Author's POV
"Buset untung aja masih sempet." Ujar seorang laki-laki yang tadi lari masuk ke bis sambil mengelap keringatnya.
"Zel, bagi minum dong. Gila, capek banget gue. Lo sih!" Tegur laki-laki satunya lagi sambil terengah-engah.
'Loh.. itu Hazel, kan? Kok gue gapernah liat dia pulang naik bis yang sama kaya gue?' Batin Diva sambil menatap laki-laki tadiㅡHazelㅡdan temannya.
"Loh, Div. Ketemu lagi. Kok lo jahat banget sih gue tadi ditinggalin pas gue lagi ngomong?" Curhat Hazel sambil mendekati Diva dengan memasang mimik wajah memelas. Orang-orang disekitar mereka mulai berbisik-bisik tak karuan, Diva yang tidak nyaman segera agak menjauh dari Hazel.
"Loh.. kenapa?" Tanya Hazel lagi saat melihat Diva menjauh darinya.
"Nggak." Jawab Diva singkat sambil menatap keluar jendela bis untuk menghindari eye contact dengan Hazel.
"Lo kenapa sih? Salah gue apa?" Tanya Hazel lagi sambil tambah mendekati Diva. Orang-orang disekitar mereka tambah berisik seperti sekelompok lebah. Diva tidak ingin dikatakan penikung lagi.
"Apaan sih lo! Kita kan baru kenal tadi, nggak usah sok kenal banget deh." Bentak Diva sambil mengepalkan kedua tangannya. Hazel yang mendengar suara keras dari perempuan itu agak terkejut, lalu tertawa kecil.
"Hahaha, santai dong. Gue minta nomer lo dong, Boleh ga?" Orang-orang disekitar mereka tambah berbisik-bisik dan bahkan ada beberapa yang mengumpat ke Diva. Sedangkan Diva yang tidak tau harus berbuat apa hanya menatap keluar jendela sambil menggigit bibir bagian bawahnya.
"Lo mah diem mulu. Kalo lo emang ga mau ngasih, gue bisa nyari sendiri kok tenang aja hehe." Ujar Hazel lagi sambil melangkah mendekati temannya tadi dan berbisik-bisik sebentar. Diva masih menatap keluar jendela busㅡsambil mengumpat dalam hati ke Hazel.
Tanpa sadar, ternyata dia telah sampai dihalte depan perumahannya. Dia segera turun dengan cepat agar segera terhindar dari cemoohan orang-orang disekitarnya."Eh, Diva baru pulang?" Sapa seorang wanita dari teras rumahnya saat melihat Diva melintas didepan rumah Nisa. Rumah Nisa dan Diva berada di perumahan yang sama. Karena itu untuk pulang ke rumah, Diva pasti melewati rumah Nisa.
"Iya, tante." Jawab Diva sambil tersenyum manis ke wanita itu.
"Ngomong-ngomong, Nisa kenapa ya? Dia tadi pulang langsung lari ke kamarnya terus nangis didalem selimut. Udah gitu nggak mau makan siang." Jawaban wanita ituㅡMama Nisaㅡmembuat Diva merasa sangat bersalah.
"Aku boleh nemuin Nisa nggak?" Tanya Diva dengan hati-hati.
"Nisa daritadi mengunci diri didalem kamarnya, Div. Tante nggak tau harus gimana lagi." Jelas Mama Nisa.
"Aku boleh coba ngomong sama Nisa?" Tanya Diva lagi sambil menatap wajah Mama Nisa. Kemudian beliau mengangguk pasrah.
"Sini, ikut tante." Ajak Mama Nisa sambil melangkahkan kakinya kedalam rumahnya yang diikuti oleh Diva.
Diva memasuki rumah sahabatnya yang megah itu. Perumahan ini memang perumahan yang megah. Meskipun begitu, rumah Diva hanya rumah biasa, bukan megah dan mewah seperti rumah Nisa.
Tok tok tok..
"Nisa, ada temen mu nih." Ucap Mama Nisa dari luar kamar Nisa.
"Siapa?" Tanya Nisa dengan suara yang serak. Sepertinya Ia habis menangis.
"Diva. Ini gue, Diva" Sebelum Mama Nisa yang menjawab pertanyaan anaknya, Diva memberanikan diri untuk berbicara pada Nisa."Nis, ini gue, bukain pintunya dong.." Ujar Diva dengan nada memohon.
Tidak ada jawaban.
"Nis, bukain pintunya napa.."
"Oi, Nisa, bukain pintunya dong.."
Berkali-kali Diva memohon agar Nisa membukakan pintu kamarnya. Namun hasilnya tetap nihil.
"Yaudah, kalo lo emang nggak mau bukain pintunya. Yang jelas gue nggak ada rasa apa-apa ama Hazel, gue nggak mau persahabatan kita jadi ancur cuman gara-gara cowok, kan gokil."
Diva menjelaskan dengan agak kesal. Karena Nisa tetap tidak mau menjawab, Diva akhirnya memutuskan untuk pamit ke Mama Nisa dan pulang."Tante, aku pamit ya." Ucap Diva.
"Lho, kok cepet banget? Nisa masih belom mau keluar dari kamar?" Tanya Mama Nisa.
"Belom, Tan. Yaudah deh aku pamit dulu ya, permisi." Ujar Diva seraya pergi meninggalkan rumah Nisa dan melangkahkan kakinya kearah rumahnya.
'Dia beneran marah sama gue.' Batin Diva sambil menghela nafas.
Diva segera mempercepat langkahnya ketika melihat rumahnya tinggal beberapa langkah lagi."Assalamualaikum, Diva pulang." Ucap Diva saat masuk kedalam pintu rumahnya dan segera menaruh sepatunya kedalam rak sepatu.
"Ikut mama jenguk nenek, ya? Sekalian nanti makan siang." Ajak Mama sambil mempoles lipstik kebibirnya tanpa menoleh sedikitpun ke arah Diva.
"Hmm.. iyadeh." Jawab Diva sedikit pelan karena sebenarnya dia lebih senang bermalas-malasan dikamarnya. Dia segera naik menuju kamarnya yang ada di lantai 2 dan segera berganti pakaian. Tak lama kemudian, Diva sudah turun dengan pakaian casualnya.
"Ayo berangkat." Ajak Mama sambil mengambil kunci mobil yang terletak diatas meja ruang tamu dan segera menuju garasi. Diva hanya mengekor dari belakang dan segera masuk mobil setelah Mama sudah masuk.
"Rumah sakitnya jauh ga, sih?" Tanya Diva sambil menatap Mamanya yang sedang memainkan handphone.
"Agak, sih. Sekitar 30 menit-an kalo dari rumah." Jawab Mama sambil menaruh handphone nya dan segera menjalankan mobilnya keluar garasi. Tanpa butuh waktu lama, mobil Mama sudah keluar dari komplek perumahan.
-tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
H.O.P.E (Hold On Pain Ends)
RomanceNaik ke kelas 11 tidak menghalangi Diva untuk tetap ngeband. Diva adalah seorang gitaris dan vokalis di band sekolah. Diva tidak pernah menyukai laki-laki dengan mudahㅡtentu saja! Karena Diva bukan cewek gampanganㅡ. Namun semua berubah ketika Diva m...