Sorry

142K 6.9K 581
                                    

Elvira duduk di balkon kamarnya, menikmati semilir angin yang menerpa wajah, dan menerbangkan rambutnya yang tergerai indah. Secangkir coklat hangat yang masih mengepul tersedia di dekatnya, seakan menjadi peneman sepinya.

Mata Elvira terpejam, dengan gerakan perlahan, Elvira menekuk dan memeluk kedua kakinya, menenggelamkan wajahnya disana. Tak lama, kedua bahu Elvira bergetar. Elvira pun akhirnya menumpahkan rasa sakit hatinya dengan menangis.

"Elvira!!!!"

Suara bariton yang memanggil namanya terdengar cukup lantang dipendengaran Elvira. Membuat Elvira mengangkat kepalanya dari tekukan lututnya. Sambil menghapus jejak air mata dengan kasar, Elvira mulai berdiri dan menatap ke bawah, ke arah sumber suara.
Nafas Elvira tercekat ketika melihat Dhirga sedang berdiri dibawah dengan setangkai mawar pink ditangannya.

"Elvira, sorry."

Elvira berdecak mendengar kata-kata Dhirga. "Gue lagi ngga pengen dengar lagunya Justin Bieber. Mending lo pulang aja."

"Ngga! Aku ngga bakalan pulang sebelum kamu maafin aku."

"Oh ya?" Elvira menarik sudut bibirnya, membentuk senyuman sinis.

Dhirga mengangguk yakin.

"Then, stand there untill you die. Because I don't care!" Seusai mengutarakan kalimat itu, Elvira pun berbalik dan masuk ke dalam kamar, meninggalkan Dhirga yang terdiam membisu ditempat yang tak sempat menghentikan pergerakan Elvira.

Dhirga tak putus asa, digigitnya sekuntum mawar yang tadi ia genggam. Kemudian, tangan Dhirga beralih pada tangga kayu yang pernah ia pakai untuk masuk ke kamar Elvira. Setelah merasa tangga itu berada di tempat yang pas, Dhirga pun mulai menaiki tangga tersebut tanpa ragu.

Sesampai di balkon kamar Elvira, Dhirga pun segera masuk dan menemukan Elvira yang sedang duduk diatas kasur sambil mengusap air matanya kasar.

"Elvira." Lirih Dhirga.

Elvira yang tadinya tak menyadari kehadiran Dhirga pun tersentak kaget. "Lo ngapain disini? Kan gue suruh lo berdiri dibawah sampe mati!"

"Sorry."

Dhirga melangkah menghampiri Elvira sambil menghulurkan mawar pink yang tadi ia gigit demi memanjat ke kamar Elvira.

"Don't you dare!!" Pekik Elvira dengan suara seraknya. Tangan Elvira terhulur dan menepis kasar mawar pink huluran Dhirga.

"Elvira. Ini permasalahannya apa lagi? Jelasin ke aku." Dhirga mengambil tempat dihadapan Elvira.

Seakan tak ingin berada di dekat Dhirga, Elvira pun mulai beranjak dari atas kasur. Namun, saat akan melangkah, Elvira merasa ada tangan kokoh yang menarik tubuhnya kebelakang sehingga ia merasa punggungnya menubruk dada bidang yang biasa dia jadikan sandaran.
Dhirga mengalungkan lengannya dengan erat di perut datar Elvira.

Dapat Elvira rasakan detak jantung Dhirga yang menggila. Sontak, sembrurat di pipi Elvira pun muncul.

"Is it too late now to say sorry?" Bisik Dhirga tepat di telinga Elvira. Dhirga tersenyum tipis ketik merasakan tubuh Elvira yang berada dipangkuannya menegang setelah ia berbisik tepat ditelinga Elvira.

"Lepas!" Ketus Elvira sambil mencoba melepaskan diri dari dekapan Dhirga.

"Lagi bentar hujan, dingin lho. Makanya aku peluk kamu, selimut bernyawa."

"Ck.... Jayus." Elvira memutar bola matanya malas sambil tangannya mencoba melepas dekapan erat Dhirga di perut datarnya.

"Pemuda jayus ini adalah kekasih mu, belahan jiwa mu, bahkan calon suami mu, adinda." Ujar Dhirga sambil menenggelamkan wajahnya di lekukan leher Elvira.

Badboy For Little Girl ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang