Seseorang terlihat berlarian di jalanan, air mukanya aneh dan nampak sangat ketakutan. Jalanan itu terlihat lengang dengan beberapa warung yang tutup di kanan kirinya. Matahari sudah terlihat agak condong ke barat tak tertutup awan, menandakan hari ini panasnya tidak keruan. Orang itu ialah pemuda sekitar umur 20an dengan perawakan tinggi dan atletik, ia mengenakan kaos cyan Angorda, celana jeans LV's, ransel gunung dan sepatu Colvetto yang dikalungkan di lehernya.
Ia berlari beberapa blok lagi. Setelah tepat di palang bertuliskan "Jl.Saudagar Apem" ia belok kiri masuk ke gang sempit. Gang itu terlihat sepi dan jorok dari luar, tapi siapa sangka beberapa meter dari mulut gang ternyata sangat luas dan terbilang terawat. Memang gang seperti ini biasanya digunakan tempat persembunyian oleh banyak pedagang miskin yang tak mampu membayar sewa lahan, hanya masyarakat sekitar yang mengetahui letak adanya pedagang-pedagang ini.
Semenjak Indonesia menderita krisis ekonomi luar biasa 10 tahun lalu, pemerintahan hampir runtuh, maka dari itu pihak pemerintahan meminta bantuan kepada beberapa perusahaan-perusahaan raksasa. Akhirnya ditandatanganilah perjanjian "Ki Bondowoso" dimana isi pokok perjanjiannya ialah memberikan hak khusus kepada perusahaan-perusahaan donatur dalam lingkup seluas-luasnya asalkan tidak bertentangan dengan hak asasi manusia. Timbullah kekacauan kekuasaan dalam negeri, lama kelamaan pihak pemerintah menjadi boneka dari perusahaan-perusahaan donatur. Rakyat kecil menjadi budak di negeri sendiri, ekonomi berat sebelah, hukum hampir tidak ada. Banyak orang menjuluki masa ini dengan Dinasti "Dasamuka" karena kekacauan yang ditimbulkan luar biasa. Maka dari itu akhirnya banyak muncul sekte-sekte pemberontak yang hidup bersembunyi ataupun membaur di dalam bayang-bayang peradaban.
Pemuda itu tetap berlari masuk semakin dalam, ia berhenti di tengah-tengah pasar tradisional yang kelihatannya telah ditinggalkan dan hancur. Ia berjalan mendekati beberapa kios yang tutup, membolak-balik papan nama yang patah di tanah dan sesekali menunjukkan air muka keheranan. Ia berjalan lagi dan menyadari ada sesuatu yang aneh di tanah.
"Ini bercak darah, apakah telah terjadi pembunuhan di sini sehingga para pedagang pada kabur?" gumamnya dalam hati.
Tiba-tiba terdengar suara ketukan samar, padangan pemuda itu tertuju pada sebuah gudang dengan pintu ganda yang kira-kira tingginya 3 meteran. Ia merinding sendiri mendengar suara itu di tempat sepi seperti ini, ia membungkuk untuk mengambil kayu batangan di tanah yang selanjutnya ia genggam erat-erat untuk menjadi senjata apabila ada bahaya mengancam. Ia memberanikan diri mendekati sumber suara itu.
"Adakah orang didalam?" teriaknya sambil mengetok-ngetok batang kayunya pada pintu kayu didepannya.
"To.. tolongg akuu... tolong.." terdengar rintihan samar-samar dari seseorang yang sepertinya sedang terluka berat.
Ia terperanjat dan mundur beberapa tindak mendengar suara orang, tapi karena dasar hatinya memang baik rasa kasihannya mengalahkan ketakutannya.
"Oh... baik-baik.. tunggu sebentar!" Ia membuang kayunya, mencengkram gagang pintu dengan kedua tangannya dan menarik dengan sekuat tenaga, tapi pintu itu hanya bergetar sedikit tidak terbuka, agaknya pintu itu terkunci. Ia mencoba beberapa kali namun tetap tiada hasil.
"Pintu ini dikunci, harap tuan tunggu sebentar aku mencari cara!" teriaknya kepada seseorang dari dalam gudang. Ia berlarian kesana kemari mencari alat untuk mencongkel pintu itu, akhirnya ia menemukan sebatang linggis di laci sebuah kios yang sudah hampir ambruk.
Ia segera berlari ke gudang kembali, menancapkan ujung linggis di antara pintu ganda itu dan mulai mencongkel. Saat mencongkel tiba-tiba ia merasa mual, pikirannya kacau, telinganya pekak, dan matanya buram untuk beberapa saat, namun segera kembali normal lagi, hanya saja ia merasakan tempat itu semakin sunyi. Ia mencoba mencongkel lagi namun merasa linggis itu menjadi sangat ringan, ia tidak peduli dan terus mencoba mencongkel pintu itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pembawa Pesan : Legenda Pendekar Singa Padang Pasir
FantasyMalam ini berlalu sepi kau mati Dengan tarian dalam sunyi kau pergi Laksana nada horizon bergema Sanggup membawamu terbang menuju angkasa