4. I'm not Manekin

15 4 1
                                    

Membiarkannya selalu mengisi benakku. Membiarkannya selalu ada dan hidup dalam hidupku. Membiarkan dia mengisi setiap sudut terkecil dalam hati ini.

Dia.

Sempurna.

Mencintainya adalah suatu keindahan yang menyakitkan. Tak pernah menyangka aku dapat bertemu dia. Dia membuat setiap hariku sempurna.

Karena dia, aku menutup hatiku untuk siapapun. Biarkan hanya dia.

Dengannya aku sempurna, dengannya aku hanya ingin berdua. Tuhan, bisa Engkau kabulkan itu?

Dia yang sempurna, dia yang dipuja-puja mereka. Banyak yang menyukainya, banyak! Aku hanya salah satu manekin yang terus meluruskan pandang hanya padanya.

Terus menjadi manekin, hanya bisa diam saat dia melihatku. Diam terpaku, lalu dia hanya berlalu begitu.

Aku terlalu lemah jika sudah di depannya. Dia yang sempurna, menyihirku begitu dalam.

Manekin ini hanya mampu memujanya secara diam-diam. Manekin ini hanya mampun memendam perasaan. Entah kapan dia dapat memasukkan roh pada manekin yang hatinya hampir mati ini. Tuhan, biarkan dia melirikku sekejap saja. Hanya untuk membuatku lebih hidup.

Tuhan, bisa Engkau membuatnya melihatku sebentar saja. Membuka hatinya dan menggenggam tangannya. Tinggi harapanku padanya Tuhan.

Saat di sekolah kemarin, beberapa kali aku memberinya bingkisan-bingkisan kecil dan kartu ucapan tanda menyemangatinya. Ya, diam-diam. Aku tak berani menunjukkan perhatian ini terang-terangan, aku hanya ingin dia tahu : ada aku yang selalu memperhatikam setiap geraknya.

Dia bintang sekolah. Anak bola, bisa dibayangkan betapa kerennya dia kan? Aku mengaguminya, selalu. Diam-diam.

Memendam perasaan padanya bertahun-tahun. Hanya padanya. Hanya dia yang bisa membuat, aku terpukau. Apapun itu, semua pasti tentangnya.

Namun, sampai kini aku tak bisa menelisik dan membaca isi hatinya. Masih tak bisa mencari celah dalam hatinya.

Mampukah aku menjadi seperti yang dia minta? Walau pertanyaan itu sekiranya terdengar basi.

Tak ada lagi waktu, untuk mencoba menjadi seperti apa yang dia minta. Tak ada.

Waktu telah mengantarkan aku dan dia pada jalan yang tak lagi sejalur. Kami masing-masing punya mimpi-walau mimpiku salah satunya adalah tetap bersamanya.

Menangis bagaimanapun, aku tak bisa apa-apa. Perasaan ini akan tetap terpandam, akan selalu terpendam. Kini, aku hanya bisa mengenang setiap detik saat matanya menatap aku yang seperti manekin ini. Hanya mampu melihat foto kami berdua. Ya, kalian tahu? Entah dorongan dari apa aku mampu berdiri sambil tersenyum di sampingnya di depan kamera kala itu.

Satu foto yang sangat berharga bagiku. Sang Bintang itu berfoto dengan manekin ini. Manekin yang selalu meluruskan padangannya kepada dia si Bintang yang memang bersinar terang.

Jadi, Tuhan? Kapan dia yang sempurna itu benar-benar melihat ku? Tapi bukan lagi sebagai patung manekin. Kapan dia melihatku sebagai : aku yang mencintainya sejak 3 tahun belakangan ini?

Teruntuk dia, yang mengisi hatiku.

--amaliaaa
special requested by : Putri Lestari.
*put-yu*

FRASA RASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang