Dua

65 4 0
                                    

El

"Bunga matahari?" gumamku setelah menerima tawaran Mentari.

Mawar merah berarti cinta,mawar putih berarti persahabatan, mawar hitam berarti kematian.

Well, aku tahu arti dibalik bunga mawar karena mawar adalah bunga kesukaanku.

Tapi bunga matahari? Aku bahkan bingung kenapa aku langsung menerima tawaran dari Mentari.

Ah, yasudahlah. Nasi sudah terlanjur menjadi bubur.
Biji bunga ini sudah terlanjur kubeli. Lebih baik langsung kutanam sajalah,daripada taman bunganya eyang putri kosong seperti hatiku yang kosong. Lho,kok aku malah meratapi nasib ya?!

Setibanya aku di rumah eyang, kulihat eyang sedang duduk di teras depan rumahnya.

"El,kamu kemana toh? Eyang nungguin kamu di halaman belakang." tanya eyang kepadaku tepat setelah kuparkir sepedaku di depan rumah.

"Hehehe... maaf eyang, tadikan El nyari biji bunga ke gudang. El nyari tuh lima menit,sepuluh menit ampe El keblinger. Karna El capek nyari yaudahdeh El beli aja biji bunga ke tokonya Mentari." jelasku panjang kali lebar kali tinggi (lho kok jadi rumus matematika sih?!)

"Eladalah El, El. Kamu kok ndak nanya-nanya dulu ke eyang kalau kamu mau ambil biji bunganya?" sahut eyang

"Lah, emang kenapa?" tanyaku polos

"Kamu apa ndak inget toh, eyang kan nyimpen semua bibit tanaman di loteng." jelas eyang

Mulutku menganga lebar ketika mendengar penjelasan itu. "Jadi, eyang udah selese nanem bunganya?"

"Bunga? Siapa yang bilang eyang mau nanem bunga? Eyang mau nanem cabai,El. Kamu tuh kebiasaan nggak nanya-nanya dulu." ucap seorang wanita separuh baya yang baru saja keluar dari rumah eyang, dia tanteku, tante Poppy. Eh maksudnya Kak Poppy (dia nggak pernah mau dipanggil tante sama keponakan-keponakannya,katanya dia masih terlalu muda buat dipanggil tante)

"Tan..eh! Maksudnya Kak Poppy kok tahu kalo eyang mau nanem cabai?"

"Yaiyalah, kan kakak yang ngambilin bibit cabainya di loteng tadi pas kamu pergi. Lagian tadikan kamu dipanggilin nggak nyaut-nyaut. Eh, malah langsung pergi pake sepeda."

Jleb... aku bingung harus kuapakan bibit bunga yang sudah terlanjur kubeli tadi.

"So,what should I do with these sunflower seeds?" ucapku sembari menunjukkan kantong yang daritadi kubawa ke Kak Poppy dan Eyang.

"Sunflower? Seeds? Mending dibuat kuaci aja,El. Lumayan buat ngemil." sahut Kak Poppy dengan santainya.

"Enak aja! Masa El capek-capek beli ini biji bunga matahari ke tokonya Mentari cuma buat dibikin kuaci, mending El ke pasar sekalian buat beli kuaci setoples."

"Toko siapa tadi? Mentari?" tanya Kak Poppy dengan nada jahil.

"Yaiyalah masa toko bangunan punya MAS PANJI?!" jawabku dengan menekankan suara saat menyebut nama Mas Panji,dia pacar Kak Poppy.

"EL NINO BAGASKARA!!! What if my mother knows about it?! I'm going to kill you boy!"

"Ampuuuun Kaaaak. El keceplosan." jawabku spontan sambil berlari menghindari kemarahan Kak Poppy, dia dapat berubah menjadi duplikat Hulk ketika marah.

Aku segera menuju kamarku. Rumah eyang sudah menjadi rumah keduaku. Jadi aku punya kamar tidur sendiri di sini.

Aku larut dalam kebingungan meratapi bibit bunga dari Mentari.

"Mentari Zelia Bhanumitra"
kusebut namanya yang indah.


***Author's note***

Please forgive me for not being able to write a long chapter. Hope you still enjoy it even it's just a really short story in every chapter. And stay tune on this story guys! Thanks~ sincerely:Rarity

Bunga Matahari untuk MentariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang