13. The Debutante Ball

4K 240 34
                                    

"Ibu! Itu sangat... Sangat berlebihan!" protes Agnes ketika Mrs. Chailyn menyodorkan sebuah gaun berwarna merah marun yang mengembang dan ditaburi oleh batu swarovski. Sangat kontras dengan warna kulit putihnya.

"Tapi yang mulia..."

"Tidak ada tapi-tapian, Ibu," sahut Agnes tegas. "Jangan panggil aku yang mulia. Bagaimana pun juga kaulah yang membesarkanku. Jadi aku akan tetap memanggilmu Ibu, dan aku harap Ibu juga memanggilku dengan sebutan nama seperti dulu."

"Baiklah Agnes," Mrs. Chailyn menghela napas lelah setelah kemarin seharian berdebat tentang hal itu dengan Agnes. "Jadi sekarang, aku harap kau mau memakai gaun ini di pestamu nanti malam. Kau tidak mau Ibumu ini dimarahi oleh Pangeran bukan?"

Agnes menghela napas frustasi. Bukan ini hidup yang ia mau. Mungkin di saat semua gadis berlomba-lomba ingin mendapatkan sang Pangeran demi hidup mewah di istana, ia satu-satunyalah gadis yang ingin hidup sebagai gadis biasa. Hidup di desa yang sederhana. Mengurus perkebunan dan peternakan. Itu semua sudah lebih dari cukup untuknnya!

"Tapi, Bu, gaun ini terlalu berlebihan! Apa aku tidak boleh memakai gaun lain yang lebih sederhana?" bantah Agnes untuk ke-sekian kalinya.

"Ayolah Agnes! Ini pestamu! Kaulah fokus utamanya! Semua mata akan melihatmu nanti malam. Apalagi kau akan bersanding dengan Prince Alex! Apa kata King Matthias nanti jika kau tidak mau memakai gaun ini?" ujar Mrs. Chailyn tak kalah frustasi dengan sikap keras kepala Agnes.

"Baiklah aku akan memakainya," ujar Agnes memutuskan setelah berdebat cukup lama dengan pikirannya sendiri.

Agnes menatap ngeri ketika Ardena dan Josephin akan membantunya memakai korset dan cranoline. Tetapi ia tidak membantah lebih lanjut dan kali ini memilih untuk menurut.

Ardena kemudian Menyisir rambutnya dan menyanggulnya dengan beberapa untai yang disisakan. "Bagaimana menurut anda, yang mulia?" tanya Ardena puas dengan hasilnya. Ia menyodorkan sebuah kaca ke hadapan Agnes.

Agnes kemudian menatap kaca itu dengan sangsi. Tak yakin dengan apa yang dilihatnya. Ia bukan lagi melihat seorang gadis desa yang sederhana. Melainkan seorang wanita muda yang tampak dewasa dan anggun. Gaun merah berleher rendah yang dipakainya membuat lehernya yang putih terekspos, menampilkan leher putih nan jenjang. Agnes menatap Ardena, pelayan pribadi 'Agnes' palsu yang kini menjadi pelayan pribadinya. "Itu... Itu aku?" tanya Agnes tak percaya.

"Tentu saja yang mulia!" sahut Ardena riang sembari menyemprotkan pewangi kesukaan Agnes ke seluruh tubuhnya. "Anda benar-benar menawan hari ini! Aku yakin semua orang akan terpikat dengan kecantikan anda!"

"Baiklah saatnya menuju pesta!" seru Josephin sambil memakaikan sepatu berwarna senada dengan gaun Agnes.

Mereka berdua lantas mengamatinya dari ujung atas kepala sampai ujung kaki sebelum akhirnya mereka berdua berseru sembari tertawa , "Perfect!"

Agnes ikut tertawa bersana mereka. "Baiklah... Baiklah. Aku akui kalian sangat berbakat!

"Baiklah! Time to the ball!" ujar Mrs. Chailyn sambil menggiring Agnes keluar dari kamar.

Mereka berjalan melewati lorong-lorong istana yang sepi. Hingga akhirnya mereka tiba di sebuah pintu besar yang dijaga oleh dua orang prajurit.

"Siap?" bisik Mrs. Chailyn menyemangati Agnes. "Untuk Olethea!"

Agnes menelan ludah gugup. Baiklah. "Ini untuk rakyat Olethea!" bisiknya lebih kepada diri sendiri sebelum akhirnya pintu besar itu terbuka. Menampilkan beratus-ratus bangsawan dan rakyat Olethea di bawah sana yang menatapnya dengan pandangan berbeda-beda. Kebanyakan para pria memandangnya dengan tatapan terpesona. Sementara para wanitanya lebih banyak memandangnya dengan tatapan... Iri?

The Olethea Kingdom [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang