Seperti Hari yang Lain

625 29 2
                                    

Author POV

Hujan baru saja menyelesaikan tetesan rintiknya. Aroma tanah masih dapat tercium dari  penciuman. Seperti hari sibuk biasanya, puluhan orang sudah sibuk memadati jalan raya. Seorang gadis berdiri di sebuah halte. Dari seragam sekolahnya tak tampak bahwa dia adalah seorang yang biasa menjadi penumpang bus. Loretta International High School adalah sekolah ternama dan terfavorit. Bukan hanya berisi anak-anak orang kaya, populer, pandai, dan bertalenta. Tapi hampir mencakupi semuanya. Dengan tes yang sangat ketat dan biaya masuk yang tidak sedikit. Lulusan dari sekolah itu sudah jelas akan menjadi orang ternama.

Gadis berjaket dan ransel putih itu menaiki bus yang sejak tadi ia tunggu. Dia berangkat lebih pagi hari ini. Meski jalanan sudah ramai, bus belum banyak berisi penumpang. Ia memilih duduk di ujung belakang. Ia memasang earphonenya sambil menikmati keramaian kota dari balik jendela bus.

Tetesan-tetesan air hujan masih bertengger di kaca jendela bus. Dibukanya jendela itu. Angin sejuk langsung menghembus ke dalam menghantam wajah gadis yang masih memandang pada jalanan. Genangan air dimana-mana. Dilihatnya sebuah pohon tumbang di seberang jalan. Hujan semalam memang cukup besar. Apakah musim hujan telah tiba? Musim kemarau tahun ini sangat panjang dan terasa sangat panas. Kekeringan menyebar dimana-mana. Meski begitu, entah itu musim hujan atau pun kemarau, tidak merubah apa pun pada diri gadis itu. Segera ia menutup jendela bus. Kemudian ia menyibukkan dirinya dengan smartphone di tangannya.

Ia sampai di halte bus dekat sekolahnya dan melanjutkan perjalanannya dengan berjalan kaki. Karin adalah salah satu cewek most wanted dan dapat disebut hampir perfect di sekolahnya. Tapi tetap saja tidak ada yang berani mendekatinya. Mungkin karena sifatnya yang dingin, cuek, dan sangat tertutup. Dia hanya punya satu teman. Andera. Dia juga most wanted dan hampir perfect. Dan tidak ada juga yang berani mendekatinya. Mungkin karena sifatnya juga. Tapi sifat mereka berbeda. Dera terkenal dengan ucapannya yang pedas, sombong, dan selalu ingin menang. Tak ada yang tau mengapa mereka berdua bisa berteman. Dengar-dengar, mereka sudah berteman sejak kecil. Sejak mereka belum tau apa itu luka. Sejak mereka masih jadi diri mereka yang sebenarnya. 

>><<

Tak ada yang spesial dari rutinitas Karin dan Dera. Mereka lebih banyak mengisi waktu mereka dengan belajar. Bukan hanya pelajaran sekolah. Tapi hal-hal yang lain hingga mereka dapat menguasai hampir berbagai bidang. Pelajaran MIPA, IPS, olahraga, seni, bahasa, dan lain-lain. Atau berbincang berdua untuk menghilang penat. Walau bisa dibilang Dera yang lebih banyak berbicara. 

Mungkin bagi orang lain hidup mereka tampak sangat membosankan. Tapi mereka punya alasan atas semua yang mereka lakukan. Dan tujuan yang harus mereka capai apapun yang terjadi pada hidup mereka. Bukan cita-cita umum yang dimiliki banyak remaja seumuran mereka. Tapi sesuatu yang sangat rumit yang sudah menyatu dengan diri mereka.

P3KTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang