He Is Falling In Love

344 22 0
                                    

"Lo kok gitu sih?" Tandas Gilang yang merasa jengah dengan sikap dingin April.

"Gue kan udah bilang kalau gue gak suka duduk bareng orang asing. Lo tahu itu. Dan gue gak ngusir dia kan gue bilangnya nunggu lo di meja lain. Kalau dia tersinggung itu salah dia dong" April merasa risih terus disalahkan padahal ia sama sekali tidak memiliki niat mengusir orang itu.

"Iya gue tahu tapi lo setidaknya bertingkah lebih ramah Aprilia Putri Agatha"

"Iya iya serah lo. Kenapa lo manggil-manggil gue hah? Gue malas banget tahu gak masuk ke fakultas loh" April melirik ke sekitar. Sepanjang jalan menuju Fakultas Kedokteran ia merasa sangat risih terus diperhatikan. Ia merasa sangat ingin mencolok mata orang-orang tersebut atau setidaknya ia ingin transparan agar tak seorangpun bisa melihatnya.

"Bantuin gue yah Cantik. Periksain laporannya praktikan gue. Gue sibuk banget soalnya" Gilang menaik-turunkan alisnya sambil menyodorkan setumpuk laporan pada April.

"Ogah" tolak April dengan tegas.

Gilang menghembuskan napas dengan berat. Ia baru kali ini merasa menyesal memilih berkuliah di kedokteran dan bertemu dokter botak menyebalkan itu.

"Gue bakalan kasih apapun deh Pril. Bantuin gue kali ini" pinta Gilang dengan memelas.

April terkekeh. Ia geli melihat wajah sahabatnya yang tampak seperti kucing yang memelas ikan pada majikannya.

"Ok. Traktir gue makan di restoran jepang depan kampus sebulan penuh. Gimana?"

Gilang membulatkan matanya. "Lo mau nguras dompet gue?" keluhnya.

"Yaudah kalau gak mau" tukas April.

"Iya iya. Gue mau Pril" ucap Gilang pada akhirnya. Daripada kena omelan si botak.

April mengganguk. Ia memanggil seorang pelayan dan memesan beberapa makanan.

"Pril, cewek yang tadi bareng gue cantik yah" ucap Gilang mengingat wajah juniornya tadi.

April memutar bola matanya. "Gak"

"Bilang aja lo iri lihat ada bidadari secantik itu" dengus Gilang.

April hanya menganggukan kepalanya. Bukan membenarkan hanya saja ia tidak menyukai topik pembicaraan Gilang kali ini. Seakan ada sesuatu asing yang bergolak dalam tubuhnya.

"Tapi suer yah Pril dia beneran kayak bidadari mana suaranya lembut gitu. Ramah lagi anaknya. Kok gue gak tahu yah kalau gue punya junior secakep itu" bibirnya Gilang tidak sadar tersenyum saat mengingat wajah gadis itu. Raisa.

Di kampusnya sangat banyak wanita yang cantik namun gadis tadi berbeda. Ia memiliki kecantikan natural. Matanya yang bulat dengan iris mata berwarna biru, hidung mancung, bibir mungilnya, terlebih saat gadis itu malu atau tertawa. Dia benar-benar terlihat seperti seorang malaikat yang jatuh dari langit.

"Gue mau pulang aja. Gak usah ngantarin" ucap April yang memutuskan khayalan Gilang.

"Tapi lo kan belum makan?" Tanya Gilang dengan kening berkerut. Seingatnya tadi gadis itu mengeluh sangat lapar saat chatting dengannya.

"Gue gak selera makan. Gue pengen tidur. Cepek banget" jelas April dan segera berjalan pergi secepat mungkin meningalkan Gilang yang kebingungan.

'Kalau lo tahu alasan sebenarnya. Apa lo bakalan tetap disisi gue, Lang?' Ucap April dalam hati.

April For AprilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang