Mereka telah tiba di Canterbury sabtu siang itu dengan diantar oleh saudara Coddie. Pria itu telah berbaik hati untuk membantu mereka mencari transportasi selama liburan mereka.
Setelah perjalanan yang cukup melelahkan, mereka tiba di stasiun Pluckley setelah melewati Ashford.
"Kita akan cari penginapan di Pluckley Village. Naik taksi lebih baik." saran Coddie dan tanpa menunggu jawaban kedua temannya, ia langsung memanggil sebuah taksi.
Jalanan telah berubah menjadi lebih sunyi dan langit telah berubah jingga. Ada lebih banyak pepohonan di sekitar mereka sebelum mereka melihat sebuah papan nama Pluckley dan berhenti sejenak di depannya.
"Yah, welcome to Pluckley Village, ladies." seru Coddie dengan bersemangat. Tampaknya perjalanan mereka sama sekali tidak membuatnya lelah.
Michelle patut mengakui bahwa desa itu layak dikatakan sebagai desa paling berhantu di Inggris. Jalanannya benar-benar sepi seperti kota mati dan ada kesan suram pada tempat itu. Tapi, bangunannya cukup indah.
Gadis itu memberi tanda pada Coddie untuk langsung mencari penginapan sebelum gelap. Mereka menyusuri jalanan sepi itu dan mencari papan nama sebuah penginapan.
Beruntung, Rowena menemukan seorang wanita tua yang bersedia memberitahu mereka di mana mereka bisa menemukan penginapan, Parsonage Cottage.
Sepasang pemilik tempat itu menyambut mereka. Istri sang pemilik, Lorraine mengantar mereka ke salah satu kamar yang masih sangat kokoh walaupun menurut ceritanya Parsonage Cottage adalah penginapan tertua di Pluckley yang usia rumahnya sudah mencapai 400 tahun lamanya.
"Kalian akan sekamar saja ?" tanyanya dengan ramah. Michelle mengangguk sambil tersenyum.
"Murid seperti kami perlu menghemat, Lorraine. Dan kami tidak akan lama menginap di sini. Masih akan berjalan-jalan melihat Pluckley." jawabnya.
"Oh, di sini banyak tempat yang dapat dijadikan tempat wisata alami. Kalian harus mencoba untuk mengunjunginya. Di sini juga sangat banyak hutan kalau kalian suka menjelajah." kata Lorraine bersemangat sembari berjalan ke arah pintu kamar.
"Um, bagaimana dengan Screaming Wood ?" tanya Michelle dengan penasaran. Coddie dan Rowena sama sekali tidak mendengar percakapan mereka karena sibuk memperebutkan kamar mandi.
"Oh, hutan yang paling sensasional itu ? Sebenarnya itu nama lain dari Dering Wood. Tempat yang bagus jika kalian suka dengan tantangan mistis. Banyak para petualang yang mencoba masuk ke sana untuk menikmati sensasi jeritan menyeramkan di sana. Bahkan, menurut ceritanya banyak yang hilang di hutan itu. Kau mau mencoba ke sana, nak ?" Lorraine memandangnya dengan penuh selidik.
"Aku sedikit berminat ke sana." kata Michelle jujur.
"Well, kau bisa mencoba ke sana dengan mobil di sini. Bisa menyetir ?" Lorraine tampaknya tidak akan bertanya macam-macam. Mungkin karena sudah banyak yang mencoba ke sana untuk wisata.
"Ya. Boleh kupinjam untuk ke sana besok ?" Michelle mulai bersemangat.
"Tentu saja. Jika kau tidak menemukanku untuk kunci mobilnya, cari saja Delila. Selamat malam." senyum Lorraine dan dia menutup pintu kamar mereka.
Michelle kembali ke dalam dan menemui Coddie yang akhirnya menyerah melawan Rowena dengan telinga memerah. Sepertinya Rowena berhasil menariknya keluar dari pertarungan dengan menjewer telinganya.
"Jadi, besok kita mau ke mana dulu ? Kita punya waktu tiga hari di sini." kata Coddie mengusap-usap telinganya.
"Aku berencana untuk pergi ke Screaming Wood. Kau mau ikut atau ada tempat lain yang ingin kau datangi ?" Michelle memandang Coddie.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Adventure Of The 7 Teens
FantasyJika kau memiliki keinginan yang menurutmu mustahil untuk dikabulkan, apakah kau akan bersedia untuk mengorbankan semuanya termasuk hidupmu untuk masuk ke dalam Pusat Bumi yang dikenal dengan nama Avexus ? Hanya 7 orang yang berkesempatan untuk masu...