Arrogant

573 28 0
                                    

Gadis itu menatap jengah wajah pria dihadapannya. Mata pria itu memancarkan sinar penuh harapan padanya yang sayangnya malah membuatnya semakin mual. Tatapan orang-orang di sekitarnya semakin membuat kepalanya berdenyut-denyut. Ia benci moment ini.

"April, gue suka ama lo sejak pertama kali gue lihat lo dan perasaan gue semakin hari semakin besar ke elo" ucap pria itu menggelegar memulai prolog nya.

April memutar bola matanya. Ia tahu apa yang akan diucapkan pria itu.

"Be my girlfriend, please" pinta pria itu sambil berlutut dan menyodorkan sebuket bunga mawar putih padanya.

Sorak-sorak para mahasiswa  semakin membuat suasana semakin memanas. Tapi hal itu benar-benar menggangu bagi April.

Ia meraih uluran buket mawar itu dengan senyuman manisnya. Menghirup aroma harum bunga itu. Ia menatap pria itu tetap dengan senyuman manis yang terpatri di wajahnya. Wajah pria itu terlihat lucu saat terkejut akibat tindakan April.

Mata hitam April menatap dengan ekspresi yang tak terbaca. Dan siapapun yang mengenalnya akan tahu apa yang akan dilakukan gadis itu selanjutnya.

"Sayang aja gue gak suka ama lo" ucap April dengan tegas.

Ia melempar buket bunga itu dan menginjaknya dengan sepatu converse miliknya. "Dan bunga ini? Lo ngasih gue bunga murahan yah? Lo mau gue kena alergi apa?" Sungutnya.

"Pergi dari hadapan gue! Dan jangan pernah muncul dihadapan gue" ancam April. Senyuman miring tergambar jelas di wajahnya.

Ia berjalan menjauh dari tempat itu. Tak peduli suara kasihan orang-orang pada pria malang itu. Tak peduli cemohan dari orang-orang itu atas tindakannya. Dia tidak peduli.

★★★

April menyeruput caramel macchiato miliknya sambil mengotak-atik smartphone miliknya. Sahabatnya terus mengocah tentang sikap April pagi ini. Tapi gadis itu sama sekali tidak peduli. Ia akan melalukan apa yang ia suka dan tidak akan mau melakukan apa yang tidak ia sukai.

"Kayaknya lo keterlaluan kali ini. Kalaupun lo gak suka, lo gak seharusnya kayak gitu"

April mengangkat wajahnya. Ia menatap pria yang masih berceletoh dihadapannya itu.

"Kenapa gak lo aja yang pacaran ama dia?"

Mata pria itu membulat lebar. "Gila lo! Sorry tapi gue masih normal" gerutu Gilang sambil memukul dadanya.

April terbahak di tempat. Yah... ia tahu Gilang tentu saja normal. Hanya karena berteman dengan seorang wanita bukan berarti seorang Gilang menjadi berubah haluan.

"Kirain lo udah berubah haluan gara-gara kelamaan jones" celetuk April dengan seringai di wajahnya.

Gilang memutar bola matanya. "Koreksi yah Tuan Puteri, gue gak jones, gue cuman belum nemu yang pas"

April hanya menganggukkan kepalanya namun dengan tawa yang masih ia coba tahan karena pelototan tajam sahabatnya itu.

"Lo sendiri kenapa gak pacaran? Gue tahu lo setia ama gue pril tapi lo gak takut kena karma nolak cowok mulu. Entar kalau lo jadi perawan tua gimana?"

April terdiam sebentar sambil menatap gelas kaca bekas minumannya. Setelah beberapa saat ia menangkat wajahnya dan merubah wajahnya jadi lebih serius.

"Kan ada lo. Lo pasti mau kan nikah ama gue"

Gilang menganga lebar. Seketika ia menjadi tergagap. "T-tapi g-gue..."

Tawa April akhirnya meledak keras membuat para pengunjung kafetaria itu memandang mereka.

April berdiri dari duduknya dan menepuk bahu Gilang. "Gue cuman bercanda. Gak usah serius banget. Atau jangan-jangan lo ngarep yah bareng gue" senyuman jahil muncul di wajah cantik April.

"Sialan lo! Ogah gue bareng nenek sihir kayak lo" sungut Gilang.

"Awas aja lo nyampe jatuh cinta ama nenek sihir ini" April mengacungkan sendok bekas nasi gorengnya ke arah gilang dengan tampang mengancam.

"Amit-amit. Ish jorok lo April"

Dan tawa kedua manusia itu pun menggelegar di kafetaria kampus tanpa mempeduli pandangan aneh dan terusik orang-orang.

April For AprilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang