"Selamat, anda baru saja remi menjadi komplotan penjahat, Mr.Patrick, anda melibatkan diri terlalu dalam" ejek Lucio.
"Kebenaran takkan menang jika diam saja, aku percaya itu" jawabnya tenang.
Inspektur Patrick bukanlah seperti orang pada umumnya, bukan tentang kecerdasan atau kepiawaiannya memecahkan kasus, namun prinsip yang ia pegang dan keteguhan hatinya. Sejak kecil selalu menonton film superhero, bahkan setelah dewasa dan mengetahui bahwa film tidaklah nyata, dia tetap memegang satu prinsip, 'kebenaran selalu menang'. Sejak kecil Patrick selalu membela yang lemah dan tertindas, menolong seorang anak yang dibully dikelasnya, dll. Terkadang dia harus mengakui tenaganya kalah, dan harus babak belur walaupun demi orang lain, tapi ada satu hal yang selalu membuatnya lega, yaitu ucapan terimakasih dari korban yang ditolongnya.
Kebenaran selalu menang, itu masih menjadi prinsipnya. Dia masuk polisi dan berniat menegakkan prinsip itu disana, berusaha sebisa mungkin menangkap seluruh penjahat dan menghilangkan kejahatan, memecahkan banyak kasus dengan brilian, namun hanya satu yang tak bisa ia pecahkan, yaitu kasus yang akhirnya mempertemukannya dengan Lucio Crezora ini.
"Mr.Patrick!!" teriak paman Lucio yang akhirnya memecah lamunan inspektur.
"Kau baik-baik saja?"
"Ya, hanya sedikit lamunan"
"Tenang paman, dia hanya sedikit melamunkan masa lalunya dalam memecahkan beberapa kasus, itu normal" jawab Lucio.
Mr.Patrick langsung bangkit dengan terheran-heran
"Bagaimana kau.."
"Membaca pikiranmu? Tidak, aku hanya memprediksi, beruntung jika itu tepat"
"Sepertinya kau tak berniat menjelaskannya?" desak Patrick.
"Memang tak ada yang bisa dijelaskan, kita membicarakan kasus ini, lalu anda melamun, sebatas pengetahuanku sih biasanya akan melamunkan hal yang tak jauh dari kasus ini, tapi bukan memikirkan petunjuk/teka teki kasus ini karena raut wajah anda tidak berpikir, lebih seperti 'mengenang', karenanya mungkin mengenang kasus-kasus yang berhasil anda pecahkan. Sekarang kembali ke topik, apa yang harus kita lakukan kedepannya?" jelas Lucio.
"Bukannya kau yang tidak ingin kita ke Moscow? Harusnya kau yang sudah memikirkan rencananya" jawab pamannya.
"Moscow? Kenapa?" tanya Patrick.
Lucio menghela nafas.
"Ceritanya panjang. Intinya kami memiliki petunjuk bahwa mereka beraktifitas disana, setidaknya 'pernah'."
"Baik, aku tidak akan memaksakanmu cerita."
"Wah, jawabanmu diluar dugaan Mr.Patrick"
"Tentu aku ingin tahu, tapi aku tak perlu menanyakannya. Satu-satunya kenalanku yang sangat cerdas dan lihai, yang metodenya aku akui luar biasa dan tak perlu dipertanyakan lagi, seorang detektif yang dikenal dengan nama samaran Deneu, dibunuh, padahal hanya aku yang mengetahui identitasnya. Lagipula, aku melihat aksimu dan aku mengakui kecerdasanmu, kau cucunya, memiliki kharisma yang sama, bahkan mungkin aku merasa...sedikit bertanggungjawab"
"Mr.Patrick, anda tak perlu menyalahkan diri anda terhadap kematiannya." jawab paman Lucio.
"Apa anda sendiri akan bilang begitu jika anda menjadi saya?"
Situasi hening.
"Dia benar" jawab Lucio. "Jika aku menjadi Mr.Patrick, aku akan menyalahkan diriku sendiri, tapi itu membuang waktu. Apapun yang telah terjadi takkan bisa diubah lagi. Kita hanya perlu membuat para bajingan itu membayarnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Hidden War
Mystery / ThrillerSeorang mahasiswa Harvard, Lucio crezora, mendapat panggilan mendadak dari kepolisian Perancis ke sebuah Museum. Disana yang ditemuinya seorang mayat yang penuh kejanggalan. Sadar jika dirinya dituduh menjadi tersangka, dengan sigap dia mencari car...