dua

63 7 0
                                    

"Nah, udah sampe Nya. Kamu tunggu sebentar ya. Aku bukain pintu kamu. Jangan buka dulu tutup matanya. Oke?" kata Rio.

"Iya, cepetan Yo." Jawab Anya tak sabar menanti kejutan apa yang mungkin Rio berikan.

Rio membukakan pintu Anya lalu memapahnya keluar, "Awas Nya, hati-hati langkah kamu kesandung. Eh, eh ada parit Nya, loncat." Kata Rio asal-asalan, berusaha menahan tawa melihat Anya yang hanya menurut saja.

"Nah, sekarang udah sampe. Bisa tebak kita ada dimana?" tanya Rio.

"Emm, aku kayak denger suara ombak. Suara angin. Kakiku ngerasa berdiri diatas pasir. Kita di pantai." tebak Anya.
"Hemm, liat sendiri deh." Jawab Rio sambil membuka tutup mata Anya.

Anya takjub dengan apa yang ada dihadapannya. Sebuah pantai dengan keindahan surgawi, seperti pantai dalam cerita-cerita dongeng, dan hanya ada dirinya dan Rio di tempat ini. Entah apa yang Rio lakukan hingga pantai seindah ini bisa hanya terdapat dirinya dan Rio. Airnya yang tidak berwarna, jernih. Pasirnya yang putih tak berkarang. Sekeliling pantai yang tertutupi tebing-tebing tinggi. Seperti menyembunyikan pantai itu. Debur ombak yang tenang. Dan dihadapannya terbentang tulisan I Love You dibingkai dengan gambar hati dan terdapat banyak lilin disekitarnya memenuhi sisi-sisi hati itu.

Hati Anya berbunga, ia benar-benar bahagia dengan semua ini. Dia melompat senang ke dalam pelukan Rio. "Rio, ini bener-bener sweet banget sayang! Aku gak nyangka kamu seromantis ini." Kata Anya saat memeluk Rio.

"Kamu suka Nya?" tanya Rio.

Anya hanya menjawab dengan anggukan dan senyum yang tak bisa ia hilangkan. Memutar tubuhnya untuk melihat semuanya.

"Yo, tapi aku takut. Boleh aku nanya?" kata Anya dengan wajah serius.

"Boleh, apa?" tanya Rio penasaran.

"Aku udah mati ya?" tanya Anya tak lagi bisa menahan tawanya yang mengundang Rio untuk tertawa juga.

"Emang kenapa? Apa aku kelihatan kaya malaikat pencabut nyawa Nya?" tanya Rio terkikik geli.

"Bukannya gitu. Disini indah banget, kaya surga. Udah gitu disebelah aku ada cowo ganteng banget kaya malaikat. Aku jadi ragu kalau aku masih di dunia apa enggak." Jawab Anya tertawa kecil.

"Tapi Yo, by the way kita ini dimana ya?" tanya Anya polos.

"Anyer." Jawab Rio singkat sambil menatap ke lautan.

"Kok aku baru sekali ke pantai ini? Kayanya aku baru liat kalau di Anyer ada pantai seindah ini? Aku kan sering ke Anyer. Trus setau aku Anyer itu banyak karangnya, kok ini enggak? Bohong ah." Kata Anya.

"Beneran, ini pantai pribadi keluargaku. Jadi ya gak terbuka untuk umum. Wajar kalo kamu belum pernah kesini. Di depan aja dijaga satpam kok." Kata Rio.

Akhirnya terjawab sudah pertanyaan Anya tentang kenapa tempat ini sepi, masih terjaga dan indah. "Ah, apa aku bisa menerima semua keindahan yang ia berikan? Bukan hanya ganteng, pacar sempurnaku ini juga cucu dari pengusaha tersukses ke-7 di Indonesia. Sedangkan aku? Papaku hanya seorang pegawai negri di sebuah instansi milik negara. Yang tentu tidak pernah sebanding dengan keluarga Rio." Gumam Anya dalam hati yang tiba-tiba penuh dengan kekhawatiran, minder akan posisinya dan Rio.

"Anya kenapa?" tanya Rio sambil mendekap tubuh Anya mendekat ke arahnya. Wangi parfum mahal tercium dari tubuhnya yang Anya akui wangi parfum dan campuran keringat Rio selalu menjadi aroma yang memabukkannya.

"Enggak." Jawab Anya sambil menyenderkan kepalanya dipundak Rio dan duduk menatap lautan yang nampak tak bertepi.
*****

only yoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang