengikuti semua anjuran dokter agar segera pulih" sahutnya seakan tahu dengan semua kebingunganku.
" Oh.." sahutku pendek.
Ketika keluar dari ruangan aku melihat seorang pria sekitar usia 30 tahun tampak begitu putus asa tengah duduk sendiri di depan ruangan lain di lorong tersebut.
Sepertinya perawat senior ini bisa membaca pikiranku, saat kami masuk ke dalam elevator, dia tiba-tiba bercerita,
" Istrinya akan melahirkan dan sedang berada di ruang operasi, namun terjadi komplikasi pada kandungan sang istri, sehingga hanya salah satu dari ibu atau bayi yang bisa di selamatkan.
Jika ia memilih istrinya, maka ia harus merelakan anak pertamanya dan merelakan istrinya tidak akan pernah dapat mengandung kembali, karena rahimnya harus di angkat bersama dengan keluarnya sang bayi yang kemungkinannya sangat kecil untuk dapat selamat, dan jika ia memilih bayinya, tentu saja Nona tau apa yang akan terjadi selanjutnya, bukan" jelasnya sambil tersenyum getir.
-ting-
Belum sempat aku melanjutkan ucapanku, rupanya kami telah sampai di lantai khusus ruangan VIP. Hanya dengan melihat interiornya saja aku tau lantai itu memang khusus untuk pasien VIP, bahkan aku sempat melihat beberapa artis yang baru saja keluar dari salah satu ruangan.
Tak lama kursi roda ku berhenti di depan pintu yang terdapat dua orang pria besar dengan seragam hitam berdiri di depan ruangan ini.
Hah? Apaan nih? Aku melihat ke sepanjang lorong sepertinya hanya ruanganku saja yang di jaga 2 orang Men in Black ini.
" Mari nona " sahut perawat senior setelah membuka pintu dengan menggunakan tap card.
Belum selesai rasa penasaranku akan dua orang Men in Black di depan pintu, sekarang di tambah dengan keadaan ruangan hotel di depan mataku ini.
Eh, maksudku ruangan perawatan yang lebih mirip hotel. Aku sangat yakin, saat ini raut wajahku pasti amat sangat 'nggak kontrol' dengan mata membulat dan mulut yang menganga." Sus, ini......... ruangannya gak salah?" tanyaku sambil mengamati seluruh ruangan, di mulai dengan set sofa yang terlihat sangat mahal, lalu ada televisi yang sangat besar, dan bahkan dari pintu toilet yang sedikit terbuka, aku dapat melihat sebuah bath tub dengan nuansa tak kalah mewah. Ruangan macam apa ini? Ini rumah sakit kan?
" Tidak, nona. Ini benar ruangan nona. Dan mengenai dua orang yang menjaga di depan pintu, itu permintaan khusus dari tuan Raka untuk mencegah nona kabur sebelum perawatan selesai" jawabnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hold me
Random"Raka! Ituuu... " Sam memanggilku dan menunjuk pojokan mini market yang sedikit gelap. Agak samar aku melihat seperti seseorang sedang terduduk sambil melipat kakinya. dengan sedikit ragu aku menunduk dan menyentuh pundak sosok di hadapanku. " Hey...