part viii.

3K 365 20
                                    

"nih," ujar rafa seraya menyondorkan es krim coklat kepada claudya yang sedang asyik melihat buku-buku yang dipajang rapi.

"eh? makasih?" ucap claudya sambil menerima es krim tadi.

"rafa mengangguk lalu meminum soda kalengannya sambil ikut-ikutan melihat jajaran buku yang terpajang di rak. "kenapa sih suka banget sama buku?"

claudya menatap sahabatnya itu "biasa aja sih. novel yang dulu aku beli udah selesai, sekarang aku mau beli baru untuk jaga-jaga kalau lagi bosen." jelas claudya. matanya melirik buku yang berada di tangan rafa "kamu sendiri?"

sontak, pipi rafa memerah "ah? ini? bukan apa-apa kok?"

claudya tersenyum jahil "emang aku tanya ya?"

rafa gelagapan dibuatnya "ah, pulang yuk."

"kamu beli buku apa? aku mau liat dong!" pinta claudya sambil berusaha merebut buku yang rafa angkat tinggi-tinggi. claudya tertawa kencang sambil melompat-lompat berusaha menggapai buku itu. "sini liat!"

"jangann!"

10 cara ampuh untuk move on

tawa claudya berderai ketika melihat judul buku yang rafa hendak beli tadi. rafa cemberut malu dan tak lupa pipinya yang memerah.

"kamu lucu banget sih," claudya tersenyum geli "lisa pasti beruntung banget pernah punya cowok kayak kamu!"

rafa mengembalikan buku tadi ke raknya, niatnya hancur sudah. "ya, beruntung."

ponsel claudya berbunyi nyaring, membuat gadis itu cepat-cepat mengangakat panggilan itu "halo?"

"halo, dy? ini gue aziz. emm, ezra sekarang lagi di rumah sakit."

...

sosok aziz yang jangkung langung bisa claudya lihat di depan ruangan rawat. wajah aziz tampak lelah dan banyak memar dan darah yang mengering di sudut bibirnya. "ezra di dalem."

ketika aziz mengabari claudya bahwa ezra di rumah sakit, ia langsung mematikan telfonnya dan menyuruh rafa untuk mengantarnya ke rumah sakit tempat dimana ezra di rawat.

claudya membuka pintu yang dimaksud aziz. pemandangan tirai banyak yang tertutup membuat claudya kebingungan.

sampai pada akhirnya matanya bertemu dengan ezra, cowok itu sedang terduduk di atas ranjang rumah sakit dengan satu-satunya tirai yang terbuka.

sejenak, claudya bisa bernapas lega mengetahui kalau ezra tidak apa-apa. ezra-nya.

"kamu beruntung, kamu cepat-cepat dibawa ke rumah sakit oleh temanmu. karena, satu lembaran batu lagi yang mengenai kepalamu, mungkin kamu akan kehilangan memorimu atau yang lebih parah, kehilangan banyak darah," jelas dokter yang sedang menangani ezra.

ezra hanya diam, tidak merenspon. sang dokter melirik claudya yang berdiri tidak jauh dari mereka. "mungkin, saya akan meninggalkan kalian berdua dulu."

hening diantara mereka berdua.

ezra menundukkan wajahnya, menyembunyikan luka dan jahitan di kepalanya. cowok itu berdecih "ck, ini semua gara-gara aziz bangsat, kalau dia gak bawa aku ke tempat ini, mungkin rico udah mati ditanganku."

"kalau aziz gak bawa kamu kesini, kamu mungkin bakal mati, zra!" entah darimana, air mata claudya berkumpul dipelupuknya.

"aku gak peduli! rico yang buat andrian mati, nyawa harus dibayar dengan nyawa, dy! kalau aja, batu itu gak kena kepalaku, rico mungkin yang harus dibawa ke tempat ini."

"aziz khawatir sama kamu. aku khawatir, keluarga kamu, dan semuanya khawatir, zra. aku juga yakin kalau andrian gak mau kamu balas dendam." claudya memeluk ezra yang masih diam mematung "tolong, tolong berhenti ngelakuin itu semua. tawuran, berantem, menambah musuh. aku mohon sama kamu, zra." claudya terisak.

[end]

eh salah

[]

a/n: HAHAHAH, sorry for being an asshole, sooo what do you think? konflik mereka udah mulai (selain tentang cinthya tentunya) dan inilah mereka.

pada ngerti 'kan masalah mereka? kalau mungkin ada yang membingungkan/ada yang mau ditanyakan boleh kok! lewat comments atau pun di ask.fm gue (dewilolo).

can i have 15 or more comments for next chapter?

pretty please?

btw, besok gue ukk, yang bsk ukk juga mana suaranya? hore.

P.S. I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang