Gue tau ini absurd banget tapi mohon pengertiannya gue masih pemula disini. Kalau ada kata-kata atau ejaan yang salah jangan sungkan komen. Kritik dan saran sangat dibutuhkan. Enjoy:)==============================
Day 1
"Sebelum itu gue mau nanya satu hal, nama lo siapa?"
"Ayra, lo?" Kata gadis itu sambil mengulurkan tangannya.
"Gavin." Jawab lelaki itu sambil membalas uluran tangan Ayra.
"Gavin, ayo antar gue ke Albus!" Ayra langsung menarik lengan Gavin dengan semangat.
"Iya sebentar, bisa gak sih lo sabar sedikit? Gue harus ngunci pintu dulu." Gavin sebal, gadis itu terlalu hiperaktif.
"Iya iya, gak usah marah-marah dong." Gadis itu segera melepaskan lengan Gavin, sebelum muncul tanduk di kepala laki-laki itu.
----------
"Gavin masih lama? Capek." Kata Ayra yang mengode ke Gavin.
"Lumayan, kalo capek ya duduk." Akhirnya Gavin peka juga, batin Ayra senang.
"Duduk disitu yuk!" Ajak Ayra dengan semangat.
"Duduk-duduk aja, tapi gue tinggal."
Emang ya manusia batu, gak peka banget sih jadi orang, dikira peka eh malah gua ditinggal,"Kok lo jahat banget sih vin?" Ayra merajuk. Dasar manusia batu.
"Baru tau?" Kata Gavin dengan alis sebelah terangkat.
"Iya, setau gue lo sombong."
"Wah bacot ya lu sekarang!"
"Baru tau?"
"Iya, setau gue lo maruk, petakilan, enggak sabaran."
"Wah tau aja. Asik deh diperhatiin sama Gavin, jadi tambah sayang." pekik Ayra senang, sambil memuji Gavin. Sebenernya gadis itu hanya iseng, kali aja batu bisa blushing pasti lucu. Eh.
"Ayok, udah sampe tuh." kata Gavin mencoba mengalihkan pembicaraan. Sekilas gadis itu melihat ada rona di pipi Gavin, ah mana mungkin manusia batu kayak dia bisa blushing.
Gavin mengetuk-ngetuk pintu tua itu. Sementara mata gadis itu mengamati rumah di depannya ini sambil bergindik ngeri, serem kayak rumah hantu.
Tak lama kemudian terdengar derap langkah dari dalam, dan terbukalah pintu yang memperlihatkan seorang lelaki dewasa yang memakai kaus oblong dan celana selutut. Gadis itu mengeryit sosok Albus yang ada di dalam bayangannya adalah seorang lelaki tua yang sudah berumur, mempunyai jenggot putih serta memakai topi berbentuk kerucut berbanding kebalik dengan sosok Albus yang dilihatnya sekarang.
"Tidak sesuai harapan mu heh?"
"Bagaimana ka---"
"Dia bisa membaca pikiran," jawab Gavin seakan tahu pikiranku.
"Dengan apa yang saya lihat disini, kalian ingin menanyakan tentang seluk-beluk kota ini, apa saya benar?"
"Iya, anda benar. Tapi apa--"
"Maaf mencela obrolan kalian, tapi saya sangat penasaran kenapa saya bisa disini?" Tanya Ayra memotong ucapan Gavin.
"Karna portal itu. Saya tidak tahu mengapa portal itu bisa terbuka setelah 3 tahun tidak pernah terbuka dan mungkin saja kamu sedang berada tak jauh dari sana dan tersedot masuk ke kota ilusi." Jawab Albus.
"Tapi, saya bisa balik ke dunia asal saya kan?" Tanya Ayra berharap-harap cemas.
"Bisa, lewat portal itu lagi." Akhirnya gue bisa balik ke dunia asal dan jauh dari manusia batu, batin Ayra.
"Kalau begitu saya bisa balik sekarang?"
"Nah itu dia masalahnya, portal itu tidak tahu kapan akan terbuka lagi,"
"Jadi saya tidak mempunyai kesempatan lagi? Apakah anda tidak bisa membetulkannya?"
"Saya bisa tapi itu membutuhkan waktu yang lama, paling cepat tujuh hari."
"Apa tidak bisa lebih cepat lagi?"
"Itu sudah sangat cepat, malah ada yang terjebak bisa sampai satu tahun atau yang lebih parahnya lagi tidak bisa dibenarkan selamanya." Jawab Albus kalem sambil memainkan jenggot putihnya.
"Ti-tidak mungkin. Ayra cuma lagi mimpi aja dan kebetulan sial. Ayra bisa balik ke dunia asalnya karna ini cuma mimpi. Ini cuma mimpi. Cuma mim--" ucapan Ayra terpotong, ia tidak sanggup lagi. Satu cairan bening itu akhirnya jatuh dari mata gadis itu. Dan kembali terjatuh lagi semakin banyak.
"Sudah-sudah jangan menangis, lo pasti bisa balik kok tenang aja." Gavin mencoba menenangkan gadis itu. Tangan dia terulur dan langsung mendekap tubuh Ayra, di peluknya tubuh mungil itu semakin erat seakan mencoba memberi kekuatan. Bukannya semakin tenang Ayra malah tambah terisak. Entah kenapa melihat Ayra yang seperti ini hati Gavin teriris, ia lebih suka sifat Ayra yang nyolot dan hiperaktif daripada melihat Ayra yang rapuh dan putus asa.
Tanpa disangka Ayra membalas pelukan itu, gadis itu menumpahkan segala emosi yang ditahannya selama ini. Bukan, dia menangis bukan karna ia terjebak disini. Dia menangis karna kekasihnya Rey, karna keluarganya, sahabat yang menikungnya.
Gadis itu tersadar, ia sampai sini karna kekasihnya Rey selingkuh dengan sahabatnya. Ia mengucapkan permohonan agar---saat bintang jatuh---bisa hidup di dunia lain, dunia dimana ia bisa hidup tenang tanpa ada yang menghianatinya, dunia dimana tidak ada pertengkaran, dunia yang sangat diimpikan Ayra. Dan dia sekarang berada disini, kota ilusi.
===============================
Tau kok tau ini pendek banget chapternya. Kehabisan ide. Trus juga bingung ini gimana lanjutinnya. Otak buntu nih, gak tau mau diapain ceritanya. Maap ya kl gak dapet feelnya:) Ya makasih yang mau baca sampai sini, cerita yang masih abal-abalan karya author amatiran.
Ps. Voments sangat dibutuhkan:))
KAMU SEDANG MEMBACA
Kota Ilusi
Cerita PendekTerjebak di kota ilusi membuatnya berurusan dengan Gavin, lelaki dengan muka datar dan sangat cuek yang menolongnya saat dia berada di sana. Gadis itu akhirnya menemui Albus, tetua di kota ilusi yang tahu seluk-beluk kota itu. Dia menemukan secercah...