When we meet people
We don't meet by accident
There will always be a reason why meets people.
They are meant to cross our path by reason
Either to build us up
Or tear us down
But we'll still thank them both
-=.=-
Sekali lagi aku melirik jam tangan yang melingkari pergelangan tangan kananku. Sudah hampir satu jam dari waktu yang dijanjikan. Mereka semua terlambat. Tidak ada satupun anggota teater sekolah yang nampak selain aku disini. Bukan hanya anggota teater, tapi semua anggota klub lainnya. Karena memang hanya ada aku yang sedang berada di sekolah. Toh siapa juga yang ingin menampakan diri di sekolah saat liburan.
Aku ingin menanyakan keberadaan mereka sebelum akhirnya ada sebuah pesan masuk di ponselku yang segera aku buka.
Kirta
Oops. I sent a typo.
Rapat kita tanggal 11 bukan 1.
Sorry.
Aku hanya bisa menghela napasku sesaat setelah membaca pesan yang baru saja masuk. Well, saat minggu lalu dia mengirim pesan ini aku sudah bisa menduga akan berakhir seperti ini.
Damn it! Aku tertipu. Seharusnya aku tidak tertipu lagi.
Lagi? Yap. Entah hal apa yang membuatnya bisa melakukan hal itu padaku. Entah dia setuju atau tidak. Yang jelas aku merasa tidak pernah melakukan kesalahan apapun padanya. Justru aku sangat ingin berteman dengannya, walau sebenarnya motifku tidak cukup tulus.
Namanya Kirta Aldebaran. Pertama kali bertemu dengannya saat masa orientasi di SMP. Waktu aku mengenalnya sebagai seorang Aldebaran, aku sangat ingin beteman dengannya. Keluarga Aldebaran sangat terkenal dengan kemampuan mereka di dunia teater. Dimana itu adalah bidang yang sangat aku sukai. Ibu Kirta adalah Laura Aldebaran yang merupakan anak tunggal dari Marwandhana Aldebaran.
Marwandhana adalah salah seorang tokoh teater klasik ternama di Indonesia. Beliau adalah pendiri teater Segovia di mana ratusan lakon tanpa cacat selalu diproduksi. Sementara putrinya, Laura, juga sukses menjadi seorang aktris teater penuh bakat. Setiap perannya selalu berhasil menyihir para penonton untuk hanyut dalam drama yang di tampilkan di atas panggung. Kedua orang itupun sudah banyak mengantongi berbagai macam penghargaan dari Festival Teater Indonesia, Penghargaan Piala Citra hingga Asian Pacific Film Festival
Saat aku mengetahui semua itu, bagaimana mungkin aku tidak ingin berteman dengan seorang Kirta Aldebaran? Menjadi teman seorang anak dari tokoh yang menginspirasiku bukan hal yang salah, bukan?
Beberapa hari aku mencoba mendekati Kirta. Menariknya dengan semua buku fiksi yang aku punya, menceritakan semua kekagumanku terhadap Ibu dan Kakeknya juga seni peran di atas panggung. Bahkan aku juga menunjukannya beberapa coretan naskah dari screenplay yang aku buat. Namun, setelah semua yang aku lakukan, terkadang aku melihat tatapan matanya yang menunjukan sesuatu yang tidak mengenakan. Aku tidak mengerti arti tatapan itu. Kemudian aku menyadari kalau Kirta mulai menghindariku. Lalu setelah beberapa minggu, Kirta benar-benar menjauhiku dan memulai aksi tipunya untuk menjailiku.
Aku sudah tidak memperdulikan alasannya dan terbiasa dengan sikap bully yang ia tujukan padaku. Mengingat seseorang dari masa SMP membuatku merindukan seseorang yang juga datang dari masa dan tempat yang sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pemeran Utama
RomanceAku dan kamu, Hanyalah seorang aktor kehidupan. Saling bertemu dalam sebuah drama romantika. Sama-sama tidak tahu naskah apa yang kita mainkan. Aku dan kamu, Terlalu sibuk mencari-cari sang pemeran utama. Menjadi terlalu mudah untuk pergi dan menin...