Hukuman

32 1 0
                                    


      Robin menyuruh Julia berhenti berlari. Ia tahu Julia memiliki masalah dengan paru-parunya. Walaupun ia juga tahu bahwa jika berjalan kaki, mereka akan membutuhkan waktu duapuluh menit, dan itu artinya mereka akan dihukum karena datang terlambat saat sarapan. Yang lebih menakutkan lagi, kenyataan bahwa Hary akan mempergoki mereka keluar dari asrama tanpa ijin.

    Jalanan beraspal terlihat lengang. Hanya ada beberapa lansia yang berjalan santai bersama anjing peliharannya. Di ujung padang rumput terlihat pohon Oak yang tampak segar dengan daun-daun yang mulai menguning. Daun-daunnya akan mulai gugur saat puncak musim semi tiba.

    Dua bocah berusia tigabelas tahun itu berjalan dengan gontai, seolah-olah hidup hanyalah sebatas embusan angin yang membawa bunga-bunga kering. Tak seorang pun dari mereka yang mengeluarkan kata-kata untuk mengusir keheningan. Mereka baru menyadari saat kaki mereka sudah melewati tikungan yang mengarah ke asrama sekolah yang ditutupi pohon-pohon cemara yang jumlahnya tidak sedikit.

"Bersiap-siaplah." Robin berjalan duluan melewati Julia yang tampak mengigit bibir bawahnya. Di ujung jalan tampak Hary si tukang kebun yang merangkap juga sebagai penjaga sekolah termasuk gerbangnya, sedang berdiri santai menikmati secangkir teh hangat. Di sampingnya ada meja kecil berisikan tumpukan koran-koran terbitan lama.

"Lihat siapa yang datang! Seharusnya kalian belajar menghargai waktu, kawan kecil !" Hary menghadang dan berbicara seolah mengejek Julia dan Robin.

"Maaf kami datang terlambat. Boleh kami masuk?"

"Ya, tentu saja! Aku akan tutup mulut. Kurasa cukup basa-basinya- dan ikuti aku." Terdengar bunyi berdecit saat Hary mulai membuka gerbang asrama. Robin dan Julia dengan ragu berjalan menuju halaman asrama.

Untuk sekian kalinya mereka berdua baru menyadari bangunan besar yang tepat ada di depan mereka adalah bangunan sekolah. Banyak tumbuhan ivy yang merambat menutupi tembok-tempok yang dicat warna putih tulang. Julia terus saja berpikir mengapa banyak orangtua yang menyekolahkan anaknya di sini. Bahkan tak tanggung-tanggung jumlahnya lebih dari lima ratus murid.

Di tengah halaman, ada air mancur yang masih berfungsi. Hanya saja airnya tampak keruh dan permukaan tempat air mancur sudah mulai berlumut. Robin berpikir bahwa, jika bangunan itu direnofasi atau setidaknya dibersihkan tentu akan tampak tidak terlalu suram.

"Robin, kau yakin dia akan membantu kita?" Julia menguncang lengan Robin sehingga membuatnya terkejut. Karena kesal, dia hanya mengangkat kedua bahunya sebagai jawaban singkat untuk pertanyaan Julia. Hary terus berjalan menuju pintu utama asrama. Otot pergelangan tangan laki-laki tua itu terlihat jelas di balik kulit keriputnya, saat memutar gagang pintu berwarna emas keperakan. Terdengar pintu berderak dan terbuka. Begitu Julia dan Robin ikut masuk bersama Hary, pintu kembali tertutup rapat.

Hary berjalan cepat-cepat menuju ruang tengah meja makan. Dia menaiki dua buah tangga di depannya. Julia dapat mendengar suara makanan dikunyah-dan... Hary membuka pintu ruang makan. Maka yang terlihat oleh mata Julia dan Robin adalah ratusan lautan manusia yang secara serentak menatap kehadiran mereka dengan tatapan seolah mereka adalah lalat pengganggu.

"Oh maaf." Hary menggiring kedua anak itu menuju meja yang terletak paling depan, meja makan Kepala Sekolah. Ia berhenti lalu berdiri dengan posisi yang bisa terlihat jelas oleh semua murid dan para guru. Julia dan Robin menunduk malu. Wajah Robin tampak memerah.

"Tuan Smith, kurasa kedua anak ini perlu sedikit hukuman yang pantas untuk kesalahan besar yang sudah mereka berdua lakukan." Si kepala sekolah mengendurkan dasi kupu-kupunya dan menghela napas keras-keras.

"Baiklah. Antarkan mereka berdua ke kantorku sekarang juga." Kepala sekolah meningalkan sereal susu penuh dan roti selai kacang hijau di meja makannya. Semua yang ada di ruangan itu diam menatap kepergian kepala sekolah. Beberapa murid perempuan terdengar mengumpat menebak apa yang Julia dan Robin lakukan.

"Mereka berdua mengotori nama sekolah!" Nyoya Browen berteriak menyuruh semua murid untuk diam sebelum berubah menjadi suara dengungan lebah yang memekakkan telinga.

"Kurasa kalian bukan bayi yang perlu diantar dan diawasi. Pergilah sendiri ke kantor kepala sekolah." Hary tersenyum mengucapkan selamat tinggal lalu pergi dengan langkah tergesa-gesa.

Mereka berdua berjalan beriringan menuju kantor kepala sekolah. Telinga Julia memerah saat ia mendengar seseorang mengatakan 'ia melakukan kesalahan besar dan akan dikeluarkan dari sekolah'.

"Jangan gugup, semuanya akan baik-baik saja." Robin berbisik, berusaha meyakinkan Julia.

......

Nah, saya masih bingung apa hukuman yang harus Robin dan Julia terima.
Mungkin akan dilanjutkan beberapa hari ke depan. Hehe..
Selamat membaca

Tales Of Terror From The Lost Hospital (Julia And Robin's Adventure)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang