Tinjau sebuah kumparan solenoida besar terbuat dari satu lapis lilitan konduktor. Lilitan konduktor ini memiliki panjang 4cm x 2cm dan di dalamnya terdapat penampang saluran air dingin berukuran 2cm x 1cm. Kumparan besar terdiri dari 100 lilitan berdiameter 3m dan panjangnya 4m. Pada kedua ujungnya tedapat lempeng baja yang melingkar agar medan magnet menjadi homogen dan untuk membalikan fluks magnetik yang melewati strukur eksternal baja ke dalam kumparan. Medan magnet yang terbentuk adalah 0.25 Tesla. Dengan mengabaikan induktansi dan resistansi, tentukan ...
Belum selesai aku membaca soal itu, kepalaku berdenyut nyeri. Aku melepas kaca mataku lalu meletakannya sembarang di atas lembaran soal itu. Mendadak kepalaku terasa kencang. Kemudian aku putuskan untuk melepas gelungan rambutku dan membiarkannya terurai. Bekali-kali aku memijat pelipisku. Namun, itu sama sekali tidak berdampak.
OFN tinggal dua hari lagi. Pak Arif semakin memberikan materi yang lebih padat. Dua minggu ini aku sudah memberikan banyak waktuku untuk Fisika. Berkutat dengan fisika klasik hingga fisika modern. Teori-teori yang dicanangkan oleh Newton, Einstein, Gauss, Dopler, Bernoulli, Planck, Boltzmann, hingga John Montgomery sudah tertanam di otakku dan mulai menghantuiku.
Aku suka fisika. Sangat suka malah. Tapi, dengan semua materi tambahan ini mulai membuatku muak. Aku menemukan titik jenuhku. Dalam kondisi seperti ini, aku tahu kalau percuma saja untuk dilanjutkan. Ini hanya akan membuatku ingin melarikan diri dan melupakannya.
Pening ini semakin menjadi. Aku rasa, aku sudah terlalu memaksakan kinerja otakku. Aku butuh istrahat sekarang juga!
Tidak kuat berlama-lama lagi, aku langsung mengirimkan pesan untuk Gian agar segera menjemputku. Hanya butuh beberapa detik, Gian sudah mengiyakannya lewat pesan balasan.
Aku menghela napas lega. Aku merapikan barangku ke dalam tas dan menyisahkan satu set lembar soal dan sebuah pensil. Sebenarnya masih ada satu jam tersisa sebelum aku bisa pulang. Namun, aku sudah terlalu lelah dan tidak sanggup lagi untuk sekarang ini. Setidaknya, aku sudah dengan tekun mengikuti pemadatan materi dua minggu kebelakang, bahkan membiarkan hari sabtu dan mingguku tersita untuk pemadatan. Hari ini aku juga sudah mengerjakan separuh dari soal yang diberikan. Sebut aku pembangkang, tapi aku tidak perduli lagi.
Sudah pukul empat sore lewat lima belas menit saat aku keluar dari ruangan Pak Arif. Setelah menyerahkan jawaban dari soal yang aku kerjakan tadi, aku meminta izin untuk pulang lebih cepat. Aku juga meminta agar besok aku tidak mendapat pemadatan lagi. Sejujurnya, aku sedikit terkejut saat Pak Arif memberikan izinnya.
Aku tersenyum senang. Perasaanku terasa lebih ringan. Kepalaku juga tidak terasa terlalu tegang. Setelah mendudukan diri di dudukan di samping gerbang -tempat kesukaanku untuk menunggu Gian menjemput, aku kembali menggelung rambutku ke atas.
"I thought you with your hair bun are the perfect match, tapi rupanya melihatmu dengan rambut terurai juga terlihat cantik."
Aku mendengus saat mendengarnya, tapi juga tersipu. Tidak perlu menoleh pun, aku tahu siapa yang mengatakannya. Hanya ada satu orang yang memiliki suara itu. Ditambah dengan gaya bahasa yang tidak umum. Sebuah pembuka percakapan tanpa adanya kalimat sapaan. Itu semua adalah gaya Rezvan.
"Untukmu."
Setelah duduk, dia menyodorkan satu gelas jus mangga. Tanpa ragu, aku langsung menerimanya dan meminumnya hingga tersisa setengah gelas. Sensasi dingin dan segarnya berhasil menghilangkan rasa penat yang sedari tadi menyelimutiku.
"Saat melihatmu di laboratorium fisika, wajahmu terlihat mengerikan. Seperti orang depresi yang tidak berharap bisa hidup lagi. Tapi, saat kamu mengurai rambutmu, you look like a crooked angle. "
Aku mencibirnya, "aku nggak yakin kalau kamu berniat menghiburku. Dan apakah tadi itu pujian? Aku rasa tidak!"
Rezvan terbahak. "Ini adalah pujian dan semangat dariku. Percayalah!"
"Aku nggak tahu kenapa aku mau berteman sama kamu."
"Kalau begitu, apa kamu mau selain berteman denganku? Like a date maybe?"
"Late! I am no longer available for a date," ujarku kemudian aku tertawa.
Awalnya kami tertawa bersama. Namun, perlahan tawa Rezvan terdengar dipaksakan dan tidak senyaring biasanya. Aku segera menghentikan tawaku dan mengalihkan topik pembicaraan dengan menanyakan, kenapa dia belum pulang. Seingatku, dia tidak memiliki kegiatan apapun hari ini. Dia sudah bisa pulang sejak pukul 3 sore tadi.
"Aku lupa mengabari supirku kalau aku pulang cepat hari ini. Lagi pula terasa aneh saat aku pulang sekolah tanpa menunggu di gerbang ini bersamamu. Aku pikir, ini sudah menjadi kebiasaan untukku. Jadi, aku putuskan menunggu dan berkeliling. Lalu, aku melihatmu tadi. Terlihat tertekan di dalam sana. Aku pikir, satu gelas jus mangga bisa sedikit menyegarkanmu. Tapi, saat aku kembali, kamu sudah tidak ada. Seperti dugaanku, aku bisa menemukanmu di sini."
"Bilang saja kamu menungguku," godaku.
"Memang."
Jawaban itu memang terdengar santai, tapi entah kenapa membuatku diam-diam bahagia mendengarnya. Ada seseorang yang menungguku. Sebelumnya aku selalu menjadi pihak yang menunggu. Sekarangpun juga begitu. Aku menunggu Kin.
Sekelebat bayangan sosoknya singgah di pikiranku. Membuatku tiba-tiba merasa sesak.
Aku menghela napasku dalam. Kecewa. Lelah.
"Shan, are you okay?"
Aku mengangguk lelah. Aku beralasan kalau aku sedang sangat lelah dan ingin segera istirahat. Persiapan olimpiade ini sangat menyita tenagaku.
Rezvan terdiam sebentar. Kemudian dia merapatkan dirinya kepadaku. Sebelah tangan kanannya menuntun kepalaku agar bersandar pada bahu kirinya.
"Tidurlah. Aku tidak keberatan."
Awalnya aku enggan. Terasa sangat canggung seperti ini. Sementara rasa lelah semakin menguasaiku, aku terbuai dibuatnya. Aku mulai terbiasa dengan bahu Rezvan yang ternyata cukup lebar untuk menjadi sandaranku. Tidak juga terasa keras dan menyakitkan. Sangat nyaman malah. Ditambah dengan teduhnya bangku kami dan semilir angin, aku terbawa ke alam mimpi.
-cut-
Oow, maapkeun..
Terlalu sibuk dan sekali update cuman pendek. Ok, writer block mulai menghantui dan aku masih belum menemukan mood lagi untuk menulis lagi. So, i hope you guys still enjoy this story and keep it up. Thankyou
love,
--
KAMU SEDANG MEMBACA
Pemeran Utama
RomanceAku dan kamu, Hanyalah seorang aktor kehidupan. Saling bertemu dalam sebuah drama romantika. Sama-sama tidak tahu naskah apa yang kita mainkan. Aku dan kamu, Terlalu sibuk mencari-cari sang pemeran utama. Menjadi terlalu mudah untuk pergi dan menin...