Malam itu Rose dan Ashley berjanji untuk bertemu disebuah club malam terkenal di kota London, mereka menerima undangan teman satu Universitas yang sedang merayakan birthday party disana. Mau tidak mau sehari sebelumnya Ashley telah membawa pakaian ganti. Gaun merah muda yang panjangnya dibawah lutut dengan punggung yang terbuka dan pita manis dipinggang belakangnya, tidak terlalu seksi meskipun memiliki belahan dada yang agak rendah, namun tetap manis.
Ia memakai clutch bag kecil berwarna silver dengan aksen blingbling dan high heels 7 cm dengan warna senada. Ashley telah berganti pakaian di toilet kantornya dan berdandan. Rambutnya ia biarkan bergerai, make upnya minimalis dengan lipstik nude berwarna peach, hanya warna eyeliner hitam yang ia tegaskan untuk memperindah warna biru matanya.
Toilet di lantai 23 ini ada dua, satu didalam ruangan Mr. Steve, satunya lagi berada diluar didekat meja kerja Ashley. Toiletnya pun khusus hanya ia dan Mr. Steve yang boleh memakainya, terdapat 1 kamar mandi dan 1 toilet didalamnya, didepannya adalah kaca dan westafel yang telah disediakan hair drayer, blow rambut, dan beberapa alat make up yang ia tinggalkan disana. Jika sewaktu-waktu mereka akan pergi mendadak karena ada janji bertemu, maka ia tidak perlu mencari tempat untuk berdandan atau pulang kerumahnya yang memiliki jarak sekitar 2 jam dari kantornya.
Setelah siap Ashley segera turun ke loby dan menaiki taksi yang telah pesan. Pada malam seperti ini kantor akan sangat sepi karena semua karyawan telah pulang, hanya beberapa security yang berjaga diluar dan dalam gedung yang telah biasa melihat Ashley pada malam hari dikantor itu. Sedangkan Mr. Steve, ia telah lebih dulu pulang setengah jam sebelum Ashley bersiap untuk berangkat ke club.
°°°
"Ashley Ruth Bennet" ucap Ashley seraya menyerahkan kartu tanda pengenalnya pada orang yang berjaga di depan pintu masuk club. Ia memeriksa nama yang tertera di buku tamu undangan dan mengangguk "VIP Room 14 Miss Bennet" ucapnya dan mempersilahkan Ashley untuk masuk kesana.
Suara musik yang keras langsung memasuki gendang telinga Ashley, membuatnya mengernyit tidak terbiasa. Jika tidak karena undangan dari teman dan ancaman dari Rose ia tidak akan sudi menginjakkan kaki disana, terlalu banyak hal memuakkan yang akan ia temui. Selain bau alkohol dan bau rokok yang menyengat, kau akan melihat pasangan yang baru bertemu bercumbu dengan ganas, membuat Ashley mual.
Ia berteriak pada seorang bartender dan menanyakan dimana ruangan VIP 14 berada, seorang pria tampan dengan balutan kemeja dan jeans mahal tersenyum dan menawarkan diri untuk mengantarkannya "Biar aku yang mengantarmu Ashley"
Ashley mengernyit "Kau mengenalku?"
"Kau lupa padaku?"
"Apa maksudmu?"
"Aku adalah teman satu universitasmu, astaga.." ucap pria itu terkejut.
Ashley hanya menaikkan alisnya sebelah "Benarkah?"
"Ron-Ronnald Howton Miss Bennet, aku kecewa ternyata kau melupakanku" ucap pria itu dengan mimik wajah sedih yang dibuat-buat. Ashley hanya tersenyum kaku dan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Ia ingat nama itu adalah nama pria most wanted yang bahkan beberapa kali satu kelas dengannya, ia hanya lupa dengan wajahnya..
Tiba-tiba pria itu menggenggam tangan Ashley dan menariknya berjalan
"Ayo, sepertinya belahan jiwamu-Rose sudah menanti" ia sebenarnya risih tangannya digenggam oleh orang yang tidak begitu ia kenal, namun mau bagaimana lagi. Ditempat yang minim penerangan dan orang yang berdesakan adalah perpaduan yang tidak bagus jika ia harus terpisah dari Ron. Belum lagi ancaman para predator seks yang tengah on fly bertebaran dimana-mana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear My Future,
FantasyBanyak hal tak masuk akal yang terjadi di dunia ini, salah satunya yang terjadi padanya, Ashley, seorang sekertaris pribadi dari CEO dingin dan tak berperasaan di sebuah Perusahaan besar di London, Inggris. Saat semuanya semakin rumit, kejadian aneh...