~3~

14.6K 456 52
                                    

Tak lama bel masuk berbunyi.
"Kriinggg..."

"Kusadari tak ringan masalah yang kini menghampirimu, Aku yakin kamu pasti bisa melewatinya Syah. Kan, setiap masalah pasti ada solusinya, seperti ayat yang tertera dalam Al-Qur'an QS Asy-Syarh: 8, 'Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan,'. Udah sekarang kita masuk dulu yuk. Tapi sebelumnya Aku akan bayar dulu." Kutinggal Aisyah, sedang Aku membayar makanan yang Aku dan Aisyah makan tadi. Setelah itu, Aku menghampiri Aisyah dan memegang jemarinya.

"Yuk,," Ajakku.

"Sekian, materi Bahasa Indonesia kita siang ini. Semoga bermanfaat. Bapak akhiri, Assalamu'alaikum Warahmatullahi wabarakatuh." Pak Bahri mengakhiri dengan salam dengan beranjak keluar kelas.

"Udah kamu yang sabar yaa. Masih ada Aku yang InsyaAllah selalu ada buat kamu Syah... "
Ucapku sambil berjalan disamping Aisyah menuju area parkir.

"Iyaa Zah, eh ngomong-ngomong kamu kok ikut ke area parkir. Kam kamu dijemput mobil nanti." Tanyanya bingung.

"Hihi... Sengaja emang. Bonceng ke depan gerbang yaa. Lagian kan jauh." Rengeknya meringis seperti anak kecil.
Memang jarak kelasku lebih jauh ke arah gerbang daripada ke area parkir. Hehe. Ngirit tenaga...
Sampai depan gerbang.

"Aku duluan ya Zah. Mau nengok Atika."

"Iyaa tuan putri" sambil kukedipkan mata kananku.

"Ihhh cantik-cantik genit" Ejeknya sambil menjalankan motornya.
Aku bersyukur sekali, memiliki sahabat seperti Aisyah. Selalu apa adanya dan ramah.
Ku lihat jam tangan yang menunjukkan 15.30. Gerbang sekolah juga sudah terkunci oleh satpam. Tapi Kak Alfan tak kunjung datang menjemputku. Adzan Ashar sudah terdengar di telingaku. Aku putuskan Sholat dulu di masjid yang tak jauh dari sekolahku sambil menunggu Kak Alfan menjemput.
Sambil berjalan ke arah masjid. Aku mengirim pesan singkat ke Kak Alfan. Agar dia tak menungguku di sekolah, tapi di masjid 100 meter ke barat.

'Assalamu'alaikum Kak, kakak sibuk yaa. Nanti kalo sudah selesai kesibukannya jemput Aku di masjid Al Karomah 100 m dari sekolahku ke barat, ya udah Assalamu'alaikum.'

Sampai masjid, kulepas sepatu dan kaos kakiku. Ku masuki teras masjid dan menuju ke kamar mandi untuk berwudlu. Sebelum berwudlu, Aku menaruh tas dan jaketku dimeja depan kamar mandi yang akan ku masuki. Setelah selesai berwudlu, kumasuki masjid dengan melangkahkan kaki kananku.
"Bismillah, Subhanallah. RumahMu sungguh indah Yaa Rabb." Sungguh indahnya rumah Allah yang dibangun th 60-an ini.

Kulaksanakan 4 rokaat wajib. Menjalani rokaat ke 3, tak sengaja Aku mendengar seseorang melantunkan ayat suci Al-Qur'an dengan merdu dan indah, mengganggu sedikit didalam benak, hingga ku ucapkan salam.
'Assalamu'alaikum warahmatullah' Kupanjatkan do'a.

Setelah itu kulipat mukenahku dengan cepat. Ingin segera melihat siapa yang mengalunkan ayat Allah dengan tartil dan penuh ketenangan ini. Kuturuti rasa keingintahuanku dengan sedikit mengintip dibalik tirai pembatas jama'ah 'satir'.

Kulihat seorang laki2 duduk bersimpuh menghadap kiblat. Memakai baju koko putih dan memakai kopyah berlukiskan ka'bah berwarna emas.
Dia melantunkan Ayatullah dengan tanpa ada Al-Qur'an didepannya. Berarti..???
"Subhanallah... Hafidz?" Kagumku dengan suara keras. Spontan laki2 itu menoleh ke arah tirai hijau, tempat dimana aku mengintipnya. Dengan cepat Aku memasukkan mukenah ku ke dalam tas. Desakan desakan karpet begitu jelas terdengar karna pijakanku. Aku berlari keluar masjid. Tiba-tiba...

'Brruukk...'
"Aduh, kok bisa jatuh sih. Bisa ketauhan entar". Aku terpeleset air jejak orang berwudlu yang berusan melewatiku masuk ke dalam masjid.

"Mbak, ndakpapa,?" Terdengar tepat suara laki-laki dibelakangku.

"Saya ndakpapa." Aku melongo menatap jalanan, dan membelakangi suara pertanyaan itu. 'Apa yang harus aku lakukan, Allah bantu Aku ' gumamku.

Aku berdiri dan pelan-pelan menolehnya.
Ku tatap sekilas wajahnya, lebih tepatnya ke arah matanya. Tak pernah kulihat pancaran mata sebening ini.

"Astaghfirullah, maaf." Aku malu. Aku gugup. Kutundukkan wajahku spontan. Jantungku berlari cepat. Entahlah, tak pernah secepat ini jantungku bereaksi sebelumnya. Mungkin sekarang pipiku memerah. Kulihat dia hanya tersenyum.

"Mbak ndakpapa,?" Pertanyaan yang sama dengan sebelumnya.

"Saya ndak papa kok," Terus menunduk, ngga berani ku tampakkan wajah maluku ini.

"Saya Farhan," Dia menyebutkan namanya tanpa mengulurkan tangan yang biasa orang lakukan pada waktu berkenalan. Anggapku orang ini faham akan hukum Islam.

"Saya Faizah," kutelungkupkan tangan kedada. Dan tetap dalam kepala menunduk.

Tiba-tiba suara klakson mobil Kak Alfan mulai terdengar. Tak lama, mobil yang kumaksud sudah berada di depan masjid. Kutoleh ke arah jalanan. Ternyata benar. Kesempatan besar, untuk menghentikan rasa gugupku.

"Saya sudah dijemput, saya duluan Farhan."

Allah, ku menyebut langsung namanya, sangat tak sopan. Harusnya ada kata embel-embelnya sebelum menyebut namanya. Kakak kek, mas, atau pak mungkin. Iihhh Faizah, ceroboh sekali kamu...

"Assalamu'alaikum. " Kuucap salam sambil memakai sepatu kemudian berlari ke mobil Kak Alfan. Dan Kak Alfan langsung melajukan mobilnya.

"Wa'alaikum salam Faizah."
____________

Gimana sahabat, masih datar yaa ceritanya. Maaf lagi sedikit ngga enak badan. Di baca trus yaa,, barangkali ada yang menarik "iih PD" Vote and Coment nyaa selalu kutunggu.  😉

SALAM PERINDU SYURGA 😊

Dia Guruku, Juga ImamkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang