Prolog

14.5K 444 2
                                    

Assamu'alaikum Wr Wb.
Bismillaah....
__________________

Faizah POV,

Hari selasa.
Pagi ini, seperti biasanya.
Berangkat sekolah diantar oleh kakakku, Kak Alfan. Sebenarnya aku tak terlalu suka diantar oleh kakak ku yang suka memainkan musiknya dengan volume yang keras ini, aku pengennya Abi saja yang mengantarku. Berhubung Kampus Kak Alfan searah dengan sekolahku, yaaah terpaksalah.

"Kak, kecilin dikit yaa volumenya. Aku kan lagi baca buku, jadi perlu konsentrasi penuh". Kataku agak sedikit keras.

Dia hanya menoleh sebentar, setelah itu mengecilkan sedikit volumenya. Dan ku lihat, dia hanya merendahkan 1 tingkat volume musik tadi.
"Arrgghh,, masih keras volumenya," gumamku dalam hati.
Ahh biarlah. Males ngelayani sikap Kak Alfan ku ini.
Aku sudah tak mempermasalahkan itu, karena sebentar lagi, aku tiba di sekolahku.
Sudah sampai. Jarak dari rumah ke sekolah hanya setengah jam. Ya sedikit lumayan jauh lah.

"Terima kasih kakak ku..." kataku dengan memberi senyuman tulus padanya.

"Ya. Segera tutup pintu mobilnya". Cuek Kak Alfan yang membuatku jengkel.
Kututup pelan dengan mengucap salam.
"Assalamu'alaikum,". "Brakk".

Berjalan menuju gerbang sekolah.

Ada Aisyah, teman sebangku ku sekaligus my best friend yang melambaikan tangannya dari arah area parkir sekolahku.

"Izza,," Panggilnya.

"Hai. Aisyah." Jawabku.
Dia yang menghampiriku menuju kelas 11 Jasa Boga.
Yaa, Aku dan Aisyah masih duduk di kelas 11, bersekolah di Sekolah Menengah Kejuruan yang ada jurusan Jasa Boganya di daerah Malang. Umi ku yang telah memilihkannya untuk ku. Aku tak bisa menolak pilihan Umi, seorang yang telah rela dan ikhlas melahirkanku.

"Eh, nanti jam kedua ada ulangan Matematika, kamu udah belajar belum za?" Tanya Aisyah yang kayaknya tegang, mungkin belum belajar untuk ulangan nanti.

"Sudah Syah, kamu sendiri sudah kan?" Tanyaku.

"Belum Za, ayo cepet-cepet masuk kelas, ajari aku rumus yang kemaren lusa dibahas".
Jawabnya dengan cepat dan menarik tanganku masuk menuju ke kelas.

"Kenapa kamu ngga belajar Syah?". Tanyaku yang tak ada tanggapan sedikitpun dari bibir Aisyah.

Setelah sampai kelas kami.
Aku duduk di kursi depan, tempat biasa ku duduki.
Aisyah yang tempat duduknya berada di samping kananku, menggeser kursinya untuk dia dekatkan ke arah ku.

"Kamu kenapa sih Syah,? Istighfar." Tanyaku menenangkannya.

"Astaghfirullahal Adziim... Izza, sebelum aku bercerita ke kamu. Aku mau tanya,? Aku nakal ngga sih,? Jawab jujur ya Za..." Pinta Aisyah.

"Kamu,?" Tanyaku dengan sedikit mengangkat alis kiriku, dan memasang wajah heran ke Aisyah.

"Heeh, kok malah melihatku kayak gitu Za? Jawablah pertanyaanku tadi. Aku nakal ngga sih?" Dia mengagetkanku. Dan mengulangi pertanyaannya dengan sedikit nada melas.

"Ngga Syah, Nggakpapa. Heran aja aku. Tiba-tiba kamu tanya seperti itu." Aku menghela nafas.
Ku lihat dia mulai menundukkan kepalanya sepertinya sedang sedih.

"Oke, aku jawab jujur. Kamu itu baik Syah, ngga nakal sama sekali. Cuma??" Aku menjawab jujur, dan sedikit ingin membuatnya penasaran dengan aku mengucapkan kata 'Cuma?' padanya. Hehehe...

Sambil menatap langit-langit kelas, dia memandangku tajam.
"Cuma apa Za? Please jangan buat aku penasaran."

"Iya.. iya.. maaf..
Maksudku, kamu itu cuma sedikit manja, itu aja kalo menurutku". Jawabku tenang.

"Papa dan Mama tiriku bertengkar tadi malem Za, itu semua gara-gara aku kemaren yang pulang malem, setelah Isya'...".
Paparnya dengan nada melemah.

"MasyaAllah, benarkah Aisyah,, memang kamu pergi kemana semalem? Ngga izin ke Papa dan Mama tiri mu???". Aku terkaget dengan pengakuannya pagi ini. Buru-buru aku bertanya padanya. Jujur,! Tak pernah sebelumnya Aisyah seperti ini.

"Aku izin kok Za ke papa, tapi lewat pesan singkat". Jawabnya sedih.

"Kenapa ngga telfon saja Syah?,  kan lebih jelas". Tanyaku yang membuat Aisyah kembali menunduk dan meneteskan air mata.

"Aku sempet nelfon Papa, tapi ngga di angkat-angkat Za, jadi aku kirim pesan saja." Semakin deras air matanya keluar.

"Hmmm... Trus kenapa Papa dan Mama mu bertengkar?  Apa yang diperdebatkan?". Tak henti-hentinya aku mengkritisi Aisyah dengan pertanyaan-pertanyaanku yang tak berjeda itu.

"Ceritanya panjang Za, nanti ku ceritakan waktu istirahat saja yaa... Sekarang aku pengen fokus ulangan nanti, ajari aku pelajaran kemaren yaa, ". Aisyah berkata sambil mengusap air mata yang membasahi pipi bulatnya.

"Bener yaa nanti cerita pas istirahat? Ya udah sekarang kita belajar." Tanyaku memastikan agar Aisyah bercerita waktu istirahat nanti. Dan aku menerima tawaran Aisyah untuk belajar bareng membahas pelajaran kemaren lusa.

"Iya janji Izza manis... Ayuk belajar". Ajaknya sambil bersenyum padaku. Dia mencoba seolah-olah tak punya beban masalah, karena dia ingin fokus belajar bersamaku untuk ulangan nanti. Aku membalas senyum sahabatku dengan manis.

Selama dua puluh menit belajar bersama Aisyah. Akhirnya bel masuk berbunyi.

"Kriiiiinggg..."
Tak lama dari bel sekolah berbunyi, Bu Fatimah masuk ke kelas ku untuk memulai jam pertama.

"Assalamu'alaikum," salam Bu Fatimah.

"Wa'alaikum salam bu guru," jawab semua murid di kelasku.

"Semoga kita semua selalu diberikan kesehatan oleh Allah SWT." Do'a Bu Fatimah.

"Amin, Bu guru". Jawab serentak teman-teman ku sekelas.
Jam pertama berlangsung dengan lancar. Dan akhirnya selesai tepat pukul 08.30.

"Alhamdulillah, " kataku sambil membereskan buku ku ke dalam tas coklatku. Aku melirik Aisyah,  yang sedang baca bukunya

"Serius banget belajarnya,?" Godaku.

"Hehehe iya Za, aku ingin serius sedikit dengan belajarku ini. Aku mau nunjukin ke Mama tiriku. Bahwa Aku tak seperti yang dia katakan ke Papa. Aku akan tunjukkan juga nilai ulanganku nanti."
Jawabnya semangat dan optimis. Dia memang tak sedikit suka dengan Mama baru yang dinikahi Papanya 3 bulan lalu.

"Iya iya.. semangat ya Syah,!".
Kataku mendukungnya, dan sambil tersenyum melihat semangat sahabatku.

Jam kedua ulangan Matematika dimulai.

________________

Maaf yaa kalau bosenin ceritanya.
Masih belajar, hehehe. Kasih komennya ya, biar bisa aku benerin, Vote and kritiknya juga jangan lupa yaa.... hihihi... :-)

SALAM PERINDU SYURGA... ;-)

Dia Guruku, Juga ImamkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang