Tahukah kalian bahwa di suatu bagian di tengah bumi ada tempat yang bernama Pusat Bumi ?
Banyak manusia yang mencoba mencari jalan masuknya.
Tapi, anggapan mereka bahwa gerbang utama hanya satu adalah KESALAHAN terbesar.
Tujuh.
Adalah angka yang dapat membawa mereka menuju impian.
Fakta yang tidak diketahui mereka adalah hanya orang-orang muda yang masih dengan tulus dan sepenuh hati memikirkan 'hal terpenting' bagi mereka yang dapat menembus Pusat Bumi...Terdengar suara buku yang menutup dan sedikit debu beterbangan dari tiap halamannya. Seorang gadis belia dengan rambut panjang berwarna cokelat duduk bersandar di balik pohon Maple setelah membaca sepotong paragraf dari buku lama 'Treasure of the Earth'.
Ia menguap dengan malas dan memandang pada sekawanan burung gereja yang terbang beriringan. Angin sepoi-sepoi dan wangi musim semi membuat kelopak matanya semakin berat. Rerumputan kecil terasa menggelitiki lembut betis kakinya.
Tidak lama kemudian, bunyi lonceng berdentang tiga kali. Suaranya bergema di perbukitan itu. Gadis itu tetap diam dan masih menikmati suasana damai yang menyelimutinya. Ia hampir saja tertidur dalam waktu beberapa menit, jika tidak ada yang memanggilnya dengan suara keras.
"Michelle !!! What're you doing there ???" seorang gadis muda lainnya memanggilnya dengan aksen Inggris dari kejauhan.
Gadis yang bernama Michelle tersentak kaget dan menoleh ke belakang untuk melihat siapa yang telah menganggu istirahat siangnya. Ia menggerutu pelan dan mengenali gadis berkuncir yang memanggilnya tadi.
"Ada apa, Rowena ???" balasnya dengan berteriak juga. Ternyata suaranya juga beraksen Inggris yang sangat kental.
Rowena tidak menghampiri Michelle dan masih tetap berteriak saat berbicara dengan Michelle.
"Istirahat siang sudah selesai ! Kau mau sampai kapan di sana ???" Rowena memicingkan mata untuk melihat Michelle.
"Aku tidak masuk kelas hari ini jika si Cerewet Robinson yang mengajar !" jawab Michelle lagi.
Terdengar suara Rowena yang menghela napas pasrah dan ia berbalik meninggalkan Michelle.
Setelah dipandanginya siluet Rowena yang menghilang di balik perbukitan kecil, Michelle berbalik kembali dan menyandarkan dirinya pada pohon dengan senyaman mungkin. Ia berusaha untuk tidur lagi.
Perlahan-lahan, ia mulai dapat merasakan angin sepoi-sepoi kembali menerpa dan rasa kantuknya menyerang kembali. Michelle hampir menyatu dengan lingkungan sekitarnya jika tidak karena deringan ponselnya yang kembali mengejutkannya. Ia terlonjak sesaat dan merogoh saku jaketnya. Dipandanginya layar ponselnya yang masih berdering untuk melihat siapa yang meneleponnya.
"Nomor tak dikenal." gumamnya dan ia mengangkat ponselnya karena penasaran.
"Hello ?" jawabnya. Terdengar suara laki-laki yang mengoceh dari seberang.
"Hello ??? Siapa ini yang bicara ?" Michelle mulai mengernyitkan keningnya.
Terdengar kembali pria tersebut mengoceh dalam bahasa yang tak dimengerti olehnya. Ia hanya dapat menangkap sebuah kata, 'Milan' dan pria itu terus mengulangi kalimat yang sama.
"Excuse me, sir. Sepertinya anda salah sambung. Saya tidak mengerti apa yang anda katakan. Dan di sini bukan Milan. Anda menelepon ke Wiltshire. Jika anda tidak tahu dimana Wiltshire, saya akan memberitahu anda. Wiltshire ada di Inggris." kata Michelle dengan menekankan kata-katanya. Ia langsung menutup ponselnya tanpa mendengar jawaban dari pria tersebut.
Michelle menggerutu lagi dan beranjak bangkit dari tempatnya. Dengan malas, ia berjalan menuruni bukit melewati jalan yang dilalui Rowena tadi. Niatnya untuk tidur sudah sirna karena gangguan telepon tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Adventure Of The 7 Teens
FantasyJika kau memiliki keinginan yang menurutmu mustahil untuk dikabulkan, apakah kau akan bersedia untuk mengorbankan semuanya termasuk hidupmu untuk masuk ke dalam Pusat Bumi yang dikenal dengan nama Avexus ? Hanya 7 orang yang berkesempatan untuk masu...