Chapter 5

172 10 3
                                    

=========================

#flashback

Seokjin POV

Linglung?

Ya, itulah gambaran diriku sekarang. Bagaimana tidak. Aku masih tidak percaya Hyejin mengatakan hal itu. Tentu aku tak ingin kehilangannya. Aku sangat-sangat mencintai Seo Hyejin. Aku membuka pintu mobilku, lalu menyetir mobilku meninggalkan halaman parkir Kyunghee Medical Center dengan lunglai. Jujur, aku masih belum bisa berpikir jernih setelah mendengar kata-kata Hyejin. Aku meraih kotak kecil yang kuletakkan di saku. Aku berencana memberikan kalung ini untuk Hyejin, karena sebenarnya hari ini adalah hari jadi kami yang kelima. Sudah lima tahun aku menjalin cinta dengannya, bagaimana mungkin aku memutuskannya? Aku meletakkan kotak itu di kotak dashboard disampingku.

Belum lagi kata-kata ibu yang selalu menghantuiku.

"Bagaimana mungkin eomma bisa merelakanmu meninggalkan ibu ke Palestina, Seokjin-a? Ibu mana yang rela kehilangan putranya di medan perang? Eomma tahu, itu sudah menjadi kewajibanmu untuk melindungi orang-orang disana dan juga melindungi negara. Tapi eomma belum siap mengirimmu sejauh itu."

Kring! Kring!

Ponselku berdering menandakan ada panggilan masuk ke ponselku. Aku menjawabnya melalui handsfree yang terpasang di telingaku.

"Yeoboseyo? (Halo?)"

"Kim Jungwi (Letnan Kim), ada hal yang perlu kubicarakan denganmu. Bisakah kau ke markas sekarang? Ini tentang keberangkatanmu ke Palestina."

"Ah, tentu, Gong Soryeong-nim (Mayjen Gong)."

"Kau sudah berpamitan pada keluarga juga kekasihmu?"

Aku menghela nafas sejenak.

"Sudah, Soryeong-nim."

"Ah.. Kau sudah terlanjur berpamitan?"

Aku mengerutkan keningku. "Iya, Soryeong-nim. Memang ada apa?"

"Aku sudah menggantimu dengan Han Jungwi (Letnan Han). Jadi kau tidak perlu ke Palestina."

"Benarkah itu, Soryeong-nim?"

"Iya. Dia sendiri yang mengajukan diri untuk menggantikanmu."

Aku menghela nafas lega. "Baiklah, Soryeong-nim. Saya akan memberitahukannya pada keluarga saya, juga kekasih saya.

"Iya. Kau batalkan dulu keberangkatanmu, dengan menandatangani surat penyerahan tugas ini."

"Ne, Soryeong-nim. (Baik, Mayor.) Saya akan segera kesana."

"Baiklah."

Setelah sambungan telepon terputus, aku tersenyum lega. Aku memacu kecepatan mobilku, agar aku segera sampai di markas, lalu kembali menemui dan menjemput Hyejin, setelah itu aku akan mengajaknya kerumah, untuk menemui eomma dan appa. Hyejin dan eomma pasti senang. Sebenarnya aku juga jadi tidak enak hati dengan Han Jungwi, tapi rupanya Tuhan sudah mengatur semuanya. "Maafkan aku, eomma... Maafkan aku, appa... Maafkan aku, Hyejin-a... Aku sudah membuat kalian panik," batinku. Aku tersenyum sepanjang jalan, sampai akhirnya.......

BRAKK!!

Aku sempat mendengar suara hantaman itu, namun sesaat kemudian semua menjadi gelap.

=========================

Author POV

Hyejin membeku di tempatnya berdiri. "Ap..ap..apa yang terjadi?! Kenapa Seokjin oppa bisa disini?" tanyanya terbata. Seorang dokter wanita mendekati Hyejin. "Maaf karena tak memberitahumu sebelumnya, Seo Gyosu. Tapi saat Kim Hwanja masuk ke ICU Kyunghee Medical Center, kau sedang berada di ruang CT Scan. Kondisinya benar-benar tidak memungkinkan untuk bertahan. Ia mengalami total brain death dan ada serpihan tulang rusuk yang melukai sebagian paru-parunya."

Lutut Hyejin bergemetar hebat. "Tap..tapi.. Dia belum pergi.. kan? Kk..ke..kenapa d..di..dia mendonorkan lli..li..livernya?"

"Dulu, dia pernah menandatangani berkas kalau ia bersedia mendonorkan organ tubuhnya, jika dia meninggal atau dalam kondisi yang tidak memungkinkannya bertahan hidup. Dia sempat sadar sebelum beberapa saat, dan dia setuju untuk mendonorkan organ tubuhnya, sebelum akhirnya dia kembali tidak sadarkan diri."

"Aku bisa menyelamatkannya! Kenapa kalian setuju jika ia jadi pendonor liver untuk Park Hwanja?! Meskipun dia tidak sadar, dia masih hidup!"

"Kondisinya sudah tidak memungkinkannya untuk hidup, Seo Gyosu! Dan... pihak keluarganya juga sudah setuju."

Hyejin tercengang dan membeku. Hatinya terasa remuk. "Eomonim (Ibu).... Abeonim (Ayah).... Bagaimana bisa..."

Hyejin berlari keluar dari ruang operasi, kemudian bersandar di dinding, namun ia jatuh terduduk di samping tong sampah. Hyejin meringkuk, sambil menangis keras. "Apa yang kau lakukan padaku, oppa? Membayangkanmu pergi ke medan perang saja aku tak bisa. Tapi sekarang... kau berada dalam keadaan antara hidup dan mati dihadapanku. Dan jika kau mendonorkan livermu untuk pasienku, itu sama saja dengan... Kau mati ditanganku..." Hyejin meremas pelindung kepalanya, frustasi. Ia tak pernah menyangka, saat seperti ini akan hadir dihidupnya.

Bagaimana mungkin ia rela melihat pria yang sangat ia cintai meregang nyawa dihadapannya? Bagaimana bisa ia mengakhiri hidup prianya? Dengan mendonorkan livernya, otomatis Seokjin akan mati. Dan itulah yang akan Hyejin hadapi. Ia yang bertanggung jawab atas operasi ini dan itu membuatnya terkesan seperti membunuh Seokjin, meskipun orang tua Seokjin tahu Hyejin tak bermaksud mengakhiri hidup Seokjin. Hyejin tahu, ia tak boleh egois, tapi hatinya sangat sakit.

"Kenapa kau berikan aku ujian yang berat seperti ini, Tuhan?" batin Hyejin.

=========================

TBC

Forgive MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang