Pulau Seribu Bintang Bag II : Gadis Berjubah Hijau

123 2 0
                                    


Malam yang pekat tanpa bintang yang tertutup awan. Memayungi lautan yang luas. Hanya suara desiran angin dan ombak yang beradu. Suasana sepi itu dipecah oleh suara siulan yang berasal dari titik berkilau di antara awan.

Sebuah Phoenjet melesat tinggi di antara awan, terlihat sesekali gemerlap terang sesekali tertelan awan. Suaranya jelas namun sangat halus di telinga. Di dalamnya terdapat lima pria dan satu wanita dengan raut muka kebingungan.

"Katakan pada kami Hendro, sebenarnya apa yang terjadi?" Teriak seseorang berjas yang tidak lain adalah presiden Jayasena sambil sedikit berlari menuju kursi pilot.

"Sabar Yama sabar, hal ini sangat sukar dijelaskan, intinya akan terjadi kekacauan..." Belum selesai Hendro bicara terdengar suara dentuman luar biasa dahsyat dari tempat mereka berangkat "Besar...".

"Suara apa itu?" Gery kaget lalu menyerbu ke arah sebuah layar dan menyalakan mode Rear Cam.

Marduk, Peter, Yama (Presiden) segera menyerbu menuju layar tersebut. Mereka terkejut melihat kepulan asap hitam yang luar biasa besar menyerupai jamur. Lokasi asap tersebut tepat berada di markas besar Jayasena Grup.

"Bom nuklir..." Seru Gery sambil menelan ludah.

"A.. Apa-apan ini!! Hendro jelaskan kepadaku apa yang sebenarnya terjadi!" Yama gemetar serta menunjukkan air muka shock luar biasa.

"Kami mendapat laporan intelijen bahwa Republik Indonesia akan di kudeta oleh kelompok mafia penguasa ratusan perusahaan raksasa yang menjadi pemasok dana utama negara." Seorang wanita molek dengan rambut gelombang dikuncir membuka suara sambil beranjak dari kursi co-pilot.

"Hydra sudah musnah, sekarang muncul musuh baru bernama Beelzebub. Tujuan utama mereka kurang lebih sama dengan Hydra." Sambung Hendro.

"Ya aku pernah dengar rumor munculnya perkumpulan mafia bernama Beelzebub. Tapi mana sangka kekacauan yang dibuat dapat sebesar ini. Eh tunggu, nona... Bolehkah aku tanya siapa anda dan dari divisi mana? Aku belum pernah melihat nona ini." Gery masuk ke dalam perbincangan.

"Dia Anggrek Bulan, agent divisi antisipasi. Dibesarkan secara khusus oleh perusahaan untuk menjadi agent seumur hidup dan jelas lebih rahasia daripada divisimu Gery. Seharusnya hanya aku yang tahu tentang dia, entah bagaimana cara si Hendro bisa membawa dia." Kata Yama sambil melirik ke arah Hendro.

"Eh.. Eh kenapa mukamu tak enak begitu. Aku bukan mata-mata, namun tidak ada tembok yang aku tak bisa melihat melaluinya. Aku tahu seluruh yang terjadi pada perusahaan kita. Apalah kau panggil Anggrek Bulan segala, biar ku beritahu yaa nama dia ini Hera Avanisa Saragih." Hendro membuka suara sambil tetap asyik dengan kemudi Phoenjet.

Agent wanita yang disebut Anggrek Bulan terkejut mengetahui namanya dapat diterka secara jitu oleh orang. Sejak kecil dia direkrut oleh Jayasena sebagai agent tingkat ES atau Exceptional Secret, dimana ia diharuskan melupakan seluruh asal-usulnya. Secara tidak langsung tidak ada yang mengetahui siapa sebenarnya si agent, bahkan sang presiden hanya mengetahui code dan jabatannya saja.

"Aku tidak tahu ada divisi seperti itu di Jayasena... bagus... baguslah kita selamat..." Marduk membuka suara dengan nada suara yang aneh dan air muka gugup tak keruan.

"Baguslah kau tidak tahu tentang ini semua..." Sahut Hendro sambil mengaktifkan Auto-Pilot lalu beranjak dari kursinya.

"Dorrr..!!" Terdengar suara senpi meletus yang ternyata ialah Hendro menembakkan pistol Anoa-332 dari balik jas putihnya ke arah Marduk. Timah panas melesat melubangi dahi Marduk disertai muncratnya darah segar. Keruan saja Marduk roboh tak bernyawa.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 15, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Pembawa Pesan : Legenda Pendekar Singa Padang PasirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang