Mentari
Semarang, 2008
"Mas El, main yok!"
"Ayo,Ri!"Pikiranku terbang...
Bernostalgia ke masa kanak-kanak yang kami habiskan bersama.
Dulu kami sering menghabiskan waktu bersama. Ya, dulu...
Sebelum keluarganya pindah ke Madrid.
Sebelum keluargaku... ah, sudahlah. Untuk apa bahas keluargaku.
Tak dapat kupungkiri pikiranku terkadang masih sering melayang ke 10 tahun silam. Mengenang betapa indahnya hidupku di masa kanak-kanak.
Malam semakin larut, pikiranku semakin kalut. Angin malam yang bertiup semilir, melalui jendela kamar yang sengaja kubuka, menerpa wajahku. Kebas.
Kutatap Inchi yang telah tertidur pulas di sampingku. Betapa damai wajah mungil gadis cilik itu ketika ia sedang terlelap. Biarlah tetap begitu seterusnya. Jangan ada lagi yang merenggut tawanya, senyum kami.
El dan aku sudah berteman sejak kecil. Dulu aku dan dia adalah tetangga sebelah rumah. Kami menghabiskan masa kanak-kanak kami dengan bermain bersama sepanjang hari. Ketika hari cerah, kami bermain layangan di tanah lapang. Ketika hujan turun, kami berada dalam rumahku berpura-pura berkemah di ruang keluarga lengkap dengan tenda yang kami dirikan dari selimut yang disangga oleh sapu serta tongkat pel.
Ah, betapa indahnya hari-hari itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bunga Matahari untuk Mentari
Fiksi RemajaTentang perasaan yang diungkapkan melalui setangkai bunga matahari.