Chapter 3

163 12 2
                                    

=========================

Author POV

"Seolma... (Jangan-jangan..) Kau akan bertugas untuk berperang lagi? Kali ini kau akan kemana?" Nada bicara Hyejin tidak lagi terdengar manja, melainkan nada yang sarat dengan kekhawatiran dan terselip nada ketakutan di dalamnya.

Seokjin menatap Hyejin, lalu memegang lembut pipi Hyejin. "Gong Jeomin Soryeong-nim (Mayjen *Mayor Jenderal* Gong Jeomin) memintaku untuk berangkat ke Palestina besok dan aku akan menjadi pemimpin di front-line."

Hyejin terkejut bukan main mendengar pengakuan Seokjin. Ia bagaikan disambar petir. "Ap..apa, oppa? Kau.. akan dikirim ke... Palestina? Dan kau... akan menjadi pemimpin... front-line?" Hyejin menyentakkan tangan Seokjin di pipinya, sementara matanya mulai berkaca-kaca. "Kau tahu jika aku tak akan pernah mengijinkanmu pergi ke Palestina, oppa! Dan terlebih kau jadi pemimpin front-line! Semua juga tahu kalau tidak akan ada yang kembali dari peperangan di Palestina terlebih dari front-line! Kau ingin melihatku menjadi gila atau apa, hah, Kim Seokjin?!"

Seokjin hanya terdiam melihat Hyejin yang begitu marah padanya. Ia tidak menyalahkan sikap marah Hyejin. Hanya saja, ia juga tidak bisa menolak perintah atasannya, pemimpinnya. Beruntunglah Hyejin memarahinya, tidak langsung pingsan seperti ibunya tadi, saat Seokjin memberitahukan kabar ini. Ibunya langsung jatuh pingsan, mendengar Seokjin akan berangkat ke Palestina untuk berperang esok.

"Dengarkan aku, Hyejin-a. Aku juga sebenarnya tidak ingin berangkat. Kau tahu hal itu. Tapi aku tak punya pilihan lain. Aku melakukannya karena aku harus mematuhi perintah pemimpinku demi melindungi..."

"Melindungi apa?! Negara?! Satuan?! Aku bukan anak kecil yang bodoh, oppa! Usiaku sudah menginjak dua puluh lima tahun dan aku adalah seorang profesor di Kyunghee Medical Center! Kalau kau berperang untuk melindungi negara dan satuanmu, dan kau harus mengorbankan nyawamu untuk semua itu, lalu bagaimana denganku?! Bagaimana dengan aku yang harus menanggung semua rasa sakitnya?! Bagaimana juga dengan bumonimmu?! Relakah mereka kehilangan satu-satunya putra yang selalu mereka banggakan?!"

Emosi Hyejin benar-benar meledak. Amarah menguasai hati dan otaknya. Tapi dibalik kemarahan itu, sebenarnya ia sangat takut kehilangan pria yang sangat ia cintai itu.

"Tapi aku harus menepati sumpah yang kubuat untuk negara dihadapan satuanku, Hyejin-a."

"Kau menepati semua sumpah untuk melindungi negara dan satuanmu, lalu bagaimana dengan janjimu padaku, hah?! Kau berjanji kalau kau akan menikahiku, oppa! Setiap hari aku selalu menunggumu menepati janji itu! Tapi aku tetap bersabar, menunggumu mewujudkan janjimu padaku! Tapi sampai detik ini kau tidak menepati janji itu..." Suara Hyejin mulai bergetar.

"Bukannya menepati janjimu, kau malah mengingkarinya dengan memutuskan pergi meninggalkanku..." Tangis Hyejin tak dapat dibendung lagi. Seokjin menarik Hyejin dalam pelukannya, dan memeluk kekasihnya erat, membiarkan Hyejin menumpahkan kekesalan dan airmatanya. Hyejin memukul-mukul dada Seokjin, sambil menangis histeris.

Tok! Tok! Tok!

Hyejin melepas pelukannya pada Seokjin, lalu mengambil remote untuk membuka kunci pintunya. "Masuklah," ujar Hyejin, sambil menyeka kasar airmata di pipinya.

Kriet!

Pintu terbuka. Seorang perawat masuk kedalam ruangan tergesa-gesa, lalu membungkuk pada Hyejin dan Seokjin. "Ada apa?" tanya Hyejin. "Maaf mengganggumu, Seo Gyosu-nim. Tapi... Pasien atas nama Park Dongjun kondisinya mendadak kritis. Tekanan darah dan detak jantungnya mendadak tidak stabil." Hyejin terbelalak. Park Dongjun adalah salah satu pasien yang berada dalam penanganannya. "Dimana dia sekarang?" "Dia ada di ICU, Gyosu-nim." "Kajja (Ayo)! Kita harus segera kesana!" perintah Hyejin. Perawat tadi mengangguk, kemudian berlari keluar.

Hyejin pun sudah berlari beberapa langkah. Namun kemudian langkah itu terhenti beberapa senti dari pintu ruangannya. "Kau putuskan saja, oppa. Kau tetap disini bersamaku, atau kau berangkat ke Palestina dan hubungan kita berakhir sampai disini," tegas Hyejin. Seokjin terkejut mendengar keputusan Hyejin. Sesungguhnya, ia berharap Hyejin akan mengerti. Di setiap tugas yang ia lakukan, ia selalu membayangkan Hyejin yang menantinya dan menyambutnya hangat saat ia kembali bertugas. Namun, mendengar keputusan yang Hyejin buat sesaat lalu, membuatnya terkejut setengah mati. Bagaimana bisa Hyejin membuat keputusan seperti itu.

"H..Hye..Hyejin-a...."

"Kau pilih saja, Kim Seokjin-ssi. Aku atau keberangkatanmu ke Palestina."

Seusai mengucapkan itu, Hyejin berlari keluar dari ruangannya menuju ICU untuk memeriksa pasiennya. Sedangkan Seokjin membeku di tempatnya berdiri. Ia sangat mencintai Hyejin. Namun, disisi lain, ia tak bisa mengkhianati satuannya, lalu pergi begitu saja. Seokjin melangkah gontai meninggalkan ruangan Hyejin menuju pintu keluar Kyunghee Medical Center.

=========================

TBC

Forgive MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang