one.

356 55 25
                                    

Sekolah adalah sebuah rumah kedua bagi setiap muridnya. Setelah rumah sudah tidak menjadi tempat untuk melipur segala duka lara, sekolah menjadi pelarian yang paling tepat untuk mendapatkan sebuah ketentraman meskipun hanya untuk sementara.

Sekolah menjadi sebuah tempat dimana setiap pagi kau akan mendapatkan sapa ramah dari penjaga gerbang, perhatian dari para guru, hingga kakak kelas yang sok berkuasa sampai kau akan menemukan sebuah tempat bernama kantin untuk melepas rasa lapar dan dahaga.

Meskipun tak jarang ada beberapa dari orang-orang beruntung yang sering kali mengeluh tak ingin bersekolah karena menurut mereka, sekolah itu menyebalkan.

Calum Hood adalah satu dari sekian banyaknya murid yang bersekolah di sebuah SMA ternama dikota Jakarta.

Sebagai mana remaja normal lainnya, kehidupannya biasa-biasa saja, terkesan klise malah.

Calum tumbuh remaja bersama Luke Hemmings, sahabatnya sejak dari sekolah dasar. Keduanya sangat akrab dan tak pernah terpisahkan. Seperti kembar, namun tak jarang ada yang menyebut mereka kakak-beradik.

Saat ini Calum duduk di kelas dua belas B. Ia termasuk ke dalam jajaran murid yang rajin dan pintar, masuk sekolah disini saja orang tuanya mesti mati-matian membiayainya. Dan Calum tidak mau mengecewakan kedua orang tuanya yang telah berusaha sampai sejauh ini. Calum berjanji akan menjadi seseorang yang akan membanggakan mereka suatu saat nanti.

Seperti hal lainnya, sekolah juga kadang dijadikan tempat mencari jati diri. Ingin menguji sampai sejauh manakah rasa keingintahuan kita akan ditarik, seberani apakah kita dalam mencari tahu sesuatu yang baru. Dan sekolah juga sering kali dijadikan tempat untuk mencari pasangan hati alias pacar.

Calum dan Luke sedang tertawa saat berjalan melewati koridor barat tempat dimana kelas mereka berada. Keduanya sudah satu kelas semenjak kelas sebelas.

Kehidupan keduanya sangat berbeda. Luke yang terlahir digolongan keluarga cukup berada, sedangkan Calum yang terlahir di keluarga yang sederhana. Namun meskipun demikian, hal itu tidak menjadi sebuah perbedaan bagi keduanya untuk menjalin pertemanan.

"Aku tidak mengerti dengan materi tadi. Cukup sulit, bisa kau mengajariku, Luke?" pinta Calum menatap Luke yang bibirnya masih asyik menyedot jus jambu digelas plastik.

Luke yang cukup pintar dalam pelajaran matematika pun mengangguk santai. "Tentu saja, tapi aku tidak suka jika kau merengek ingin ku ajari."

Kening Calum mengernyit, "Kita akan belajar bersama-sama." kata Luke yang membuat Calum tersenyum kecil.

Keduanya berjalan menuju parkiran. Luke melepas rangkulannya pada Calum untuk mengambil kunci mobilnya di dalam tas.

"Uhm, ku pikir kita akan menaiki angkutan umum." cetus Calum canggung.

Luke mendapatkan kunci yang dia cari, kemudian membuka pintu mobilnya. "Ibu menyuruhku membawa mobil, lagipula aku sudah belajar menyetir satu bulan yang lalu."

Calum mengernyit ragu-ragu, "Kau mau masuk atau tidak? Jarak ke rumahku itu cukup jauh, jika menaiki bus pasti memakan waktu yang lama. Ayolah, Calum."

Sebenarnya Calum sangat malu sekali jika harus berkunjung ke rumah Luke. Terakhir kali ia kesana, saat itu mereka berdua kehujanan dan ibu Luke marah-marah. Katanya Calum mengajak Luke hujan-hujanan hingga anak bungsunya itu sakit.

LESSON IN JAIL [c.h]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang