Amira begitu bersemangat pagi ini, setiap pagi dia selalu semangat. Revisi skripsi hasil bimbingan dengan dosen pembimbingnya kemarin berjalan lancar. Tidak banyak yang harus diubah, Amira hanya perlu menambahkan beberapa sumber dan perlu membaca buku lain kara penulis yang salah satu bukunya ia jadikan penelitian skripsi. Ide cemerlang! Mengangkat novel 'Gadis Pantai' dan meneliti bagaimana sebenarnya sisi psikologis dan beban beban apa saja dari seorang gadis yang harus menanggung kemalangan itu.
Amira tersenyum membayangkan sebentar lagi dirinya bisa segera mengikuti ujian pendadaran. Jangan-jangan ia adalah mahasiswa yang lulus paling cepat. Aih, betapa menyenangkannya, mengingat teman-temannya yang lain masih berkutat menemukan topik, Amira sudah melanglang menuju proposal bab tiga! Dengan riang ia berjalan menuju kursi favoritnya di perpustakaan itu, kursi di pojok yang menghadap jendela.
Ketika ia melihat tempat duduk itu tidak lagi kosong, Amira sangat kaget. Tidak biasanya ada yang mau duduk di tempat itu, maksutnya lihat kursi dan mejanya, barang bobrok itu sengaja diletakkan di belakang agar tidak nampak. Agar perpustakaan tetap terlihat mewah. Siapa gerangan orang yang sedang duduk itu? Amira bermaksut mencari tahu ketika tiba-tiba orang itu berbalik dan melihat Amira yang sedang berdiri terpaku melihat ke arahnya.
"Hai, sini! Duduk sebelahku. Perpustakaan ini sepi sekali, kamu pasti mau mengerjakan skripsi, kan?" Amira terpana melihat laki-laki itu, dia mengenalnya sebagai teman seangkatan di jurusan Sosiologi
Kalau tidak salah namanya Jo, lengkapnya tidak tahu. Entahlah Jo siapa, Joshua atau Joni. Yang Amira ingat Jo bukan salah satu 'teman'nya. Mereka tidak pernah mengambil kelas yang sama dengan jadwal yang sama. Maklum saja kelas di angkatan mereka ada lima dengan jumlah mahasiswa yang cukup banyak. Seketika Amira ingin berbalik pergi, ia tidak bisa mengerjakan skripsi di samping 'orang asing' seperti Jo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Happiness (Cerita Skripsi Jonathan)
RomanceJonathan, mahasiswa yang mau tidak mau bergelut dengan skripsi, kerap membohongi dirinya sendiri agar sel alu bahagia, dia berbohong kalau semu anya baik-baik saja. Padahal kebahagiaan sejati muncul ketika pernah merasakan kesedihan. Siapakah yang b...