Lalu lintas pada siang hari itu cukup ramai,Nindy masih mengingat kejadian yang tadi ia alami ketika berada di sekolah dan lagi lagi perlahan air matanya jatuh membasahi pipinya. Via yang berada di samping Nindy mulai berbicara.
"Nindy kenapa lo masih nangis? Masih keinget ya sama yang tadi? Udahlah,gak usah di inget inget lagi." Via mengusap air mata Nindy dengan tisu.
Bunda pun ikut berbicara"Anak Bunda gak boleh cengeng,anak Bunda harus kuat ngadepin semuanya. Ini baru mulai perjuangan kaka ngadepin yang namanya permasalahan hidup. Kalo kaka bisa ngejalanin semuanya, ke depan nya bakalan gampang ngadepin nya." Bunda mulai terbawa suasana.
"Yuk, ini udah sampe Via pegangin Nindy ya,Bunda mau bukain pintu gerbangnya dulu."
"Iya,tante."
"Yuk Nin turun pelan pelan ya." Sambil memegang tangan Nindy,Via mengambil tas Nindy.
"Kamu istirahat dulu nak, Bunda buatin makanan ya." Bunda dengan sigap menuju dapur.
"Eh..tante,maaf. Via pulang dulu ya tante takut dicariin mama Via." Via mulai pamit pulang.
"Eh iya Via. Makasih loh ya udah nemenin Nindy sampai rumah. Mau dianterin gak pulangnya?" Sahut Bunda dari dapur.
"Enggak usah tante,Via dijemput sama abang Via."
"Hati-hati ya Via."Via pun menuju pintu depan rumah Nindy. Dan pergi meninggalkan rumah Nindy.
"Bun?" Nindy membuka mulutnya kembali.
"Iya sayang,kenapa?" Tanya Bunda
"Bun,menurut Bunda salah gak sih nyuruh teman menjauh dari kita padahal dia enggak punya salah sama kita?." Nindy bertanya dengan mata yang berbinar-binar seolah-olah mengisyaratkan sesuatu.
"Ya,jelas salah dong. Itu sama aja mau memutuskan hubungan tali pertemanan." Jawab Bunda heran. Bunda pun melanjutkan
"Emangnya kenapa kok tiba-tiba kamu nanya gitu? Kamu lagi di jauhin temen kamu atau kamu yang ngejauhin temen kamu?" Tanya Bunda heboh.Degggg... Nindy pun memejamkan matanya dan terlintas dipikirannya sesosok Andra.
"Enggak kok Bun,Nindy cuma nanya aja gak bermaksud apa-apa." Senyum sangat terpaksa.
Hari sudah mulai berganti malam,mentari mulai meredup tergantikan oleh sang rembulan.
Ketika Nindy sedang berbaring di tempat tidurnya,tiba-tiba Bunda mengetuk pintu kamarnya.
"Nak,ada temen kamu tuh dibawah." Bunda sedikit mengencangkan volume suaranya.
"Suruh naik aja Bun,Nindy masih sedikit pusing." Jawab Nindy lemah.
Beberapa saat kemudian..
"Iya kenapa?buka aja pintunya. Masuk aja" Jawab Nindy lemas.
Pintu kamar Nindy pun terbuka, Dan....
Hati kecilnya bertanya-tanya, *buat apa Andra kesini?*.
Terjadi keheningan beberapa saat yang di selingi dengan suara jangkring yang khas.
"Lo ngapain ke sini Dra?." Nindy memalingkan wajahnya.
"Gue mau jenguk lo Dra,sekalian gue juga mau minta maaf atas kejadian yang gak ngenakin hati lo disekolah." Jantung Andra berdegup kencang,tak pernah Andra merasakan jantungnya sekencang ini.
"Gak perlu Dra,udah gue maafin. Gue minta lo keluar dari kamar gue." Nindy mulai berbicara ketus sambil meneteskan air mata kembali.
"Nin,tunggu dulu Nin gue...."
"Udah Dra, keluar aja ini kamar gue." Jawab Nindy menutupi mukanya dengan selimut.
"Gue bakalan selalu ada di samping lo Nin, dibutuhin ataupun gak dibutuhin gue siap selalu stay disisi lo. Sebenci apapun lo sama gue,gak bakalan rasa sayang gue hilang ke lo." Andra mulai habis kesabaran.
"Pergi Dra!Pergi." Jawab Nindy sambil menangis.
Andra pun pamit kepada Bunda Nindy dan akhirnya Andra pun pergi dengan motor Ninjanya.
*Kenapa Nindy sebegitu bencinya sama gue,sampai dia gak mau liat gue sama sekali. Cara gue salah ngungkapin rasa sayang gue tadi pagi,gue tau dia tertekan. Maafin gue Nin,gue sayang lo* Batin andra mulai berbicara.
