BAB 6

183 8 0
                                    

Kesokan harinya, ketika anak-anak Keluarga Dent berada di sekolah dan Nyonya Dent berada di tempat seperti biasa - di depan televisi - sambil menonton Cuplikan Film Istimewa
Dr. Clint dan Tuan Dent masih terlelap di tempat tidur.

Rambo naik ke tempat tidur Dickie dan tidur di sana. Anjing itu memimpikan masa kecilnya bersama kakak-kakak dan adik-adiknya. Hidup terasa menyenangkan saat itu, tiga bulan pertama sejak ia lahir. Kemudian, Rambo tinggal bersama Keluarga Dent dan sejak saat itu, segalanya berantakan. Setelah bertahun-tahun dirantai di dalam mobil bobrok itu, Rambo merasa nyaman tidur di kasur Dickie - terlalu nyaman malah, sampai-sampai ia tidak ingin turun dari tempat tidur dan pergi ke luar untuk buang air.

Jadi, kita tidak butuh imajinasi yang berlebihan untuk mengetahui apa yang terjadi ketika Dickie Dent menaikkan kakinya yang telanjang ke atas tempat tidur malam itu. Sebenarnya, ia tidak segera menyadarinya. Ia menggosok gosokkan kakinya sehingga benda itu masuk ke sela-sela jari kakinya dan ketika bau dari benda tersebut merayap ke luar dari balik selimutnya, barulah ia sadar.

Mulanya, Dickie mengira benda itu adalah masakan ibunya karena kakaknya sering mempermainkannya tetapi kemudian, ia menyadarinya. "Ibuuuu," teriaknya, tetapi Nyonya Dent baru saja memindahkan saluran televisi ke acara Edisi Istimewa Kejutan Sang Kakak, di mana sel-sel otak baru saja ditemukan pada salah satu peserta dan penonton harus menebak siapa pemilik sel-sel itu. "Semua ini gara-gara Keluarga Flood," gumam Dickie.
"Kalau saja mereka tidak melakukan apa-apa pada Rambo .. . . "
Dickie selalu takut kepada Rambo ketika anjing itu masih berupa seekor rottweiler. Saat masih bayi, sang ayah pernah menggendongnya ke dekat taring anjing galak yang berlumuran ludah itu.

Tetapi Rambo adalah anjing mereka dan Keluarga Flood telah mengubahnya menjadi seekor anjing pudel merah jambu-yang kemudian mengotori tempat tidurnya. Dickie ingin menuntut balas. Anak itu memutuskan untuk menunggu sampai Keluarga Flood keluar rumah. Kemudian, ia akan menyelinap masuk ke rumah mereka dan membalas sakit hatinya. Tetapi selain jahat dan nakal, Dickie Dent juga teramat sangat bodoh. Ia terlalu bodoh untuk menyadari bahwa tempat terakhir di bumi untuk dimasuki secara paksa adalah rumah milik keluarga penyihir. Dickie menunggu sampai seluruh Keluarga Flood meninggalkan rumah untuk acara jalan-jalan malam hari di pemakaman setempat.

Kemudian, ia menendang dan membuat lubang di pagar. Setelah itu, ia menyelinap masuk ke halaman belakang milik Keluarga Flood. Pintu belakang rumah itu tidak dikunci sehingga Dickie dapat masuk. Salah satu contoh kebodohan Dickie adalah ia tidak dapat berhitung. Saat melihat Keluaga Flood keluar rumah, ia tidak memastikan jumlah mereka ada sembilan orang.
Dan yang membuktikan Dickie teramat sangat bodoh ia tidak menyadari bahwa anggota Keluarga Flood yang tidak keluar rumah adalah teman satu sekolahnya sendiri. Rumah Keluarga Flood terasa menyeramkan. Udara di sana dingin dan lembap, walaupun di luar cuaca musim panas terasa hangat.
Tidak ada bekas pembungkus keripik atau sisa-sisa burger berjamur seperti yang ada di dapur rumahnya sendiri. Seluruh rumah Flood berbau mengerikan. Tempat itu berbau bersih. Baiklah, pikir Dickie, saatnya balas dendam. Ia berjalan ke arah laci dapur dan menarik laci paling bawah. Ia lalu menurunkan celananya. Tetapi Dickie tidak sendirian.

Ketika ia mulai berkonsentrasi dan merapatkan gigi-giginya,
Betty diam-diam turun ke lantai bawah. Dickie menutup matanya rapat-rapat dan mulai mengejan. Betty sedang mengerjakan pekerjaan rumah di kamarnya ketika ia mendengar suara Dickie menendang pagar.
Saat ini, ketika Dickie bersiap-siap buang hajat di laci dapur,
Betty membuat kaki anak lelaki itu terangkat.
Saat terjatuh, Dickie menggapai benda terdekat-yaitu celana panjangnya - dan menariknya ke atas. Akhirnya, Dickie menyadari apa yang telah ia lakukan, tetapi nasi telah menjadi bubur, dan ia terduduk dengan suara ceprot.
"Halo, Dickie," kata Betty. "Kelihatannya ada anak jorok yang buang kotoran di celana."
Tutup sebuah botol-yang berisi mata kodok dalam rendaman minyak ikan yang terletak di atas rak melayang jatuh dan isinya tumpah ke atas kepala Dickie.
"Ternyata, kau juga ceroboh."
Betty tertawa ketika makhluk-makhluk sisa sarapan yang tadinya bersembunyi di bawah kompor merangkak menaiki kaki Dickie.
"Aku, aku, aku tidak takut padamu!" jerit Dickie. "Kau seharusnya takut." "Kau cuma seorang penyihir bodoh," Dickie terisak. "Penyihir, iya," kata Betty. "Bodoh, tidak." Mata-mata kodok itu mengalir turun dari wajah Dickie ke baju kausnya dan menatap anak itu. Dickie mencoba bangkit, tetapi lantai basah karena minyak ikan sehingga ia terus terpeleset. "Tunggu saja sampai kuadukan kau pada ayahku!" jerit Dickie. "Kaupikir kau masih akan bertemu ayahmu?" Betty tertawa. Anak perempuan itu sangat menikmati keadaan itu. Sebagian kecil dari otaknya sedikit merasa bersalah, tetapi ia adalah penyihir dan Dickie anak yang jahat. Jadi, sebagian besar otak Betty mengatakan pada dirinya: Ini asyik sekali, ya? "Kau masih ingat saat rambutmu terbakar di kelas?" tanya Betty. "ltu cuma kecelakaan, " tukas Dickie, meskipun ia tahu hal itu bukanlah demikian. Ia tahu Betty yang bertanggung jawab. "Aku rasa bukan, " kata Betty.
Rambut Dickie mulai berasap dan ia mencoba merangkak ke arah pintu, tetapi kemudian jatuh lagi dengan wajah menghantam lantai. Betty berdiri menjulang di atasnya dengan senyum polos menghiasi wajah.
"Kau takut sekarang?" tanya Betty.
"T-t-t-t-tidak," Dickie berbohong. Mata-mata kodok itu kembali mengalir turun ke wajahnya dan menatap Dickie lekat-lekat.
Anak itu mulai merintih. "Kau seharusnya takut," kata Betty.
Dickie mencoba merayap ke arah pintu. Betty menjentikkan jarinya dan cairan lengket di sekujur tubuh Dickie mulai terasa panas. Dua biji mata kodok masuk ke dalam lubang hidung Dickie, disusul dua yang lain.
Anak itu tidak bisa berpura-pura lagi. Ia sangat ketakutan dan mulai menangis.
"Kau bisa minta maaf sekarang,"
kata Betty.
"Maaf," isak Dickie.
"Tidak kedengaran," kata Betty. "Maaf. "
"Lebih keras lagi. "
"Aku minta maaf. Aku minta maaf," teriak Dickie keraskeras.
Sekarang air matanya mengalir deras di wajah dan ia juga mengompol di celananya.
"Kau memang benar-benar anak jorok, ya?" kata Betty.
"Benar, maafkan aku," isak Dickie. "Masuk ke rumah orang tanpa izin dan melakukan hal-hal yang menjijikkan serta berbuat keji pada semua orang. "
"Ya. "
"Menarik rambut orang, membakar barang-barang, dan menggores mobil orang lain. "
"Ya. "
"Kau benar-benar kotoran babi yang tak berguna," kata Betty.
"Iya... maaf!" jerit Dickie.
"Dan kau anak gendut yang suka berbohong juga, kan?"
"Ya. "
"Dan itulah masalah utamanya,
" kata Betty. "Kau terus minta maaf padahal kau berbohong."
"Tidak. Aku tidak berbohong. Sungguh, " Dickie memohon. "Benarkah? "
"Benar. "
Minyak ikan tu tidak teras a panas lagi.
Dickie menyambar sebuah kursi dan bangkit berdiri.
"Bolehkah aku pergi sekarang?" tanyanya.
"Kau berjanji tidak akan berbuat jahat lagi?" tanya Betty.
"Ya," kata Dickie sambil menyilangkan jemari di belakang tubuhnya. Hal tersebut menandakan dirinya tidak bersungguh-sungguh. Namun dasar anak bodoh; ketika Dickie membalikkan badan, jari-jarinya masih tersilang sehingga Betty dapat melihat apa yang ia lakukan. Sebenarnya hal itu bukanlah masalah besar karena Betty toh tidak berniat membiarkan anak itu pergi. "Berhenti," sambar Betty dan kaki Dickie langsung menempel ke lantai. "Aku berubah pikiran. "
"Apa?" "Jadi kulkaslah kau,"
kata Betty. "Jadi sangat kulkaslah kau!" Dickie tertawa mengejek, seperti yang selalu dilakukan semua anak nakal di seluruh dunia dengan sangat baik dan benar.
"Apakah maksudmu. Jadi kakulah kau, anak bodoh?" seringai Dickie. "Aku tahu apa yang aku maksud," tukas Betty. Ia memang seharusnya bermaksud mengatakan: „Jadi kakulah kau karena takut, tetapi seperti yang sering terjadi pada orang-orang yang terlalu bersemangat, lidahnya menjadi agak keriting. Namun, Betty tidak ingin Dickie; mengetahui hal itu. Pelan-pelan, Dickie merasa tubuhnya berubah bentuk menjadi persegi panjang. Rasanya tidak sakit sama sekali. Betty memang penyihir, tetapi ia juga baik hati dan lemah lembut. Ia berharap akan berubah saat tumbuh dewasa nanti. Dickie tetap tegak berdiri, tetapi ia tidak dapat melarikan diri karena kakinya seolah-olah lenyap. Ia masih mempunyai kaki bahkan kakinya ada empat sekarang dan mereka adalah kaki hidrolik yang dapat menyeimbangkan diri. Ketika Dickie memandang ke bawah - mungkin untuk yang terakhir merasa tampangnya menjadi lebih enak dilihat karena tubuhnya terbuat dari baja tahan karat dan bukan dari kulit dan lemak. Pada pintu sebelah kiri, terdapat sebuah alat pembuat es batu cantik dan sebuah televisi plasma di sebelah kanan. Jadi, tentu saja, Dickie telah meninggal dunia - yang memang sudah sepantasnya terjadi - sehingga dunia terbebas dari ancaman orang seperti dirinya. Namun, ia mati dengan perasaan bahagia dan sangat berkilau. Pikirannya yang terakhir adalah: Wow, mungkin aku adalah Lemari es tertampan dan termahal yang pernah dijual.. Andai ibu dapat melihatku saat ini. Dan hal terakhir yang ia katakan adalah: "Mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm."
Gumamannya yang lembut dan mahal itu terdengar beberapa kali sehari. "Semua sihir yang kulakukan tadi membuatku sangat lapar," kata Betty kepada dirinya sendiri.
"Aku jadi ingin tahu apa yang ada di dalam lemari es yang baru saja kubuat dari tubuh seseorang ini." Betty tadinya merasa kulkas Dickie mungkin masih kosong dan harus dibiarkan semalaman agar benar-benar dingin. Namun kemudian,
ia teringat bahwa Dickie adalah kulkas ajaib. Dan ketika ia melongok ke bagian dalam, kulkas itu ternyata sangat indah, dingin, dan penuh makanan kesukaan Betty. Di dalam lemari pembeku, ada tujuh belas jenis es krim. Sedangkan di rak pendingin, ada sepiring besar kambing guling dingin dan dua liter saus rasa mint. Ada juga sayap ayam panggang, puding kurma lengket, dan sekotak besar cokelat yang tidak berlapis permen keras. Betty mengambil sekotak es krim stroberi yang sangat lezat. "Luar biasa," kata Betty ketika Vlad tuntas menjilati minyak ikan di lantai dapur.

Keluarga Flood: Tetangga Yang Menyebalkan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang