1

500 39 4
                                    

Seorang perempuan mendengus sebal, dia sudah tidak bisa menghitung berapa kali dia mendengus dihadapan orangtuanya akhir-akhir ini. Bagaimana tidak jika orangtuanya membahas masalah yang sama setiap saat-kapan dia dan 'calon' suaminya itu akan menetapkan tanggal pernikahan.

"Jadi, kapan Jenny?" Sang Ayah kembali bertanya.

Jenny mendengus kesal lagi, "Aku sudah bilang Dad kenapa harus dengannya? Masih banyak pria yang lain!" Perempuan itu berdiri dari duduknya lalu mengangkat kedua tangannya, "Tidak dengan Harry." Lalu dia melangkahkan kaki menuju kamarnya tanpa memperdulikan kedua orangtuanya yang hanya diam karena tingkah anaknya itu.

Jenny membanting pintu kamarnya dengan emosi yang memuncak, sepanjang hidupnya inilah yang terburuk yang pernah ada. Menikahi pria yang tidak dicintainya tapi, dia akui Harry sangat sangat tampan dan sexy bahkan pacarnyapun tidak dapat mengalahkan ke sexy-an yang dipunyai Harry.

"Gila! Kau bisa gila Jenny!" Dia memukul kepalanya, pikirannya benar-benar kacau saat ini.

Dia melirik handphone-nya yang bergetar diatas meja terlihat nama "Jennifer" dilayar, dengan cepat dia mengambil handphone-nya lalu mengangkat panggilan itu.

"Halo?"

["Jey? Oh! Aku ingin memberitahumu aku tidak akan pulang malam ini!"] Seru seseorang bernama, Jennifer, Adik Jenny.

Ah, jangan heran kenapa Jenny dipanggil Jey oleh Adiknya itu, Jey adalah nama panggilan Jenny, alasan kenapa dia memilih nama panggilan itu karena nama itu lebih terdengar bagus untuknya.

"Kau akan kemana malam ini?" Jenny menjatuhkan bokongnya kekasur yang berukuran king size miliknya itu.

"Kau tahu pasti Jey." Jennifer menghela nafasnya panjang diseberang.

"Kalau begitu aku ikut!"

"Kau gila?! Harry akan membunuhku jika dia kau membatalkan janjimu dengannya karena aku!" Jennifer berteriak, "Tidak, tepati janjimu dengan Harry itu. Ok bye!"

Jenny melempar handphonenya kesal, Adiknya itu mematikan sambungan dengan seenaknya.

Perempuan itu berdiri dari duduknya dan membuka lemari bajunya, dia mengomel tidak jelas karena kesialannya, ya, dia lupa malam ini dia memiliki janji dengan Harry.

Setelah mengacak-acak lemarinya akhirnya dia menemukan pakaian yang cocok, oh, bukan berarti dia sangat senang bertemu Harry sampai rela mengacak-acak lemarinya itu. Dia harus juga bergaya jika ingin pergi bukan?

Perempuan itu melihat bajunya tidak yakin, "Uh, siapa yang peduli!" Dia dengan cepat mengganti bajunya.

Kaos putih polos berlengan pendek dan celana panjang berwarna hitam, simple tapi, sangat cocok dengan Jenny. Ayolah, pakaian apa yang tidak cocok ditubuh indahnya itu?

Dia melirik jam yang berada didinding, "Masih jam 5," Dia mengangkat bahunya cuek lalu mengambil tas dan handphone-nya, "Masih ada 2 jam lagi."

***

Jenny duduk termenung di kafe, dia mengehela nafasnya pelan entah sudah berapa lama dia duduk termenung disini hanya karena menunggu kekasihnya-bukan Harry melainkan Liam.

"Jey?"

Jenny mengangkat kepalanya, senyumnya mengembang seketika karena melihat wajah kekasihnya.

"Kau datang." Dia memberi sebuah kecupan singkat dibibir Liam.

"Kau menunggu lama?" Liam menatap Jenny dengan tatapan memelas takut kekasihnya itu menunggunya terlalu lama.

Jenny hanya menggelengkan kepalanya.

Stupid Marriage [Hendall]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang