Lady Thalia duduk gelisah dikereta kudanya, perjalanan masih lumayan lama dan ia sudah merasa sangat tidak nyaman"Ada apa Jane?" Jika hanya berdua, mereka tidak pernah memanggil gelar masing-masing. Selain karena memang kedudukan mereka setara (hanya pekerjaan yang membuat Tommy menjadi pelayan Lord Morgan), mereka juga berteman akrab dan tumbuh bersama sedari kecil.
"Kau yakin akan ide ini? Maksudku tidakkah berbahaya jika mereka hanya dibiarkan berdua? Aku bahkan begitu terkejut ketika melihat wajah lusuh Ashley waktu itu. Seakan melihat hantu yang baru saja bangun dari liang kubur. Mengerikan" ingatannya memutar kembali ketika ia pulang ke Morgan House karena mendapat surat dari Tommy yang mengatakan bahwa Ashley tidak mau menyentuh makanannya sama sekali. Ia terlihat seperti gadis yang ceria namun rapuh, ia berkali meminta maaf kepada Lady Thalia jika keberadaannya ternyata adalah sebuah beban bagi keluarga itu. Membuat hati Lady Thalia terenyuh, ia tidak tau apa yang telah gadis itu alami. Tapi itu adalah kali pertama ia melihat binar mata gadis itu redup, kepercayaan diri dan tampang ceria gadis itu lenyap entah kemana. Bahkan dalam tidurnya gadis itu mengigau mengucapkan beribu kata maaf yang sudah pasti ditujukan untuknya. Untuk meminta maaf karena kehadirannya hanya membuat beban bagi keluarga Morgan, yang sebenarnya tidak sama sekali.
"Mungkin akan ada sedikit bencana setelahnya, tapi percaya padaku bencana itu justru akan menyadarkan keduanya apa yang harusnya mereka lakukan"
"Tom, sudah kukatakan. Aku hanya ingin menjodohkan mereka, bukan membuat bencana! Sudah cukup sekali aku melihat Ashley terluka, tidak untuk kedua kali" Kesal Lady Thalia.
Tommy tertawa terbahak, semenjak kapan Lady Thalia mempunyai pikiran dangkal?
"Kau tidak mengerti maksudku?"
Lady Thalia menghela nafas "Aku hanya takut bencana itu justru membuat mereka semakin menjauh dan tak terjangkau. Aku hanya ingin membuat Ed kembali seperti dulu tanpa membuat Ashley kembali terluka" Lady Thalia mengalihkan tatapannya pada jalanan, senja mulai mengubah warna langit di ufuk barat. Burung-burung bergerombol bersiap kembali kesarangnya, dan diantara semua itu pelukan Tom menyadarkannya akan satu hal; hidupnya dan Lord Morgan memang tak akan pernah sama lagi.
•••
Tidak seperti Lady Thalia dan Tommy yang duduk berhadapan di kereta kuda mereka, Ashley duduk disamping pria tampan itu dengan kaku. Ia mengalihkan pandangan ke arah jalanan, antara senang dan canggung. Senang karena baginya ini adalah kali pertama ia keluar dari Morgan House dan canggung karena pria itu sudah mewanti dirinya agar menerapkan pelajaran etika yang telah diajarkan oleh Meghan. Berbicara tentang Meghan, gadis itu sudah lama tidak terlihat kekamarnya.
Sedangkan pria itu-Lord Morgan, ia hanya memfokuskan pandangannya pada koran yang ada ditangannya. Meskipun saat ini kereta kuda tengah melaju dan sangat mustahil bisa berkonsentrasi membaca, namun pria itu terlihat begitu menikmati kegiatannya tanpa sedikitpun berniat untuk membuat gadis disampingnya menjadi nyaman.
"Um.. My Lord?"
Lord Morgan mengalihkan perhatian dari koran dan menatap gadis disampingnya
"Kenapa Meghan tidak pernah berkunjung ke kamarku lagi?" Tanyanya takut-takut
"Ia ada didapur Morgan House" sahut Lord Morgan lalu mengalihkan perhatiannya kembali pada koran. Jawaban Lord Morgan yang terlewat santai seolah tak ada yang salah membuat Ashley mengernyit tidak senang, kenapa ia dibiarkan sendiri tanpa teman? Setelah pertengkarannya dengan Lord Morgan hari itu Lady Thalia hanya sekali datang ke kamarnya dan membujuknya untuk makan, itupun harus diwarnai dengan drama dimana Ashley merengek menangis tidak jelas, kepercayaan dirinya lenyap begitu saja, Lord Morgan memang jago membuat harinya bagai roller coaster, dalam waktu sepersekian detik bisa terbang melayang dan jatuh dari ketinggian. Fix. pria itu adalah orang yang sama dengan bos brengseknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear My Future,
FantasyBanyak hal tak masuk akal yang terjadi di dunia ini, salah satunya yang terjadi padanya, Ashley, seorang sekertaris pribadi dari CEO dingin dan tak berperasaan di sebuah Perusahaan besar di London, Inggris. Saat semuanya semakin rumit, kejadian aneh...