Hutan Tersembunyi

44 5 4
                                    

Hary berjalan tertatih-tatih menuju gerbang sekolah. Matanya dipertajam saat melihat noda di tembok pagar asrama. Ia mengusap dengan kasar noda tanah itu dengan tangan,lalu menciumnya.

"Ini belum lama." Laki-laki tua itu membersihkan noda tanah di tangan dan tembok pagar dengan celemek kotor yang masih dipakainya. Dia berjalan dan membuka gerbang asrama dengan kunci yang semenjak tadi ada digenggamannya. Ia lelaki tua berpenampilan aneh. Dia memakai sepatu bot dan jaket tebal berbulu saat suhu sedang hangat.

"Aku suka pemberontak! Dan akan kutemukan mereka." Hary mengumpat sendiri. Kakinya berjalan dengan cepat dan keluar menuju arah utara membelakangi asrama sekolah.

Jam menunjukkan pukul enam pagi, saat hutan mulai bergerak perlahan menyambut seseorang yang baru datang. Hutan tampak liar dengan suara nuri kelam yang nyaring terdengar dari jarak jauh. Tak ada kehidupan berarti, kecuali tumbuhan dan hewan yang bersembunyi dari keramaian. Hanya segelintir manusia yang berani menjejakkan kakinya di sana. Kebanyakan dari pemberani itu akan terjebak dan mati kelaparan.

"Holmes, dimana kau? Aku membawa kabar buruk." Hary berbisik pada dedaunan. Tak seberapa lama, seseorang keluar dari rerimbunan tanaman lilit liar. Matanya liar, seperti kebanyakan mahluk lainnya.

"Siapa yang kau bicarakan?" Dengan gugup, Hary mengusapkan tangan ke celana suteranya sambil menahan napas panjang.

" Mereka sudah bangkit. Aku bertemu dengannya beberapa hari yang lalu di lorong bawah tanah."

"Mereka? Mereka itu siapa?" Holmes mengayunkan tongkat yang menyokong langkah beratnya.

"Nona Newton dan penghuni sebelumnya. Mereka membahayakan asrama sekolah." Hary membisikkan nama seseorang dengan samar.

" Aku sudah berhenti lama dari pekerjaan ini."

"Lupakan itu, Holmes. Aku akan mengirim seseorang untukmu besok pagi. Berikan apa yang kuminta. Aku sangat membutuhkannya. Dan kita masih punya waktu untuk mengambil keputusan,"

"Antar Teman? " Holmes mendelik diantara dedaunan yang menutupi setengah wajahnya.

"Jangan berlebihan Holmes "

" Tidak, tentu saja tidak! " Lelaki tua itu berbalik arah. Sambil terus bergeming, ia meninggalkan Hary dengan langkah cepat.

٭٭٭

Julia berlari kecil di sepanjang jalan tepi kanal. Suasana di Camden Market sangatlah ramai. Bahkan Julia sempat sulit bernapas karena berdesakan dengan banyak orang. Ia melirik jam tangannya. Pukul delapan kurang sepuluh menit. Di pikirannya hanya ada satu. Regent's Canal. Jika Robin sudah sampai duluan, bukan tidak mungkin ia akan meninggalkan Julia. Gadis itu merasa paru-parunya terbakar. Ia menghentikan langkahnya untuk mengatur napas sebelum kembali berlari. Julia sangat lega setelah melihat Robin berdiri sembari menguyah permen karet di atas jembatan Regent's Canal.

"Apa yang kau dapatkan di Camden?" Robin mengeluarkan permen karet dari mulut, lalu menempelkannya ke pohon pinus. Julia menatapnya dengan jijik.

"Syal warna merah? Dan kau tidak mencucinya terlebih dahulu?" Robin menampakkan senyum yang dibuat-buat saat menunjuk syal baru yang dililitkan Julia pada lehernya.

"Kau boleh berkomentar nanti. Tapi, waktu kita hanya sepeluh menit sebelum sarapan dimulai. Dan jika kita tidak tepat berada di meja makan- tamatlah semuanya!" kekhawatiran tampak di muka Julia. Robin diam sambil menelan ludah.

"Kita akan berlari. Siapa yang lebih cepat sampai dialah pemenangnya. Jika kau menang, aku akan mengerjakan PR'mu selama sepekan. Bagaimana?"

"Siapa takut?!!" Julia berlari dengan kencang mendahului Robin.

"Hei kau curang!" Anak laki-laki itu mengejar Julia. Meninggalkan Camden Market yang penuh hiruk-pikuk pembeli.

Tales Of Terror From The Lost Hospital (Julia And Robin's Adventure)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang