"Omma sudah memasangkan plester penurun deman dikening nya Dae Joon. Nanti ketika dia bangun, langsung minumkan obatnya. Kau mengerti?"
Geun Suk hanya bergumam menjawab perkataan Ibunya. Jang Dae Joon, putra semata wayang nya rewel dan ketika itu Geun Suk bingung harus melakukan apa, disaat itulah Ibunya datang berkunjung kerumahnya. Ibunya sempat memarahi dirinya saat ia justru merasa kebingungan, Ibunya bahkan mengatai nya bodoh. Tanpa menunggu apapun lagi, Nyonya Jang langsung meraih Dae Joon yang masih menangis menggeliat digendongan Geun Suk, dan langsung membawanya kedokter. Dan ternyata anak berumur satu tahun itu terkena demam. Geun Suk pun bernapas lega setelah mengetahui anaknya hanya tekena demam. Nyonya Jang langsung meletakkan Dae Joon di box bayinya saat bayi laki-laki itu tertidur, dan menempelkan plester penurun demam setelahnya.
"Terima kasih Omma".
Nyonya Jang hanya mengangguk dan bergabung dengan Geun Suk untuk menonton tv. "Dae Joon memerlukan sosok Ibu". Ucapnya spontan.
Geun Suk menghela napas berat. Tuhan, kenapa selalu topik ini yang muncul saat ia dan sang Ibu sedang mengobrol. Kuping Geun Suk panas, karena selalu dicekoki dengan topik seputar pernikahan.
"Umurmu juga sudah kepala tiga, sudah lebih dari cukup untuk menikah". Lanjutnya.
Oke, kuping Geun Suk akan semakin panas dan akhirnya meledak jika terus melanjutkan obrolan ini. "Omma-".
"Oh, Kau itukan seorang fotografer. Kau pasti banyak bertemu dengan model-model cantik, iya kan?"
Geun Suk memijat pelipisnya pelan saat perkataannya dipotong oleh pertanyaan yang sebenarnya sudah sering dilontarkan Nyonya Jang padanya. Dan bisa dipastikan, pertanyaan itu akan berlanjut dengan kalimat 'Omma tidak keberatan jika mempunyai menantu seorang model. Toh mereka juga cantik-cantik'. Hell No, bukan masalah cantik atau tidaknya. Tapi apakah mereka akan menerima keberadaan Dae Joon juga nantinya? Geun Suk ragu.
"Ck, Omma seperti berbicara dengan patung". Gerutu Nyonya Jang saat tidak mendapatkan satupun jawaban dari Putranya.Saat itulah terdengar dering dari ponsel Geun Suk. Dilihatnya ID Caller yang ternyata adalah Lee Hong Ki, sahabatnya. Geun Suk pun segera mengangkatnya. "Ya Hong Ki-ah".
"Hyung, kau sedang free kan?".
"Wae?"
"Datanglah ke Tanz Cafe sekarang. Sudah lama kita tidak berkumpul".
"Baiklah". Pip, sambungan telepon itu terputus. Dalam hati Geun Suk mengucapkan terima kasih pada Hong Ki. Karena secara tidak langsung, pemuda pirang itu sudah menyelamatkannya dari celotehan sang Ibu.
"Omma, aku harus pergi sebentar. Aku titip Dae Joon".
Nyonya Jang menghela napas lelah. "Selalu saja menghindar saat sedang mengobrol soal pernikahan. Ya sudah sana pergi, jangan pulang terlalu malam".
"Tidak akan". Geun Suk mengecup kening ibunya, dan beranjak dari sana.
+++
Geun Suk memasuki Tanz Cafe yang tadi disebutkan oleh Hong Ki. Meneliti kesekeliling untuk menemukan keberadaan Hong Ki. Suasana Cafe yang cukup ramai karena memang ini adalah weekend membuat Geun Suk kesulitan mencari keberadaan si kepala pirang itu. Ia terus berjalan diantara lalu lalang para pelayan yang sibuk melayani pelanggan.
"Geun Suk Hyung".
Geun Suk sontak menoleh kearah sumber suara, dan menemukan Hong Ki yang sedang tersenyum lebar memperlihatkan barisan giginya dengan tangan yang melambai kearah nya. Dan apa itu? Biru? Dia merubah warna rambutnya menjadi biru? Haruskah Geun Suk mengganti nick name nya menjadi si kepala biru sekarang?
KAMU SEDANG MEMBACA
The Wedding
Romance[COMPLETED] Part lengkap bisa dibaca di Dreame (akun: retno putri) dan storial.co (akun: retno putri) Terimakasih :) "Tidak. Aku tidak mau main-main dengan pernikahan". Shin Hye "Kita tidak sedang main-main Shin Hye. Kita sedang mencoba, kau dan aku...