Shall We Dance?

777 75 5
                                    

{ Background Music : Block B Bastarz – 찰리채플린 (Charlie Chaplin) }

.

~Yifan's POV toward Joonmyeon~

Jika suatu saat nanti kau bertanya padaku kata apa yang paling tepat untuk mendeskripsikan dirimu, kau akan mendapatkan kata 'indah' sebagai jawaban dariku. Bukan 'sempurna', bukan pula 'rupawan'.

Tapi jangan tanyakan alasan di balik jawaban itu, karena bahkan aku sendiri belum berhasil menemukannya. Entahlah, cara verbal tidak akan bisa menjabarkan begitu mengagumkannya seorang Kim Joonmyeon di mataku.

Kau tahu hal apa saja yang berhasil membuatku mengalihkan perhatian kepadamu semenjak pertama kali kita bersua dahulu? Senyumanmu, caramu berjalan, dan keramahanmu.

Aku, yang kala itu baru menjejakkan kaki di Korea Selatan sebagai trainee, terpaku sejenak begitu kau melangkah memasuki gedung SM dengan kepercayaan diri tinggi serta senyuman yang sama cerahnya seperti cahaya mentari.

Berbeda denganku yang hanya bungkam karena terhalang perbedaan bahasa, kau menebar sapa ke semua orang seakan kalian mengenal satu sama lain dengan baik. Ternyata pada kenyataannya mereka memang betul-betul mengenalmu, saat itu aku belum mendengar soal betapa lamanya kau berlatih di SM.

Rasanya seperti sedang mengalami déjà vu, apa yang terjadi pada kita dahulu kini kembali terulang. Hanya saja terdapat beberapa perbedaan yang signifikan seiring berjalannya waktu, titel trainee yang disandang selama beberapa tahun kini berganti menjadi pemimpin dari grup beranggotakan dua belas pemuda.

Dan kita, yang tadinya saling asing, sekarang dapat memiliki satu sama lain.

"Akhirnya kita bisa meluangkan waktu agar dapat bepergian ke luar seperti ini," ucapmu sembari berjalan beriringan denganku menyusuri trotoar jalan, langkahmu begitu ringan meskipun suhu Seoul malam ini nyaris menyentuh angka nol derajat Celcius.

Dengan nada memohon maaf, aku bertanya, "Apa kau kesal karena belakangan ini kita terlalu sibuk sampai-sampai tidak mempunyai waktu untuk memikirkan hal lain selain pekerjaan?"

Kepalamu bergeleng, masih dengan senyuman yang tak pernah lekang. "Tentu saja tidak. Jangan merasa bersalah begitu, toh bukan kau yang menentukan jadwal kita. Lagipula kita disibukkan oleh pekerjaan, bukan oleh hal lain yang tidak produktif."

Terkadang timbul tanda tanya besar dalam kepalaku, tidakkah otot-otot di bibirmu lelah? Tidakkah mereka letih membentuk lengkungan yang senantiasa menghiasi wajahmu dan membuat semua orang merasa tenteram setiap kali melihatnya?

Kau, Kim Joonmyeon, dan aku, Wu Yi Fan, tercipta dengan begitu banyak perbedaan. Bagaikan putih dan hitam serta air dan api, kita dipertemukan untuk saling melengkapi ataupun saling menghancurkan. Manakah yang pada akhirnya akan kita lakukan? Biarkan waktu yang menjawab di kemudian hari, yang bisa kita lakukan hanyalah menjalani seraya berspekulasi.

"Ngomong-ngomong, kau akan mengajakku pergi kemana malam-malam begini?" tanyamu dengan kepala mendongak ke arahku, aku bisa menangkap kilas pengharapan yang cukup jelas dari nada bicaramu. "Karena kita berjalan kaki, pasti jaraknya tidak jauh."

"Bersabarlah sebentar lagi, kau akan segera tahu nanti." Sengaja ku lontarkan kalimat yang menggantung agar rasa penasaranmu bertambah. "Yang pasti aku tidak akan membuatmu kecewa."

Selagi melangkah, aku mengamati telapak tanganmu seringkali kau tiupkan dengan nafas hangat dari mulutmu, padahal kau sudah membalutnya dengan sarung tangan. Syal tebal yang melingkari lehermu juga kerap kau rapatkan hingga menutupi separuh wajah.

Kau pasti kedinginan, aku juga merasakan hawa ini menusuk menembus kulit hingga ke tulang terdalam. Karena itulah ku gamit sebelah tanganmu dan ku jejalkan ke dalam saku jaketku bersama satu tanganku agar kita berdua hangat.

☑ Shall We Dance?⚫krishoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang