01

492 23 17
                                    

Gadis kecil itu terus menangis, tangan mungilnya tak bisa melawan kekuatan para pria besar yang menahannya. Ia terus berteriak memanggil ayah dan kakaknya yang tak sadarkan diri akibat tertembak. Si pemimpin itu memandang kedua mayat tersebut dengan tatapan meremehkan. Namun si gadis kecil tak bisa berbuat apa-apa. Ia terlalu lemah untuk membalas mereka semua. Ia hanya menangis melihat para penjahat itu seolah mengejeknya. Ia takut, ia sendirian. Dan ia tidak menyangka siapa pembunuh sadis itu.

"Aku benci paman!!"

Kianna terbangun dengan nafas terengah-engah. 'Shit! Mimpi itu lagi!' Umpatnya. Bayangan itu terlintas begitu saja dimimpinya. Sejenak ia berdoa untuk kedua orang tercintanya yang telah mati terbunuh dengan paksa dan juga untuk ibunya yang bunuh diri akibat depresi. Membuat gadis kecil Kianna merasa sendirian. Ia melirik jam yang berada dinakasnya, masih menunjukkan 10 malam. Masih terlalu sore untuk melanjutkan tidurnya, karena biasanya ia akan tidur larut malam mengingat jam kerjanya yang padat. Ia segera bangkit dari tempat tidurnya. Memakai mantel dan sepatu kesayangannya ia segera keluar dari apartemennya.

**

Hingar bingar kota New York tak mengusik kenyamanan Kianna. Kota tak pernah tidur ini sudah tak asing baginya. Justru ia senang keluar dimalam hari karena kota ini semakin ramai saja. Ia melangkahkan kakinya menuju kedai terdekat dari kawasan apartemen. Setelah mencari tempat ternyaman ia segera mendudukkan dirinya dan segera memesan segelas coklat panas. Tak butuh waktu lama pesanannya datang. Ia meminumnya perlahan.

Sudah biasa jika ia pergi malam hari begini, apalagi diwaktu luangnya seperti saat ini. Ia teringat mimpi buruknya. Baginya, lebih baik ia tak pernah tidur daripada mengingat kejadian dimana orang tercintanya mati dengan mengenaskan. Lebih baik ia tak pernah hidup jika saja tak ada orang baik hati yang dengan senang hati merawatnya. Tapi seperti sebuah kutukan keluarga itu mengalami kecelakaan dihari ulang tahunnya, mengakibatkan ia berada dipanti asuhan. Disana ia harus mandiri diusianya yang ke-10 tahun. Kia kecil yang kesepian, Kia kecil yang tertekan, dan Kia kecil yang tak merasa bahagia.

Ia sangat merindukan keluarganya. Dulu, mereka selalu terlihat bahagia membuat keluarga manapun merasa iri dengan kebahagian mereka. Baginya ia tak butuh menjadi dewasa seperti sekarang, yang ia butuhkan hanya menjadi Kia kecil yang mendapatkan kehangatan, dan canda tawa dari keluarganya. Merayakan ulang tahunnya dan merayakan keberhasilan ayahnya menjadi pemimpin perusahaan. Tapi semua itu hilang saat pria brengsek tak tahu malu datang dan membunuh keluarganya dengan tidak berperasaan. Didepan matanya.

Tanpa terasa minumannya sudah habis tak tersisa. Ia kembali memesan karena segelas saja tak cukup untuk menghangatkan tubuhnya. Kebanyakan orang akan memilih wine atau sebagainya untuk menghatkan tubuh mereka. Tapi berbeda dengan Kianna Fletcher, ia memilih coklat panas. Karena menurutnya minuman ini dapat menghangatkan tubuhnya serta mengembalikan moodnya. Dan ia pecinta coklat.

HOPETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang