Bab 2 Rasa Sakit dari Kenyataan

64 8 4
                                    

Seluruh tubuhku sudah sangat lemah akibat pertarungan yang baru saja aku lakukan tadi, mencoba untuk berdiri sudah sangat mustahil untuk ku namun entah tenaga dari mana yang aku miliki tanpa aku sadari seluruh tubuh ku perlahan mulai bangkit dari tanah dan yang aku pikirkan hanya untuk terus melindungi makhluk bersayap putih yang berada tepat di belakang ku ini, namun belum sempat untuk ku bersiap tanpa aku sadari makhluk bersayap api itu mulai mendekati ku dengan sangat cepat sembari membawa sebuah pedang besar bermata dua berwarna merah menyala.

Dengan cepat makhluk itu menebaskan pedangnya ke arah ku dengan tebasan horizontal yang meninggalkan bercak api merah di udara dengan cepat aku menghalau serangannya menggunakan pedang yang berada di tangan kiri ku, serangan dari makhluk itu benar-benar sangat kuat hingga gengaman ku terlepas dan pedang ku pun terpental jauh ke belakang meskipun aku dapat menghalau serangannya namun sisa kekuatan api yang dahsyat dari serangannya itu tadi, menyambar tangan kiri ku.

Tangan ku benar-benar terluka parah serta mengeluarkan banyak darah namun aku masih sangat beruntung masih bisa selamat dari serangan yang mungkin bisa saja menebas jantung ku dan membuatku mati seketika itu juga, saat makhluk bersayap api lainnya mulai coba mendekati ku yang tengah tergeletak di tanah bersimbah darah sembari memegangi tangan kiri ku tiba-tiba saja aku melihat banyak anak panah yang menghujani tubuh dari beberapa makhluk yang hendak menyerangku tadi, aku pun menyadari bahwa itu adalah Abigail Freya seorang petualang yang terus mengikuti ku sejak dua hari yang lalu.

"Kit kau baik-baik saja kan?" tanya Abigail kuatir pada ku.

"Iya tenang saja aku kan sudah berjanji padamu," jelasku pada Abigail sembari mencoba menenangkannya, sepontan Abigail langsung membalut luka di lengan ku dengan sebuah kain yang dirobeknya dari pakaiannya serta mengenakan ku sebuah jubah berwana merah usang milik ayah ku yang tadi ku tinggal kan di gua persembunyian kami.

Namun belum sempat untuk aku mengucapkan terima kasih pada Abigail, dengan cepat makhluk bersayap api itu mulai menyerang ku lagi, namun dengan sekuat tenaga Abigail menahan mereka semua dengan busur dan anak panahnya yang sangat akurat dan kuat.

Mereka terus saja menyerang kami hingga akhirnya Abigail pun kehabisan anak panahnya namun tidak ada tanda-tanda makhluk itu akan berhenti menyerang kami dan membiarkan kami untuk pergi, namun sebaliknya makhluk bersayap api itu malah bertambah banyak yang keluar dari lubang merah di atas langit itu bahkan hampir seluruh langit yang pada malam itu tegah gelap akibat hujan lebat yang sedari tadi belum reda, semakin bertambah gelap berkat kehadiran mereka bahkan sama sekali tidak ada cahaya bulan yang mampu menyelinap di balik kegelapan malam itu, dan saat kami tengah berpikir bagaimana cara menghabisi pasukan aneh yang tak terbatas jumlahnya itu.

Aku pun mulai menyadari kegelapan yang menyelimuti ku saat ini bukan lah kegelapan biasa, karena di dalam kegelapan ini aku bisa merasakan dengan jelas hawa kegelapan yang sangat kelam seperti maut tengah mengintai ku entah dari mana, sampai-sampai aku hanya mampu terdiam dan tertegun melihat kelangit, seakan-akan aku merasa bahwa hanya bisa pasrah pada maut yang akan menjemput ku sebentar lagi.

Saat aku dan Abigail benar-benar sudah tidak tahu apa yang akan terjadi pada kami setelah ini, tiba-tiba saja terdengar suara seperti sebuah terompet perang yang sedang di tiup dan suara itu benar-benar sangat keras hingga membuat kuping kami sakit, saat aku mengalihkan pandangan ku kelangit tampak formasi dari makhluk-makhluk itu mulai kacau balau dan mereka pun nampak terbang tak tentu arah seperti ketakutan akan sesuatu hal.

Akhirnya setelah selang beberapa detik tiupan terompet itu pun berhenti dan tampak di langit, sebuah cahaya yang sangat terang dan dari sana keluar banyak makhluk putih bersayap indah yang membawa senjata seperti pedang bercahaya terang dan sebuah perisai besar di tangan kirinya, aku tidak bisa melihat mereka semua dengan jelas namun aku tau pasti mereka sedang bertempur dengan makhluk bersayap api itu, tiba-tiba saja Abigail langsung menarik kuat tangan kanan ku sembari berkata pada ku,"ayo Kit kita harus cepat pergi dari sini,di sini berbahaya!"

A.H.D ChroniclesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang