8. Hutan Berkabut

4.4K 275 10
                                    

Istana Olethea

Bryan berjalan dengan cepat melintasi ruangan demi ruangan yang ada di istana Olethea. Tujuannya hanya satu -- mencari keberadaan Alex. Kepalanya kini dipenuhi dengan berbagai macam tanda tanya.

"Alex," panggilnya saat sudut matanya menangkap siluet sosok yang dicarinya sedang berjalan cepat tak jauh di depannya.

"Ada apa?" tanya sang putra mahkota Olethea itu berbalik menatap Bryan.

"Aku sudah menemukan petunjuk dimana Dandelion beraa," jawab Bryan sembari mengibas-ngibaskan kertas kuno yang berada di tangannya. "Aku menemukan ini tadi pagi di depan pintu kamarku."

Prince Alex bergegas menghampiri sahabatnya yang sedang berdiri lima langkah di belakangnya. "Benarkah? Lalu dimana katanya Dandelion berada?"

"Achlyss Forest --Hutan Berkabut," balas Bryan mantap.

"Lalu apa lagi yang kau tunggu sahabatku?" tanya Alex heran melihat Bryan yang masih berdiri dengan santainya sembari menopangkan tubunya pada tembok.

"Apa kau masih tak sadar juga yang mulia?" tanya Bryan menjadi serius.

Prince Alex mengangkat alisnya. "Maksudmu?"

"Apa kau tak sadar ada yang aneh dalam kejadian ini? Maksudku untuk apa sang penculik itu menculik Dandelion kemarin malam, dan ia memberitahukan tempat persembunyiannya kepada kita pagi ini begitu saja. Apa mereka ingin mempermainkan kita?" lanjut Bryan menjelaskan pertanyaan yang sudah menghantui pikirannya sejak pagi ini.

"Kau benar Bryan! Ada yang aneh dalam masalah kali ini," timpal Alex membenarkan perkataan sahabatnya. "Kalau begitu kita bawa pasukan untuk berjaga-jaga."

Bryan menggeleng. "Tidak yang mulia! Menurutku kali ini kita tak akan berhadapan dengan siapapun. Sebaiknya kita berdua saja yang pergi. Jangan libatkan prajurit Olethea kali ini."

"Baiklah jika itu menurutmu yang terbaik sobat!" sahut Alex saat mereka berjalan menuju istal istana.

Mereka pun menunggangi kuda masing-masing dan dengan cepat kami sudah berderap di atas kuda masing-masing menuju Hutan Berkabut.

"Kita sudah hampir sampai yang mulia," teriak Bryan berusaha mengalahkan deru angin. "Menurutku lebih baik kita mulai berjalan kaki dari sini."

"Baiklah," sahut Alex, turun dari kudanya yang berwarna coklat.

"Kau siap yang mulia?" balas Bryan memegang pedangnya lebih erat.

Alex mengangguk dan mengikuti Bryan memasuki hutan yang tak terjamah manusia tersebut.

Suasana hutan yang gelap membuat Bryan semakin mencengkeram pedang yang ia bawa menyalurkan energinya agar pedangnya semakin bercahaya.

Bryan merasa bulu kuduknya mulai berdiri ketika tangan-tangan dingin nan lembap menjalari sekujur tubuhnya. Seolah memeluknya erat seperti tak ingin dilepas. Bukan. Ia bukannya takut dengan kabut tebal yang seolah-olah 'hidup' tersebut. Tapi yang jelas ia ingin segera keluar dari hutan yang konon dibilang tak berujung. Siapa pun yang masuk tak akan pernah kembali.

Sebenarnya Bryan yakin kalau mitos tersebut tak sepenuhnya benar. Hutan ini bukannya tak memiliki ujung. Namun karena kabut tebal yang selalu melingkupi hutan inilah yang membuat siapa pun yang pernah masuk tak akan pernah kembali.

"Aduhh...," keluh Bryan saat kakinya tersandung oleh sulur-suluran yang saling membelit satu sama lain. Bryan semakin menggengam pedangnya erat. Berusaha agar pedang itu bersinar makin kuat.

"Yang mulia?" panggil Bryan memastikan agar sang pangeran itu masih berada di dekatnya.

"Ya aku disini," sahut Alex. Pedangnya bersinar semakin kuat sehingga mampu membuat kabut di sekitarnya menipis. Walau tak hilang sepenuhnya...

The Olethea Kingdom [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang