Louis memasuki rumah sakit itu dengan berlari sangat kencang hingga ujung-ujung jas yang kancingnya sudah terbuka, berterbangan layaknya jubah hitam yang mengintimidasi. Bahkan Louis beberapa kali mengumpat di dalam lift yang menurutnya berjalan sangat lambat, padahal ruang inap itu hanya berada di lantai empat rumah sakit tersebut.
Setelah mendapatkan kabar tentang sadarnya sang istri, Louis langsung menekan tombol lift kantornya dengan tak sabar agar lift kembali membawanya turun kembali ke lobi kantornya. Ia pun mengendarai mobilnya dengan ugal-ugalan sehingga membuatnya mendapatkan beberapa kali umpatan dan makian dari pengguna jalan lainnya.
Louis tiba di depan pintu kamar inap VIP yang sudah ia sewa setiap bulannya hanya khusus untuk Aluna. Jantung berdebar keras untuk membuka pintu itu. Ia takut entah kenapa.
Sebelum Louis sempat membuka pintu itu, pintu itu lebih dulu terbuka dari dalam oleh seorang dokter berumur yang sedikit beruban.
"Tuan Hendrick? Anda sudah datang?" sapanya dengan penuh senyuman khas dokter.
"Bagaimana keadaannya?" tanya Loius langsung. Walau wajahnya terlihat biasa saja tapi dari nada bicaranya yang tak sabaran, bisa diketahui Louis begitu antusias sekaligus gugup.
Bagaimanapun penantiannya selama delapan bulan tidaklah ia sia-sia. Di dua bulan pertama kecelakaan itu, Louis mengambil cuti penuh untuk dia bisa menemani dan menjaga Aluna dengan intens tanpa berpaling sedikitpun dari perempuannya itu. Ia bahkan juga memindahkan barang sehari-harinya sehingga ia mulai tinggal di rumah sakit itu layaknya pasien permanen. Sebelum pekerjaan kantor yang sangat menuntut benar-benar tak mendukung kondisinya.
Dokter itu hanya tersenyum bahagia sekaligus bangga. "Dia baik. Sangat baik. Dia melewati masa kritisnya dengan luar biasa. Doa-doa dan penantian Anda benar-benar membuat keajaiban. Bahkan kami tertegun karena ia sadar secara perlahan beberapa menit yang lalu." jelasnya. "Sekarang dia dalam, dalam keadaan yang benar-benar sehat. Hanya perlu meningkat daya tahan tubuh dan juga kondisinya. Di dalam juga ada orang tua Anda yang tadi datang menjenguk dan sekarang menemani istri Anda. Lebih baik Anda masuk sendiri dan mengeceknya. Selamat siang," kata dokter itu sopan kemudian berlalu pergi setelah mempersilahkan Louis.
Kali ini Louis tak membuang waktu lagi. Ia ingin melihat Aluna sekarang. Dengan cepat ia membuka pintu itu, berhambur masuk hingga langkah terhenti beberapa meter dari perempuan yang membuat uring-uringan hingga hampir gila selama setengah tahun lebih itu.
Di sana, di tempat tidur yang selalu menampung tubuh lemah istrinya, Aluna sedang tertawa dalam keadaan setengah duduk di kepala tempat tidur. Ia tertawa bersama Rachel, ibu Louis yang duduk di kursi yang ada di samping tempat tidur bersama Joan, ayahnya.
Wajah istrinya telah berseri indah seperti dulu dengan tawa manisnya. Seolah perempuan itu tak baru saja terbangun dari setengah hidup dan setengah matinya. Tak ada lagi alat bantu berlebihan di alat pernapasannya, hanya ada infus yang tampak normal di salah satu punggung tangan Aluna. Namun apapun itu, Louis tak perduli. Aluna telah bangun, dan itu lebih dari kata berharga sekalipun.
Setelah Louis terdiam dan bergulat dengan pikirannya sendiri hanya untuk melanjutkan langkahnya, Aluna akhirnya lebih dulu menyadari keberadaan Louis. Begitu pun Louis.
Mereka berpandangan hingga Louis tertegun melihat Aluna tersenyum menyambut padanya. Dan satu kata akhirnya menghancurkan pertahanannya.
"Lou," panggil lembut Aluna.
Louis segera mengambil langkah panjang nan tegas. Meraih tubuh Aluna yang mulai sedikit kurus itu dan langsung membawanya ke dalam dekapannya. Memeluknya dengan segenap perasaan yang begitu membuncah. Merindukan istrinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
After Love
Romance[COMPLETE] Sinopsis : Bertemu, berkenalan, saling jatuh cinta kemudian menikah. Klise, tapi manis. Semua mengatakan bahwa pernikahan adalah akhir dari perjuangan cinta yang akan terus membawa sebuah pasangan ke dalam kebahagian. Namun tidak dengan...