Satu

3.6K 178 16
                                    



Aku melihatnya. Pemuda yang telah menempati hatiku sejak hampir tiga tahun yang lalu. Dengan balutan kaus putih polos, dilapisi jaket kulit berwarna hitam, berpadu dengan jeans yang juga hitam, menambah daya pikatnya bagiku.

Dia berjalan memasuki kafe yang sudah aku tempati sejak tadi demi menunggu kehadirannya. Melewatiku begitu saja lalu mendudukkan diri pada kursi di hadapan gadis pujaannya. Tentu dia kesini bukan untuk menemuiku. Memangnya siapa aku sampai-sampai berharap dia datang untukku?

"Hai sayang ..."

Aku mendengar nada ceria dalam sapaannya. Yang disapa justru hanya memutar bola mata. Yang aku tahu, dia mencintai gadis yang sekarang ada di hadapannya, tapi cintanya tak terbalas. Sama seperti aku, mencintainya dan tidak mendapatkan balasan darinya.

"Bima! Ngapain duduk disitu? Iih gue kan lagi nunggu Riko! Jangan ganggu deh," gerutu gadis itu sambil berusaha menarik Bima bangkit dari kursi yang dia duduki.

"Clara sayang, ngapain sih pake nunggu Riko segala? Udah ada aku kan disini, jadi kamu sama aku aja," balasnya yang justru membuat Clara makin jengkel. Aku melihat gadis itu mengambil tasnya lalu berpindah tempat, duduk di hadapanku.

"Sal, Bima nyebelin. Gue kan mau ketemu Riko, kenapa dia selalu gang- Iiih tuh kan, Bima pergi deh lo!"

Clara baru saja mengeluhkan perihal Bima yang selalu menganggunya, tapi pemuda itu justru sudah berada di kursi sebelahnya. Masih dengan senyum yang terlukis sempurna di wajahnya, Bima tetap duduk di samping Clara. Tidak peduli dengan pengusiran gadis itu.

"Salsa tuh liat temen lo, masa dideketin cowo kece kaya gue gamau? Bilangin dong, yayang Bima cinta sama dia," ujar Bima padaku. Tanpa dia tahu, perkataannya itu membuat suatu cairan dalam mataku mendesak ingin keluar. Aku hanya tersenyum, kembali menyaksikan pertengkaran dua remaja itu. Dalam hati aku berharap, seandainya aku yang ada di posisi Clara, dicintai oleh seorang Bima, pujaanku.

Pengunjung kafe yang melihat pertengkaran Clara dan Bima hanya menggelengkan kepala. Aku sendiri sudah menundukkan kepalaku, meyembunyikan wajah, lebih tepatnya untuk menutupi perubahan ekspresiku agar tidak diketahui orang-orang.

"Sal," sapa seseorang yang suaranya sudah aku hafal diluar kepala. Riko, pemuda seumuranku, sahabatku sejak di taman kanak-kanak, laki-laki yang sedari tadi ditunggu kedatangannya oleh Clara.

Riko tersenyum saat aku sudah mengalihkan wajah padanya. Melirik Clara dan Bima yang masih bertengkar, Riko mengajakku pergi dari kafe. Sebelumnya aku meletakkan post it yang telah aku isi dengan pesan untuk Clara di meja.

Aku pergi sama Riko, kalian bertengkar terus, aku pusing. Dadah~

_Salsa_

Sebenarnya kedatanganku ke Ra'Cafe untuk menemani Clara yang sangat ingin bertemu dengan Riko. Aku mengetahuinya, bahwa Clara yang telah menjadi temanku sejak kelas dua belas ini memang menyukai Riko.

Tringg..

"terimakasih sudah berkunjung di Ra'Cafe. Selamat datang kembali."

Suara khas dari alarm kafe terdengar beriringan dengan pintu yang dibuka dari dalam. Aku melangkah bersama Riko, meninggalkan Bima dan Clara yang masih asik bertengkar. Membiarkan Bima bahagia dapat berdua dengan Clara.

***

27 Mei 2016

Maafkan nau ya wkwk tau-tau malah nge-publish cerita baru, padahal Kala Hujan belum dilanjut. Udah mah Akhir SMA di pending wkwk.

Ini cerita tiap partnya ngga akan banyak :V

Seharusnya ini oneshoot tapi karena sesuatu jadi dibuat seperti ini...

Btw btw btw big thanks to ka AnitaPrastiwi yang udah nemenin pas awal buat cerita ini, yang udah kasih saran-sarannya juga wkwk dan yang terpenting makasih karna udah buatin covernya wkwk lopelope deh :**

Jangan lupa mampir ke cerita nau yang Kala Hujan sama Cinta Kedua (os) sekalian juga mampir di work nya kanit~ dijamin kalian bakal sukaaaaa...

Oke sekian semoga suka :3 jangan lupa kasih jejak setelah berkunjung~

Vomment kalian sangat berarti looh xD

Salam lalalala~ dari nau muah muah muah :*

QUADRILATERALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang