Surat ini dituliskan sebagai balasan untuk surat yang dikirimkan iblis (https://www.wattpad.com/259881565-merandom-teruntuk-jelmaan-setan)
*
Yth. Iblis,
Bersama dengan surat undangan ini (kau harus datang jika ingin melihatku bahagia), kulampirkan sekotak dendam berwarna kuning kemerahan, seperti bekas luka yang belum kering. Juga kukembalikan hadiahmu yang belum sempat kubuka karena tidak ada tanggal dalam kalenderku yang kulingkari khusus untuk membuka hadiahmu.
Karena memang tidak perlu.
Karena aku memang tidak ingin.
Karena aku tidak butuh hadiah ulang tahun apa-apa darimu, termasuk doa.
Doamu sia-sia; seperti doa-doa iblis pada umumnya yang tidak akan dikabulkan tuhan (aku tahu, karena sebagai setan, aku juga dibenci olehnya, jadi doaku tak pernah terkabul, misalnya doa semoga pernikahan kita awet yang kupanjatkan setiap hari). Aku ingin kautahu kalau doamu gagal semua. Tuhan pasti menepis permohonanmu lalu doamu terpental jauh-jauh dariku, sehingga kesialan-kesialan itu bukannya menimpaku dan malah jatuh pada yang lain.
Aku tidak tahu siapa yang terbangun bersimbah keringat karena memimpikan seorang iblis, kasihan sekali. Yang jelas, aku tidak memimpikanmu malam itu. Tidak mungkin aku bermimpi tentangmu. Karena aku tidak tidur.
Kuberitahu, setan sebetulnya punya jam tidur. Tapi kadang-kadang mereka tidak tidur jika ada hal penting. Dan salah satu dari hal penting itu misalnya, ini hanya contoh, semalaman menunggu telepon dari iblis mengucapkan selamat ulang tahun. Bukan rindu suaranya. Tapi karena ucapan lewat telepon lebih baik daripada surat, meskipun aku tahu dalam menulis surat, makhluk laknat menangkap kata-kata yang terbang lalu memerangkapnya dengan hati-hati lewat ujung penanya. Sayang sekali iblis punya tulisan tangan yang jelek, yang miring, yang sulit dibaca, yang kalau menulis huruf U dan O sering tidak bisa dibedakan, yang macam-macam lah, kaubisa bayangkan sendiri. Dan setan itu tadi, ingin berteriak di gagang telepon agar sampai di telinga iblis kata-kata seperti ini:
DASAR PAYAH! MENYEBALKAN! MATI SAJA SANA! AKU BENCI PADAMU!
Benar-benar benci, aku yakin itu.
Karena aku tahu, setan punya hati yang rapuh seperti kaca dan kosong seperti angin dan sepi seperti malam. Lalu jika ia tidak punya siapa-siapa untuk menyampirkan selimut ketika ia tidur, hatinya akan menjadi dingin. Lalu ia akan mencari orang lain untuk menghangatkannya: menyirami mereka dengan minyak, menyulut dengan api, lalu membakar, agar hatinya leleh seperti lilin. Sampai akhirnya hatinya tinggal satu potongan kecil yang tidak bisa dibagi-baginya lagi. Tidak mungkin bisa; seorang iblis yang payah telah mengklaim potongan kecil hati itu sebagai miliknya yang terkutuk. Belum dipulangkan meskipun harusnya mereka sudah berpisah.
Jadi aku tidak akan minta maaf karena telah mematahkan hatimu. Kurasa kauperlu minta orang lain untuk menyembuhkan hatimu, meski aku tidak akan setuju. Atau kau bisa juga mengirimkannya padaku tapi aku tidak janji aku punya cukup waktu untuk merekatkannya kembali. Kita sama-sama sedang sibuk menyakiti diri sendiri.
Kaupaham kan maksudku? Kau tidak bodoh. Yah, kadang-kadang kau bodoh, tapi kuharap bukan kali ini.
Boleh aku mengaku sesuatu?
Aku tidak pernah suka apel.
Aku hanya berpura-pura suka apel agar kau berpikir kita serasi, cuma karena kita sama-sama suka buah yang sama. Oh, bukan cuma apel. Aku tidak suka selimut yang kita beli minggu lalu karena terlalu panas; aku sebenarnya tidak sreg dengan baju yang kau belikan dan mirip dengan baju ibumu; aku bahkan tidak sungguh-sungguh waktu kubilang aku lebih suka bersenang-senang dengan teman-temanku ketimbang minum teh denganmu. Aku selicik itu, sepalsu itu. Dan mungkin yang segala hal yang kau ketahui tentang aku semuanya palsu.
Kupikir kau suka orang jahat dan kupikir aku cukup baik dalam memerankannya. Ternyata tidak, buktinya kau tidak tahan juga. Sayangnya kali ini aku tidak pura-pura, aku memang jahat. Mungkin aku orang yang paling jahat yang kau kenal. Tapi percaya tidak, aku kenal orang lain yang lebih jahat daripada diriku sendiri? Kau akan tahu jawabannya kalau berkaca.
Omong-omong, seperti yang kukatakan, aku ingin mengundangmu datang di hari bahagiaku. Aku telah menyerah mengharapkanmu datang di hari ulang tahunku atau di hari-hariku yang lain. Jadi paling tidak, kauharus datang untuk yang satu ini, kumohon. Datang saja, janji?
Tanggal dua puluh, di pemakaman dekat rumah orang tuaku. Aku berencana dimakamkan di situ.
Kau tidak perlu bawa kado apa-apa, tapi bisakah kau menyumbangkan beberapa tetes air mata buatku? Duka cita atau bahagia, yang mana pun tak masalah. Itu saja.
Tertanda,
Jelmaan Setan
P.S.: Kuemu sudah aku buang ke tempat sampah. Tukang pos tidak mau mengirimkan makanan, takut basi, katanya. Padahal kalau basi juga tidak apa-apa, kau masih mau makan kan? Supaya kau sakit perut, keracunan, lalu mati. Bagus kan? Dengan begitu kita bisa bersanding bersama-sama di neraka nanti. Aku duluan.