Chapter 1

464 18 1
                                    

=========================

Ahyoon POV

Aku duduk di bangku panjang di tempatku bekerja, Kyunghee Medical Center, sambil menghela nafas, kasar. Aku memainkan ponsel di tanganku, tapi aku menatap kosong lantai rumah sakit dihadapanku. Aku baru memulai bekerja selama tiga bulan disini, statusku baru saja berubah menjadi perawat pemula seminggu lalu. Soal kenapa aku saat ini duduk, bukannya bekerja, karena aku bertengkar dengan temanku.. ani. Orang yang sangat kusukai. Namanya Im Jaebum. Dia seorang Sersan di kemiliteran Korea Selatan. Dia berkata padaku kalau dia akan ikut berperang di Ukraina.

Jujur, aku sangat-sangat takut. Aku takut jika aku tak bisa berjumpa dengannya lagi. Kalian tahu bukan, menjadi seorang tentara berarti dia harus bersiap untuk mengorbankan jiwa raganya untuk membela negara. Sampai saat ini aku belum mengutarakan perasaanku pada Jaebum. Aku malu, tapi disisi lain, jika aku tak segera mengungkapkan perasaanku, aku takut aku akan kehilangan Jaebum untuk selamanya. Aku semakin gelisah memikirkan Jaebum. Aku berulang kali memutar-mutar ponselku.

"Min Kanhosa (Suster Min)? Sedang apa kau disini?"

Pertanyaan itu membuatku mendongak terkejut. Sontak aku berdiri, lalu membungkuk hormat pada dokter muda yang tengah menyaku tangannya di saku jas kedokterannya di hadapanku ini.

"Ah.. Seo Gyosu-nim (Profesor Seo). Maaf, saya sedang beristirahat sebentar, kilahku."

"Hah, kau kira aku akan percaya dengan alasan klasik itu? Lagipula, kalau kau ingin beristirahat, bukan disini tempatnya." Dia menunjuk sebuah ruangan dengan papan tulisan Locker. "Tapi disana. Tempat untuk para dokter dan suster beristirahat." Aku menatapnya takut-takut. Sungguh, tak ada yang bisa mengelak dari dokter yang satu ini, meski usianya baru menginjak dua puluh tujuh tahun.

"Kulihat sejak tadi kau memainkan ponselmu. Kenapa? Kekasihmu tidak menghubungimu?"

Ugh. Sungguh aku merasa ditelanjangi oleh dokter ini. Kuakui, dia memang cantik dengan otak dan kemampuan medis yang brilian. Tapi sungguh, sifat blak-blakannya yang dingin, bisa membuat siapapun tak berkutik dan akan membeku.

Aku terdiam sejenak, sebelum akhirnya menjawab pertanyaannya. "Aku menunggu telepon dari seseorang, Gyosu-nim." Dia terlihat memutar bola matanya, lalu tertawa kecil. "Apa profesor pembimbingmu tidak pernah memberitahumu, Kanhosa-nim? Kau harus tetap fokus saat bertugas. Apa kau sedang tidak ada jadwal untuk membantu operasi?" Aku menggeleng. "Kim Gyosu (Profesor Kim) akan melakukan operasi pengangkatan tumor paru-paru, nanti pukul tujuh malam," jawabku. "Kim Gyosu? Maksudmu Kim Namjoon Gyosu-nim?" Aku mengangguk.

"Ah, jadi pembimbingmu adalah Kim Gyosu." Aku kembali menganggukkan kepalaku.

"Tapi kau tahu bukan, jika kau tidak tenang dan gelisah seperti ini, sekalipun kau hanya membantu Kim Gyosu, itu tidak akan membantu sama sekali dengan operasinya nanti?"

"Iya, Gyosu-nim. Saya mengerti. Saya mohon maaf."

"Memang kau punya masalah apa? Kau terlihat gelisah dan khawatir."

"Ee.. Itu.. Gyosu-nim. Sebenarnya bukan kekasihku, tapi dari temanku."

"Pria?"

Aku mengangguk.

"Kau menyukainya?" Aku kembali mengangguk. Dia tertawa pelan.

"Lalu kenapa kau gelisah? Kau ingin mengutarakan perasaanmu?"

"Aku sangat ingin mengutarakannya, tapi aku malu, Gyosu-nim. Dan lebih-lebih lagi, sekarang aku takut..."

"Apa yang kau takutkan? Takut dia dijodohkan oleh orang tuanya?"

"Aku takut jika aku kehilangannya, karena sebentar lagi ia akan dikirim ke Ukraina untuk berperang," jawabku hati-hati, lalu menatap Seo Gyosu.

Kulihat raut wajahnya berubah. Tergurat kesedihan di mata dinginnya. "G..gyo..gyosu-nim. Gwaenchanhayo (Kau baik-baik saja)?" tanyaku.

"Kalau kau memang tidak ingin kehilangannya, segera ungkapkan perasaanmu, atau kau akan menyesalinya seumur hidupmu. Itu sudah menjadi tugas mereka sebagai abdi negara. Jadi, sebelum terlambat, lakukanlah sesuatu yang tidak akan membuatmu menyesal," jawabnya, dingin, lalu berlalu begitu saja. Aku membungkuk padanya, lalu melihat seorang perawat yang berpapasan dengannya dan membungkuk hormat padanya, namun Seo Gyosu tidak mengindahkan itu. Ia terus berjalan menjauh.

"Ahyoon-a. Apa yang terjadi pada Seo Gyosu?"

Aku mengedikkan bahuku. "Aku juga tak tahu, Hyunri-a. Bukankah ia pembimbingmu? Kenapa kau tak tanyakan saja padanya?"

"Aku tidak bisa bertanya melihat ekspresinya tadi, babo! Pasti ada sesuatu yang mengganggu perasaannya. Memang apa yang ia katakan padamu?" tanya Hyunri.

"Tadi, saat aku duduk menunggu telepon dari Jaebum, Seo Gyosu datang dan menegurku agar aku tetap fokus saat bertugas. Dia juga bertanya apa aku dan pembimbingku tidak ada jadwal operasi. Ku jawab saja nanti Kim Gyosu akan ada jadwal operasi pengangkatan tumor paru-paru pada pasien bernama Han Junghee. Lalu dia bertanya apa yang membuatku terlihat gelisah. Ku jawab kalau aku takut saat aku belum mengutarakan perasaanku pada Jaebum, aku akan kehilangannya di medan perang. Lalu tiba-tiba saja...."

"Kalau memang begitu yang terjadi, sudah tentu dia akan berubah seperti tadi, Ahyoon-a." Kulihat raut wajah Hyunri berubah sedih, lalu duduk dibangku panjang yang tadi kutempati. Aku ikut duduk disampingnya, kemudian menatap bingung Hyunri. "Memang apa yang terjadi pada Seo Gyosu, Hyunri-a?"

"Dulu, lima tahun lalu, saat Seo Gyosu baru masuk ke Kyunghee Medical Center, dia tidaklah sedingin sekarang. Seo Gyosu adalah orang yang hangat dan periang. Dia lulusan termuda dan terbaik di Jurusan Kedokteran Universitas Kyunghee. Semua yang ada di rumah sakit ini, sampai Hwang Jungmin Sajangnim (Presdir Hwang Jungmin) sekalipun, sangat bangga padanya, meski Seo Gyosu bukanlah anak, keponakan, ataupun keluarganya. Bahkan, setelah satu tahun Seo Gyosu bekerja disini, Hwang Sajangnim sempat mengumumkan kalau seandainya dirinya mengundurkan diri, pensiun, ataupun meninggal, ia akan menyerahkan Kyunghee Medical Center padanya. Banyak penghargaan yang Kyunghee Medical Center raih karena Seo Gyosu. Tapi sayang... Kejadian dua tahun lalu, benar-benar memukul Seo Gyosu sampai ke titik terendah dalam hidupnya. Itulah kenapa Seo Gyosu menjadi dingin dan kasar sekarang," ungkap Hyunri.

Hyunri memang salah satu perawat senior di Kyunghee Medical Center. Dia perawat kepercayaan Seo Gyosu. Dia sudah bekerja selama empat tahun disini, meski usianya hanya terpaut beberapa bulan denganku.

"Memang apa yang terjadi padanya, Hyunri-a?"

"Cerita itu begitu melegenda di Kyunghee Medical Center. Pegawai Kyunghee Medical Center yang turut menyaksikan hal paling menyakitkan pada hari itu, juga ikut merasakan sakit yang Seo Gyosu rasakan. Bahkan pegawai dan pasien yang tak ikut menyaksikan pun ikut merasakan perihnya. Betapa pada hari itu, kami semua, dokter, perawat, bahkan Hwang Sajangnim, rasanya ingin berhenti dari pekerjaan kami sebagai tim medis."

Aku menatap Hyunri dengan tatapan penasaran.

"Dua tahun lalu, saat Seo Gyosu baru menyelesaikan operasinya........"

=========================

Tbc

Forgive MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang