Jo melihatnya. Melihat kejadian dimana Fares mencium Vany diparkiran sore itu.
Saat itu -setelah Jo menghabisi teman-teman Fares, Jo berniat akan menolong Vany yang dipaksa pergi oleh pacarnya yang brengsek itu.
Dan saat ini wajah Jo terlihat kusut. Lebam-lebam diwajahnya sudah agak menghilang seiring waktu, namun, entah mengapa, rasa sesak yang ditimbulkan Vany masih saja terasa. Ia tidak pernah mengalami hal ini. Jika ada wanita yang ingin Jo jauhi, ia tinggal menjauh, dan akan lupa pada wanita itu. Tapi ..., mengapa pada Vany, ini terasa sulit?
Jo menghela napas panjang, dan menyenderkan tubuhnya di kursi kayu yang terdapat dipangkalan motor geng Sebastian.
Setelah kejadian dimana ia melihat adegan ciuman tersebut, ia sudah bertekad untuk menjauhi Vany agar rasa penasarannya tidak berkembang dan malah jadi jatuh cinta pada cewek itu. Dan biasanya, Jo selalu berhasil dalam melupakan wanita yang ada disekitarnya. Seperti Euis, contohnya. Cewek itu sudah beberapa hari ini Jo hindari dan tidak pedulikan. Ada kabar bahwa Euis dibully oleh siswi lain. Namun, Jo seolah menutup telinga dan tidak peduli. Itu gampang, dan tidak membuatnya kepikiran seperti saat ini. Ya. Kenapa Jo malah memikirkan Vany sampai kepalanya berasap?
"Kepala lo berasap!" seruan yang di ikuti oleh lemparan jaket membuat lamunan Jo buyar. Ia mengerjapkan matanya karna agak kaget. Jo menatap jaket tersebut dengan berkerut alis. Sebastian hanya tersenyum dan duduk disamping Jo. "Itu jaket kebanggaan gang motor ini. Lo gue kasih satu."
Jo mengukir senyuman, dan menggenggam jaket itu, menandakan bahwa jaket itu sudah menjadi miliknya. "Jangan sekali-sekali lo minta balik lagi, karna ini, udah jadi milik gue."
Sebastian tertawa. "Yakali gue minta balik lagi setelah gue ngasih nih jaket."
Jo ikut tertawa, dan mengenakan jaket itu ditubuhnya.
"Kenapa kepala lo sampe berasap?"
"Hah?" Jo terkekeh sambil mengerutkan alisnya. "Apaan sih bang? Mana ada kepala yang berasap?"
"Ada."
"Yakali ini kartun."
"Itu kepala lo ada asepnya!"
"Asep anak-anak yang ngerokok, kali!"
"Jo, lo tau maksud gue."
Jo terkekeh dan menganguk. "Ya, ya, gue ngerti kok."
"Ada apa, sih? Dari kemarin gue liat elo murung mulu."
Jo melotot pada Tian. "Masa iya gue dari kemarin murung?"
"Eh, lo gak percaya?"
"Kagak, elah!"
"Yaudah. Cerita aja ribet banget, sih!"
"Kayak ngerti urusan anak muda aja."
Sebastian menggetok kepala Jo dengan gemas. "Lo pikir gue udah aki-aki, hah?"
Jo terkekeh. "Oke, gue ceritain." katanya, dan mengembuskan napas panjang. "Ada yang aneh sama gue."
Sebastian mengerutkan alisnya, tidak mengerti. "Apa yang aneh sama lo?"
Jo menghela napas gusar, dan membenarkan duduknya menjadi menghadap pada Sebastian. "Lo tau kan bang, gue kalo mau jauhi dan lupain cewek, gue bisa dengan gampang lupa sama cewek itu. Tapi, beberapa hari ini, gue pengen ngejauhin cewek, dan malah kangen dan pengen liatin dia walau dari jauh. Itu aneh kan bang?"
Sebastian menatap datar pada wajah serius Jo. "Elo yang bego!"
Ujung hidung Jo berkedut sebelah. "Hah?"

KAMU SEDANG MEMBACA
JoVan✔[BADASS #2] [PROSES PENERBITAN]
Teen Fiction[BADASS Series] Air dan minyak. Mungkin, dua cairan itu yang dapat mendeskripsikan Vany Vanila dan Stevan Jonathan. Mereka bisa bersama, namun tidak bisa bersatu. Jo itu bad boy, dan Vany itu cewek biasa yang dijuluki 'miss perfect'. Adu mulut menja...